Rissa sungguh terkejut mendengar penawaran Nenek Emilda. Hal ini terasa bagaikan pelangi yang muncul setelah hujan yang deras.
"Nek, aku tidak bermaksud untuk menolak. Hanya saja, apa yang sudah Nenek Emilda berikan padaku sudah banyak sekali. Aku tidak pantas mendapatkan kebaikan yang lebih lagi dari ini."
Rissa menatap Nenek Emilda dengan takut-takut sambil sesekali menunduk. Nenek Emilda menarik bibirnya ke atas membentuk senyuman, sementara matanya memperhatikan sikap Rissa yang gugup dan canggung.
"Memangnya kamu tidak mau kuangkat menjadi cucuku?"
"Aku tidak bermaksud—"
"Ibumu dulu pernah bekerja di panti asuhan Tunas Mawar. Dia bekerja dengan sangat rajin. Aku tidak pernah memiliki karyawan yang lebih rajin dari ibumu. Dan yang pasti dia pun tidak sombong. Itulah yang membuatku sangat menyukai ibumu. Sayang sekali semenjak ayahmu sakit, dia jadi sering tidak masuk bekerja dan kemudian memilih untuk mengundurkan diri."