ดาวน์โหลดแอป
3.09% Adikku yang manis : Mau ditampar, Tapi Sayang / Chapter 13: Bermain Di Sekolah

บท 13: Bermain Di Sekolah

"Lalu apa masalahnya?" Nayla kembali bertanya dengan polos setelah mendengarkan kata-kata Pak Hasan. Dia menatap Pak Hasan dengan penuh perhatian seakan-akan berharap bahwa guru itu mampu menjelaskannya dengan baik.

"Lalu?" Pak Hasan tertegun dan menepuk dahinya dalam hati. Dia mencoba menjelaskan masalahnya kepada Nayla dengan sabar. "Masalahnya adalah contoh-contoh perilaku barusan bukanlah sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang siswa. Oleh karena itulah aku meminta kakakmu untuk membawa orang tuanya ke sini."

"Oh ..."

Nayla mengangguk seolah-olah dia sudah mengerti. Tapi sesat kemudian dia memiringkan kepalanya dengan bingung dan berpikir keras selama beberapa saat. Kemudian dia kembali bertanya dengan rasa ingin tahu. "Jadi itu artinya sebagai seorang siswa, kakakku tidak boleh bertengkar dengan teman sekelasnya dan berlaku kasar pada teman-teman perempuan di kelasnya. Dan dia juga harus belajar dengan lebih giat, bukan?"

"Ya, ya! Benar sekali! Gadis kecil yang pintar!" Pak Hasan menyentuh kepala Nayla dengan lembut dan memujinya sambil tersenyum lebar..

"Lalu apa gunanya Bapak memanggil orang tua Kakak untuk datang ke sini?" Nayla berpikir selama beberapa saat dan akhirnya bertanya lagi pada Pak Hasan. "Apakah itu artinya siswa tidak diizinkan untuk melakukan hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh orang tua?"

"Hah?" Pak Hasan tidak paham apa maksud perkataan Nayla.

"Apakah Pak guru meminta orang tua Kakak untuk datang agar dia dapat melakukan hal-hal itu dan membantu Kakak?" Nayla mengangkat kepalanya dan menatap Pak Hasan dengan serius. "Kalau aku adalah orang tua Kakak, apakah itu artinya aku harus membantu Kakakku untuk melawan teman-temannya, mengganggu teman-teman perempuannya dan membantunya untuk belajar dengan keras? "

"Pfftt--"

Begitu dia mendengar kata-kata Nayla, Andre yang sedang berdiri di sampingnya tidak bisa menahan tawa.

Pak Hasan menoleh ke arahnya dan memelototi Andre dengan tajam sehingga Andre buru-buru mengulurkan tangan dan menutupi mulut. Dia berusaha keras untuk menghilangkan senyum dari wajahnya.

"Gadis kecil, bukan itu tujuangku memanggil orang tua murid ke sini." Pak Hasan menarik napas dalam-dalam dan menjawab dengan lesu. Dia mulai merasa bahwa berbicara dengan Nayla masih lebih melelahkan daripada berbicara dengan Andre. "Apa yang dilakukan oleh kakakmu di sekolah adalah salah. Karena itulah aku mengundang orang tuanya untuk datang ke sini. Jadi setelah aku memberitahu mereka tentang apa saja yang dilakukan oleh kakakmu, aku berharap bahwa setelah mereka pulang, mereka dapat mendidik kakakmu sehingga dia tidak akan mengulang perbuatannya di masa depan. "

"Oh, jadi begitu..." Nayla akhirnya mengerti apa maksud Pak Hasan. Dia mengangguk-angguk dengan wajah yang serius.

"Ya, begitulah." Pak Hasan memandang wajah bulat Nayla dan tersenyum dengan canggung padanya.

"Tapi aku dengar kakakku juga sudah pernah memanggil orang tuanya ke sini sebelumnya?" Nayla teringat dengan ucapan ibunya kemarin. Dia bilang bahwa pada semester ini, kakaknya sudah delapan kali mendapat panggilan orang tua.

"Ya, benar. Memangnya kenapa?" Pak Hasan merasa bingung, tetapi entah kenapa dia merasa kepercayaan dirinya semakin berkurang ketika berbicara dengan gadis kecil ini.

"Dan Pak guru telah menyuruh Kakak untuk memanggil orang tuanya sebanyak delapan kali semester ini?"

"Benar."

"Lalu kenapa Kakakku terus berkelahi dengan teman-temannya, berlaku kasar dengan gadis-gadis di kelasnya, dan tidak belajar dengan giat?" Nayla memiringkan kepalanya dan memandang Pak Hasan dengan ekspresi bingung: "Bukankah itu artinya memanggil orang tua Kakak ke sini tidak berguna karena dia tetap mengulangi perbuatannya?"

"..."

Itu...

Pak Hasan tiba-tiba merasa sedikit malu.

Dia telah mengajar di sekolah ini selama sebelas tahun, tapi saat ini seorang gadis berusia lima tahun mampu membuatnya terdiam seribu bahasa sehingga dia tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Untuk pertama kalinya Pak Hasan benar-benar merasa malu dengan profesinya sebagai guru.

Tetapi perkataan Nayla juga membuat Pak Hasan tersadar dan bertanya-tanya mengapa dia tidak bisa membantu orang tua dari bocah lelaki sialan ini untuk lebih mengatur sikapnya! Biasanya siswa lain akan menjadi lebih tertib dan patuh setelah orang tua mereka dipanggil, tapi entah kenapa Andre tidak bisa..

Setelah terdiam selama beberapa saat, Pak Hasan tersenyum canggung pada Nayla dan berkata, "Memang, memanggil orang tua kakakmu sepertinya tidak berpengaruh. Sepertinya memang aku harus memikirkan cara lain. Nah, sekarang sudah saatnya bagi Kakakmu untuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Bagaimana denganmu? "

"Tidak bisakah aku pergi ke kelas bersama dengan kakakku?" Nayla bertanya sambil menatap Pak Hasan penuh harap.

"Ehm itu..." Pak Hasan membeku dan memandang Nayla sambil berkata, "Saat ini kakakmu sudah duduk di kelas tiga, dan kau baru berusia lima tahun. Kau tidak akan bisa mengerti pelajaran kakakmu."

"Tapi aku ..." Saat mendengar kata-kata Pak Hasan, Nayla menunduk dan terlihat akan menangis kembali.

Pak Hasan tiba-tiba merasa sakit kepala.

"Baiklah, lalu bagaimana kalau aku memberi liburan setengah hari pada kakakmu dan membiarkannya bermain denganmu di sekolah sebentar?" Ucap Pak Hasan setelah berpikir sambil tersenyum ramah pada Nayla. "Tapi tetap harus pergi ke kelas setelahnya dan tidak bisa terus menemanimu. "

"Oke!" Nayla tiba-tiba tersenyum cerah setelah mendengar ucapan Pak Hasan.

Pak Hasan menghela nafas dengan lega. Dia benar-benar merasa lelah setelah menghadapi kakak-beradik ini.

"Pergilah, Andre. Kuizinkan kau untuk membawa adikmu berkeliling sekolah." Pak Hasan melambaikan tangannya ke Andre: "Lupakan saja tentang panggilan orang tua kali ini. Jika kau membuat masalah lagi, maka aku akan..."

Tiba-tiba Pak Hasan menghentikan ucapannya.

Jika lain kali Andre menimbulkan masalah lagi, apa yang bisa dia lakukan padanya? Terus memanggil orang tuanya hingga dia jera?

Tapi sekarang dia malah membawa adik perempuannya yang masih berumur lima tahun... Tampaknya dia sudah tidak peduli siapa yang dia ajak ke sini...

Hei

Hidup sangat singkat, jadi mengapa dia harus mengurus siswa seperti itu?

Pak Hasan melambaikan tangannya dengan ekspresi muram, dan memberi isyarat kepada Andre untuk segera pergi dan membawa Nayla bersamanya.

Andre diam-diam tersenyum, meraih tangan Nayla dan membawanya keluar dari kantor guru.

Sebelum kelas pagi selesai, Andre dan Nayla berjalan di sekitar sekolah dan bersantai di paviliun kecil terpencil yang terletak di belakang salah satu gedung sekolah.

Dulunya tempat ini merupakan tempat para guru dan staf memarkir sepeda mereka. Tapi akhir-akhir ini sekolah akhirnya membangun parkir yang lebih besar, sehingga hanya sedikit orang yang datang ke tempat ini.

Karena hanya sedikit orang yang datang, tempat itu terlihat cukup sepi saat mereka mendatanginya.

Berbeda dengan suasana di depan beberapa gedung sekolah yang penuh dengan keramaian aktivitas kelas, tempat ini terasa hening dan damai.

Saat melihat tempat kosong di depannya, tiba-tiba Andre mendapat ide dan bertanya pada Nayla: "Nayla, apakah kau ingin bermain petak umpet denganku?"

"Hah?" Nayla mengangkat kepalanya dan menatap sosok kakak laki-lakinya. Matahari bersinar cerah di belakangnya dan cahaya matahari keemasan yang menyilaukan menyorotnya dengan sedikit kehangatan.

Nayla terpaksa mengangkat tangannya untuk menutupi diri dari cahaya matahari yang menyilaukan, tetapi cahaya yang terang itu masih bersinar melalui celah jari-jari mungilnya.

Andre berdiri di sampingnya dengan punggung yang menghadap ke matahari. Pupilnya terlihat sedalam obsidian, bersinar dengan cahaya yang jernih dan terang.

Namun, meskipun cahaya matahari di belakangnya saat ini terlihat sangat menyilaukan, cahaya tersebut masih kurang terang dibandingkan dengan cahaya yang terlihat menyilaukan di matanya. Pemandangan itu terlihat sangat menakjubkan di mata Nayla.

Pada saat itu, Nayla tiba-tiba merasa bahwa kakaknya terlihat bagaikan malaikat yang terbang di langit.

"Ada apa? Mengapa kamu terlihat bengong seperti itu?" Saat Andre melihat bahwa Nayla terdiam selama beberapa saat, jadi dia mengulurkan tangannya dan menyodok pipi Nayla yang putih dan lembut.

"Um ... Petak umpet..." Nayla tersadar dan mengangguk dengan penuh semangat.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C13
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ