Wajib Follow akunnya
Dan vote setiap chapter yang dibaca !
"Mi, Abi mana?"
"Belum pulang dari kandang"
"Ooh. Umi lagi apa?"
"Ini, ngulang Sirah Nabawiyyah, kamu cepet pulang. Udah rapi, mau kemana?"
"Tadi, sekolah pulang cepet. Ini rapi mau ke masjid."
"Ooh"
"Mi"
"Hmm"
"Untuk yang semalam, sepertinya arif belum bisa. Untuk saat ini arif piker lebih baik kalau Arif fokus dulu ibadah. Fokus berdua-duaan dengan yang Maha member pasangan. Arif ingin memperbaiki diri dulu, belajar banyak bagaimana menjadi suami yang bertanggung jawab nantinya, yang mengerti bahasa hati tanpa sang istri mengungkapkan apa isi hatinya kepada Arif, yang paham bahasa isyarat meski semuanya susah tapi dengan belajar, kekhawatiran pasti berkurang, Mi."
"Iya, Umi ngerti. Umi dukung semua keputusan kamu. "
"Jazakillahu khoir, Mi"
"Wa jazakallahu khoir"
"Arif ke masjid dulu ya Mi, Assalamu 'alaikum"
"waalaikumussallam warahmatullahi wabarakatuh"
SAKSI PERNIKAHAN
"Assalamu 'alaikum ustad Arif, Besok pagi akad nikah ana, di bandung. Ana harap Ustad bisa datang untk menjadi saksi di pernikahan ana. Ana tunggu kehadiran ustad"
"Waalaikumus sallam. Insyaa Allah ustad datang. Barakallah"
CAHAYA SURGA
Tepat jam 4 subuh, Arif bersiap. Ia mandi dan melaksanakan ibadah di penghujung malamnya, kemudian ia sambung dengan sholat berjamaah di masjid.
"Kamu udah rapih! Mau kemana?"
"ke Bandung, Mi"
"ke Bandung? Sendirian?"
"Abi mau ikut?"
"Ah, ada-ada aja kamu. Abi pinggangnya kecentit, sakit. Mau istirahat hari ini"
"Kamu mau ada acara apa Rif?"
"Ada yang mau nikahan, Mi. Arif jadi saksinya"
"Ooh, Iya. Umi doain semoga kamu ketularan cepet dapet jodoh"
"Aamiin"
"Yaudah Mi Bi, Arif berangkat dulu. Assalamualaikum" cium tangan kedua orang tuanya
"Waalaikum sallam, Fii amanillah"
^^^
Perjalanan beberapa jam telah dilakukan. Ditemani dengan murotal Qur'an disepanjang perjalanan. Arif sampai ketempat tujuan, mengikuti serangkaian acara yang khidmat dan haru. Wajah adam berseri, berulang kali ia mengucapkan terimakasih kepada Arif atas semua nasehat yang Arif berikan. Suasana dilanjutkan ke acara berikutnya, semua tamu undangan bergantian mengambil makanan di prasmanan. Tidak ada suara organ tunggal, yang ada hanya suara nasyid islami yang diputar melalui alat dvd sederhana dengan 2 buah pengeras suara.
Arif menepi, mengambil tempat disudut rumah, duduk dikursi plastic berwarna biru tepat disebelah kolam ikan yang dibawahnya terdapat sungai yang mengalir. Desa tinggal Istri Adam benar-benar asri. Semua masyarakat benar-benar ramah dan santun.
"Assalamu 'alaikum" Arif mendengar seorang mengucap salam. Suara dari seseorang yang sepertinya ia kenal tapi ia lupa tepatnya siapa
"Waalaikumus sallam" jawab Arif sambil menoleh
Arif memandang lama, didepannya sudah ada sua orang gadis, yang satu sangat ia ingat wajahnya sedangkan yang lain baru kali pertama ia temui
"Masyaa Allah, Khuma.. emm Asiyah ya? Khifa khalk?" Arif mencoba menguasai diri
"Khoir, Alhamdulillah, wa antum khaifa?"
"Ana bi khoir Walhamdulillah, mari duduk"
Kedua gadis itu duduk berjarak disebelah Arif.
"Perkenalkan ini adik ipar ana" Arif sedikit emandang kearah wanita disebelah Syifa, ia tersenyum kemudian menunduk. Arif husnudzon mungkin itu adalah ipar dari adik sepupunya.
"Kesini, rumah saudara?" tanya Arif
"iya, itu adik sepupu ana, kamu sendiri kesini ada saudara juga?"
"Oh, bukan. Itu dulu Adam itu murid saya di pesantren, jadi dia minta tolong supaya saya yang jadi saksinya dia"
"Masyaa Allah"
"Hayuk Teh, kedalem"
"eh ini afwan, kita tinggal dulu ya kedalem"
"Nuhun atuh silahkan"
"Assalamu 'alaikum"
"Waalaikumus sallam"
Arif terpaku sebentar, melihat Asiyah serasa bumi berhenti berputar. Ia tersadar, memutar kepala, membuang muka secepat kilat kearah berlawanan, arah persawahan yang terhampar luas dengan irigasi yang luar biasa bersih.
"Ustad" Arif terkejut
"Masyaa Allah, Adam kamu mengejutkan saja. Itu udah selesai?"
"Udah mau Dzuhur, kita ke masjid dulu"
"Oh, hayuk lah"
"Ustad tadi ngobrol sama siapa?"
"Oh, itu. dia itu masih saudaranya sahabat teteh saya, Kita pernah ketemu waktu itu di Bogor"
"Oh"
"Kenapa"
"Afwan ustad, itu tadi janda. Mungkin gak enak aja kalau dilihat orang"
"Janda? Yang benar kamu?"
"Masa saya bohong stad? Jadi, dimalam pertama pernikahan mereka suaminya meninggal karena kecelakaan. Alhamdulillah dia selamat, walau kabarnya sempat koma juga dirumah sakit"
"Inalillah. Oh, saya kira dia masih gadis"
"Kalau statusnya dia sudah janda ustad, tapi, kalau kegadisannya ana enggak tau Stad"
"Ah, kamu. Mentang-mentang sudah sah bicaranya sudah menjurus. Ngalahin saya"
"Hehe. Hayo ustad ambil wudhu dulu". Mereka tiba di masjid
^^^
Arif sampai dirumah agak malam. Ia membawa daun sop, daun bawang, kol, tomat juga ikan mas hadiah dari warga desa. Beberapa warga desa ternyata adalah orang tua siswa Arif disekolah sehingga mereka membawa Arif ke kebunnya masing-masing. Arif diajak memancing, memetik daun bawang mengambil tomat dan lainnya. Lurah disana yang juga salah satu orang tua siswa Arif bahkan meminta beliau menginap, tetapi Arif beralasan harus mengajar lagi pada senin pagi.
Arif mengeluarkan semua hadiah tadi, menyimpannya didapur dan kulkas. Rumah sudah sepi, kedua orang tuanya sudah pulas. Ia masuk ke kamar, membersihkan diri dan mengambil air wudhu. Sebelum tidur Arif menyempatkan diri sholat witir 3 rakaat, jaga-jaga kalau tidak terbangun untuk sholat malam.
^^^
Arif berjalan di padang rumput bergelombang, dengan pohon mangga yang lebat berbuah disisi kiri dan kanan. Ia begitu senang. Ia berjalan dengan bershalawat yang berkepanjangan. Di perjalanan ia menemukan sebuah selendang, selendang halus sutera berwarna putih tulang. Baunya sangat wangi, lebih wangi dari parfume LV asli.
Arif melanjutkan perjalanannya, menanjak dan menurun. Diujung jalan ia seperti melihat seseorang, ia mempercepat langkah. Semakin dekat semakin jelas, seorang wanita duduk dikursi putih bersinar sendirian. Wanita itu mengenakan pakaian senada, angin lembut menghantarkan bau yang wangi ke hidung Arif. Bau parfume selendang tadi.
Arif menoleh, menunduk kearah tangannya. Ia yakin sekali bau itu sama persis dengan bau selendang yang tadi ia pegang. Selendang raib, tak ada lagi ditangan. Arif mencari sekeliling, nihil. Matanya terbelalak, selendang tadi sudah ada dikepala wanita bergamis putih. Ia mendekat, berniat meminta kembali selendang tersebut, wanita itu menoleh sebelum Arif sempat berucap. Ia tersenyum, bertambah anggun dengan jilbab yang ditindih selsndang senada. Arif terpaku.
Alarm hp mengejutkan arif, tepat pukul setengah empat pagi. Ia bangun, berdoa dan mengusap-usap wajah. Arif kemudian bangun dan bersiap.
......
Review Review
Support IG penulis di @ririn.p.abdullah
bantu follow ya
yg mau ikut charity boleh DM
"Sedekah tidak akan membuatmu miskin"