ดาวน์โหลดแอป
73.74% RE: Creator God / Chapter 278: CH.278 Hanya Dengan Feliha

บท 278: CH.278 Hanya Dengan Feliha

Ujung-ujungnya setelah aku selesai mandi dan tidak ada yang kulakukan lagi, aku menuju ke kamar Feliha karena aku tidak bisa manja dengan Kiera seperti biasa. Lagipula Aeria sedang bicara dengan Kiera di kamar tamu yang kusediakan untuk Jurai dan Aeria.

Karena aku belum makan malam juga entah Feliha sudah atau belum, maka aku mengajak Feliha untuk keluar makan. Sebenarnya aneh sih pergi tanpa Kiera, tetapi mau bagaimana juga. Juga aku sedang tidak mood untuk memasak sendiri walau aku bisa.

"Feliha, mau ikut papa keluar sebentar untuk makan sekalian untuk jalan-jalan?"

"Makan dan jalan-jalan!? Tentu saja mau. Tunggu sebentar ya pa, Feliha ganti baju dulu."

"Pakai baju itu juga tidak apa-apa kok, kita perginya tidak mewah-mewah kok."

Mungkin kalau pergi ke restoran, aku akan menyuruh Feliha untuk pakai pakaian yang lebih rapi dan menata diri. Pula aku juga akan memakai pakaian ini, sebuah baju santai yang kupakai kalau aku sedang di rumah. Sejak awal bukan tipeku yang memamerkan kekayaan dan kepamoranku.

Makanya aku cukup kesal saat aku melihat bahwa keturunan-keturunanku yang lain itu sombong dengan semua harta yang mereka miliki padahal itu harta warisan. Jangankan sombong karena itu, sombong dengan kemampuan saja aku pasti marah. Sifat dasarku adalah rendah hati, aku tidak pernah memandang rendah orang lain, karena pada akhirnya semuanya manusia.

"Memang ingin makan di mana?"

"Nanti lihat saja, ayo ikut papa sini. Mau papa gendong?"

"Boleh!! Gendong di atas papa!!"

"Hahaha, oke deh."

Untung saja masih ada Feliha yang menjadi orang kedua yang mampu membuatku tertawa dan tetap waras. Feliha itu adalah cucuku sebenarnya, tetapi dianggap anak pun juga tidak ada salahnya. Juga apa bedanya anak dan cucu, hanya cucu itu adalah anak dari anak, tetap anak kan?

Kalau aku mau berbicara jujur, aku tetap waras itu karena ada orang yang masih bisa kuanggap keluarga. Jika tidak ada lagi orang di sekitarku yang bisa menolongku untuk tetap bangkit, mungkin aku bisa saja ambruk sewaktu-waktu.

Oh ya, aku pergi dengan Feliha tanpa berpamitan lebih dulu. Paling kalau iya, hanya pamit dengan mama yang kutemui di luar sedang berjalan-jalan entah lagi ngapain. Sebenarnya ingin pamitan, tapi kurasa aku akan memberi Kiera waktu lebih dulu supaya tenang dan nanti baru aku bicara.

"Lho papa, kita pergi hanya berdua saja? Tidak dengan mama?"

"Tadi kan papa bilang pergi dengan papa bukan? Mama juga lagi bicara dengan tante Aeria, jadi papa tidak mau menganggu. Feliha tidak mempermasalahkannya bukan?"

"Umm, tidak kok, tidak apa-apa!"

Anak yang pintar, kalau saja semua orang punya toleransi yang dimiliki oleh Feliha. Kuharap Feliha bisa jadi orang yang baik dan berpengaruh sama seperti Kiera. Jujur Feliha itu adalah anak yang sifatnya paling mendekati dengan Kiera dibanding semua orang yang lain.

Kalau masih ada yang ingat, dua anak kembar perempuan kami, aku dan Kiera, mereka adalah Migusa dan Furisu. Bisa dibilang mereka adalah dua anak yang aktif. Lebih aktif Migusa, tetapi Furisu masih punya sifat Kiera lebih banyak. Makanya Furisu lebih memilih untuk diam menjadi ibu rumah tangga waktu itu dibanding Migusa yang menjadi desainer pakaian.

Mau dibilang aku tidak merindukan mereka, aku tidak bisa berbohong juga. Tidak mungkin aku bisa tutup pikiran tentang mereka, pada awal sampai akhirnya mereka itu adalah anakku juga. Boleh dikatakan mereka yang pertama memulai untuk membuka hatiku, sebuah titik balik.

"Papa, menurut papa, papa lebih ingin tinggal dengan Feliha dan mama di dunia yang tidak ditempati atau di sini dengan semua masalahnnya."

"Huh? Kenapa tiba-tiba Feliha tanya begitu?"

Anak ini kenapa bertanya kepadaku sebuah hal yang begitu rumit? Apa Feliha tahu bahwa aku pernah mati beberapa kali dan tinggal di dunia-dunia lain juga? Seharusnya tidak, tidak mungkin ada yang memberi tahu dirinya sejak aku sendiri menutupinya dan yang lain sadar pastinya.

Bukan hanya rumit juga, ini pertanyaan yang berat. Butuh waktu untuk berpikir dengan memikirkan banyak hal yang menjadi pertimbangannya. Ada banyak yang harus dipikirkan termasuk bagaimana mengontrol ego.

Yang dimaksud Feliha di sini itu sebenarnya, tinggal masih bersama orang lain, orang banyak, tetapi mengurusi masalah dunia, atau tinggal sendiri, dengan Feliha dan Kiera di dunia terpencil. Aku cukup terkejut Feliha bertanya ini karena kapabilitas berpikir seorang anak itu masih kecil.

"Tidak apa-apa sih sebenarnya, tetapi Feliha ingin bertanya apa papa lebih memilih yang mana. Feliha sedikit merasa penasaran soal itu sejak guru Feliha bertanya hal yang sama."

"Guru Feliha? Guru pelajaran apa?"

"Yang bertanya adalah guru sejarah sejak guru itu membahas bahwa manusia dulu pernah tinggal di dunia lain bernama Terra."

Ahhh, sekarang jadi masuk akal. Tidak salah sih bertanya begitu, tetapi itu pertanyaan tingkat tinggi yang bahkan orang pintar seperti ilmuwan tidak bisa menjawab dengan waktu minim. Ah tidak, kuyakin ilmuwan akan memilih tinggal di sini.

Sekarang bagaimana menurutku soal ini. Sebelumnya aku pernah mengatakan bahwa Kiera dan Feliha itu adalah orang yang kusayangi, tanpa mereka aku tidak punya alasan hidup. Namun manusia tidak mungkin tidak berinteraksi dengan orang banyak bukan? Benar-benar pertanyaan yang menggugah pikiranku untuk berpikir keras.

"Pantas saja. Sebelum papa menjawab, Feliha memangnya jawab apa?"

"Jawaban Feliha adalah tinggal dengan papa dan mama saja. Buat Feliha tinggal sendiri dengan papa dan mama saja sudah cukup."

"Papa kelihatannya mengerti kenapa Feliha bicara begitu. Namun ingat Feliha, kalau Feliha memilih itu, berarti kita sendiri yang menjadi penggerak dunia. Untuk orang lain, normalnya akan memilih yang kedua. Namun Feliha percaya kepada papa dan mama."

Memang aku mengatakan bahwa menjadi penggerak dunia, itu artinya bahwa yang mengubah dunia menjadi seperti apa itu tergantung kita sendiri. Buatku itu tidak masalah, sejak otakku seorang itu sudah cukup. Bagaimana pun aku adalah seorang dewa pencipta, menciptakan sebuah perubahan yang dratis itu juga kapabilitasku.

Namun tubuhku masih manusia, itu berulang kali kuucapkan. Masih banyak batasan yang kumiliki untuk bisa melakukan semuanya. Makanya buatku pertanyaan yang ditanyakan Feliha kepadaku dan jawabannya itu sebuah hal yang super kompleks.

"Papa sadar akan alasan Feliha! Memang benar, Feliha yakin bahkan hanya dengan papa dan mama, kita bertiga masih bisa hidup bagaimana pun."

"Buat papa, papa memang suka Feliha mengandalkan papa dan mama, tetapi jangan kami saja. Feliha masih butuh orang banyak juga, manusia itu makhluk sosial yang butuh berbicara dengan orang banyak."

Masih banyak kapabilitas seorang manusia, pada akhirnya batasanlah yang membuat manusia tidak bisa tinggal sendiri. Jangankan tinggal sendiri dengan beberapa orang yang paling bisa diandalkan, duduk diam, di ruang gelap, tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, orang tidak akan bisa tinggal diam pasti. Dalam keadaan itu, normalnya tinggal sejam saja sudah gila.

Memang ada beberapa orang yang tinggal beberapa jam pun masih bisa, tetapi orang yang tidak terbiasa dengan kegelapan itu pasti sulit. Kalau kau bertanya kepadaku, aku yakin aku bisa. Persepsi waktuku dengan manusia biasa itu berbeda. Waktu beberapa jam tidak sebanding dengan puluhan ribu tahun yang kulewati.

"Feliha tahu kok pa, tetapi Feliha masih berpikir bahwa tinggal dengan papa dan mama saja cukup di dunia lain sendirian."

"Hahaha, papa mengerti. Kalau begitu jawaban papa akan pertanyaan Feliha, sama seperti jawaban Feliha. Buat papa, hanya Feliha dan mama yang menjadi orang penting bagi papa untuk bisa hidup."

"Ah!! Kalau begitu papa ingin tinggal di Terra lebih daripada tinggal di Heresia, di sini."

Ya, jujur aku lebih ingin tinggal di Terra daripada di Heresia. Bukannya apa-apa, tetapi semuanya pada awalnya berawal di Terra. Kalau manusia pertamanya tidak tinggal di Terra dan terpojok dengan kiamat di sana, Heresia dan Logiate pasti tidak akan diketahui sejak mereka tidak punya tujuan untuk menuju ke sini.

Pertanyaan yang menggugahku juga dan hampir sama seperti pertanyaan yang diajukan Feliha adalah, apa aku bisa tinggal 'sendiri'? Tinggal dengan Feliha dan Kiera tanpa tingkat sosial yang lebih berbeda masih bisa, tetapi tinggal yang benar-benar sendiri?

Lama-lama aku menyadari betapa aku bergantung kepada Kiera dan Feliha sampai-sampai mereka itu layaknya jantungku. Tanpa mereka, tanpa jantung, mana bisa aku hidup? Akhirnya aku berpikir keras bagaimana mengubah pikiranku ini.

"Ya, papa lebih memilih Terra daripada Heresia. Feliha ingin tinggal di Terra juga dibanding di Heresia kah?"

"Seperti itu. Ibu guru juga mengatakan kalau Feliha memilih itu, artinya entah keluarga Feliha dulu itu pernah tinggal di Terra atau masih ada keluarga yang tertinggal di situ."

"Teori yang unik, cara berpikir yang tidak salah juga. Namun masih banyak hal yang guru sejarah Feliha tidak pikirkan. Papa tidak akan bicara, itu terlalu kompleks untuk Feliha sekarang ini. Juga, kita sudah sampai nih."

Berbincang dengan Feliha sampai akhirnya waktu terlewat dengan cepat. Tempat yang kukujungi itu adalah tempat yang penuh pohon yang memberi hawa sejuk apalagi di malam seperti ini. Sudah kubilang, aku paling menyukai pohon-pohon apalagi hutan yang lebih sejuk.

Kutambahi jawabanku tadi, asalkan ada Kiera dan Feliha juga pohon-pohon alami, aku akan tinggal di situ. Tiga hal mutlak yang membuatku bisa tetap waras. Bisa dibilang aku sudah terlalu kenal dengan apa yang namanya harapan dan depresi. Dua teman dekatku sejak dulu.

"Tempat yang indah papa!!"

"Feliha suka bukan? Banyak pohon-pohon rindang dan lihatlah ke atas, banyak bintang yang bisa kita lihat juga sambil makan. Papa ingin di sini dengan Feliha."

Pada akhirnya aku adalah orang alam daripada orang sosial. Orang yang mengatakan dirinya tidak butuh orang lain tidak memikir, mereka MASIH butuh. Katakan saja tidak ada orang yang menyediakan uang, makan, dan tempat tinggal untuknya, orang yang menyediakan bahan-bahan apa pun itu untuk hidup. Namun buatku seorang dewa pencipta, itu bisa, kutangani.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C278
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ