arial kini tengah duduk di ruang keluarga bersama dengan rena, sedangkan darius dan ibu anita tengah sibuk berada di dapur, sesekali mata arial melirik interaksi antara ayah dan ibunya itu, dia masih berfikir bagaimana ayahnya bisa berubah menjadi sosok yang begitu berbeda dimatanya,
kadang ayahnya bisa menjadi sosok yang hangat, tapi terkadang bisa menjadi sosok yang sangat dingin, tapi setidaknya dia memerankan perannya dengan baik, selama itu masih berlaku untuk arial juga akan melakukan tugasnya dengan baik
"kak iyal" panggil rena
"hmm?" jawab arial yang kini menoleh kearah rena
"kakak gak kangen ibu atau rena ya, sampai-sampai tidak pernah pulang ke indonesia" tanya rena
arial mengelus punggung tangan adiknya "siapa yang gak kangen sama rena dan ibu? kak iyal kangen tapi mau gimana lagi penempatan kak iyal sangat jauh, untuk komunikasi saja susah, tapi kak iyal selalu mengirimkan kabar melalui ayah kan"
"tapi ibu selalu khawatir dengan kondisi kakak, setiap hari dia hanya menatap taman bunganya saja, ibu khawatir kalau-kalau kakak tertembak atau gugur di sana"
"sekarang lihat ren, kak iyal gak papa kan, kak iyal janji nanti kak iyal akan kembali ke indonesia, oh ya gimana sekolahmu ren?"
"baik-baik aja, minggu depan rena akan ikut ujian masuk universitas di korea, rena sudah bilang sama ayah dan ayah setuju, lalu ibu akan ikut rena ke korea"
mendengar pernyataan rena arial sedikit terkekeh, dia tau pasti adiknya ke korea sekalian untuk menemui boy band kesukaannya lalu arial mencubit kecil pipi rena hingga membuat rena memekik kesakitan "kamu ini sambil menyelam, minum air ya, bilang aja kamu mau nemuin si BTS BTS itu kan, hmm ayo ngakuu"
"aaaargh sakit kak, ya kan sekalian, yang penting rena bisa kasih nilai bagus sama ayah dan ibu beres deh" kata rena yang masih mengelus pelan pipi bekas cubitan sang kakak
arial hanya tersenyum sambil mengacak rambut adiknya gemas, lalu tak lama darius memanggil kedua anaknya itu untuk makan siang bersama,
seperti biasa darius memimpin doa makan, walau pun dia seorang penjahat, tetap saja untuk berdoa darius masih bisa melakukannya, setelah itu mereka pun mulai menyantap makanan tersebut
suasana ini selalu membuat arial menginginkan waktu berhenti untuk sejenak, kehangatan yang selalu arial rindukan setiap harinya, membayangkan nyawa yang dia ambil hanya untuk melihat kebahagiaan ini sepertinya setimpal dengan banyak nyawa yang dia ambil
arial sadar nyawa yang dia ambil bukanlah orang-orang yang pantas untuk hidup, satu sisi dia bersyukur bisa membasmi orang-orang yang membahayakan orang lain, walau dia juga sadar kalau dia bukanlah orang yang baik, untuk dirinya sendiri, keluarganya bahkan grietta sekali pun
tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi, arial mencoba menjalani semuanya dengan berlalu begitu saja, dia mencoba tidak pernah membayangkan jeritan-jeritan nyawa yang dia ambil,
senyuman yang tergambar di wajah keluarganya kini membuatnya semakin ingin mempertahankannya, dia tidak sanggup kalau senyuman ini berubah menjadi duka begitu saja
"iyal makan yang banyak nak, ibu masak memang special untuk iyal, sudah lama kita tidak makan bersama seperti ini, ibu senang sekali, dan terimakasih untuk ayah yang mau membawa rena dan ibu untuk ketemu si bocah nakal ini" ibu rienne pun berkata dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya
sedangkan dairus kini memegang tangan istrinya itu lalu mengecupnya pelan "apa pun untukmu, wajahmu yang cantik itu tidak terlihat karena kau sangat merindukan anakmu" ucapnya
perlakuan darius kini membuat arial dan rena hanya memutar bola matanya bosan karena kedua orang tua mereka seperti tidak tau umur saja
tapi satu keinginan arial, bahwa senyuman di wajah ibunya tetap terjaga,
hari pun berganti, mentari sudah mulai menyembunyikan dirinya, kini malam muncul dengan indahnya menghiasi hari ini,darius tengah duduk di mini bar yang ada di apartement arial sembari menatap istrinya yang tengah sibuk meracik cocktail untuknya
begitu mahirnya ibu anita mencampurkan vodka,lime juice, cranberry juice dan beberapa balok es ke dalam cocktail shaker lalu, ia menshake gelas itu perlahan, setelah itu dia menyiapkan gelas cosmo, gelas berbentuk segitiga, lalu menuangkan cosmopolitan kedalam gelas secara perlahan,
setelah itu ibu anita memberikan gelas tersebut pada darius, sembari tersenyum menggoda pada suaminya itu "silahkan" ucapnya
darius hanya menatap istrinya itu dengan tatapan lapar, perlahan dia menyesap cosmo yang disajikan ibu anita "buatanmu memang yang terbaik"
"benarkah? lalu kenapa kamu jarang sekali kembali ke rumah kalau memang buatanku yang terbaik?"
"bukankah kau sudah tau, aku tidak akan pernah bermain api di belakangmu?"
ibu anita mendengus "jawabanmu sungguh tidak ada hubungannya dengan pertanyaanku"
"ini semua ku lakukan demi kau dan rena, bukankah semua yang ku dapatkan ku berikan kepadamu? apa itu masih kurang"
"bukan hanya hartamu yang kuinginkan tuan, tapi dirimu juga, bukankah rena juga membutuhkan ayahnya, kau hanya sibuk dengan pekerjaanmu, begitu juga arial"
darius memegang tangan bu anita, "percayalah, nanti kalau semua sudah beres ku pastikan waktuku selalu ada untukmu"
senyuman tulus tergambar dari wajah bu anita "aku tau kau akan memberikan yang terbaik untuk rena dan jug arial"
"bolehkah aku meminta hadiah natalku nyonya abimanyu, di apartement putramu ini sepertinya ada kamar kosong" diliriknya suaminya itu
"jangan mesum tuan, kau sudah terlalu tua untuk itu" ibu anita mendekatkan wajahnya pada darius, saat mereka mulai saling menegcup satu sama lain, suara deheman membuat mereka menghentikan kegiatan mereka
"carilah kamar, jangan lakukan disini, ibu dan ayah sudah terlalu tua untuk ini" kata arial yang berjalan kearah kedua orang tuanya
rona merah tercetak jelas di wajah ibunya sedangkan sang ayah hanya menampilkan muka tanpa dosa,
"maka carilah kekasih kalau kau iri dengan kami hmm" ucap darius
"memangnya bisa? ada yang mau menerima pria seperti ku?" dengusnya
"mungkin" kata darius sembari menggidikan bahunya, arial pun langsung meminum cosmo yang ada di atas meja barnya sontak membuat darius menatap anaknya jengkel "kenapa kau tidak buat sendiri? itu ibumu buat untukku bukan untukmu"
arial hanya melongos pergi tanpa menghiraukan uccapan ayahnya itu, ibu anita pun hanya terkekeh mendengar tingkah ayah dan anak itu
suara pintu tertutup pun terdegar menggema di ruangan tersebut, arial sudah masuk kamar dan mengunci pintunya, tepat pada saat dia mengunci pintu, didengarnya suara ponsel miliknya yang menampilkan nama sang kekasih disana,
di gesernya layar ponsel miliknya, "halo" sapanya
"kamu melupakanku seharian ini?" tanya grietta di sebrang sana
"tidak, bukankah aku mengirimu pesan singkat tadi siang, kamu yang melupakanku dengan tidak membalas pesanku" ujarnya
grietta terkekeh "sorry, aku sibuk berbelanja dengan mama dan nana, dalam beberapa hari aku akan kembali ke indonesia, tidakkah kau mengajaku jalan-jalan tuan tampan?"
"aku sedang memikirkannya, tunggu saja ketika aku datang ke rumah dan meminta izin orang tuamu, okey"
"benarkah?? aku akan menunggunya loh, jangan aku beri harapan palsu oke!"
"aku janji, ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu sayang, apa ada yang sakit hari ini?"
"ada! kepalaku sakit sekali karena kau terus berlarian kesana kemari dalam pikiranku"
arial tertawa mendengar perkataan grietta "seharusnya aku yang mengatakan itu dasar perayu ulung"
"dan seharusnya aku juga yang mengataimu perayu ulung" ejeknya
lalu mereka terdiam, tidak lama, lalu suara arial memecah keheningan diantara mereka "griet"
"hmm"
"aku mencintaimu..."
"aku juga mencintaimu arial abimanyu"
"kumohon siapapun di dunia ini tolong,tolong aku untuk menghentikan waktu! ini terlalu berharga untuk terlewat begitu saja! atau ini hanyalah mimpi?! kumohon jangan bangunkan aku, biarkan tetap begini, biarkan aku bahagia walau hanya sebentar"
-Arial Abimanyu-