Tanggal dua puluh tujuh tinggal tiga hari di depan mata. Dengan bosan Rissa kembali menelusuri koran yang menunjukkan iklan kontrak rumah. Tetap saja ia masih belum mendapatkan yang sesuai dengan keuangannya. Tidaklah mudah mendapatkan kontrakan yang murah dan dekat dengan tempat kerja dan sekolah James.
Ia tidak berani untuk mengambil pinjaman di pabrik. Kasus kaca pintu yang pecah masih menyisakan catatan hitam di mana ia masih harus membayar cicilannya setiap bulan.
Esther menyapanya dengan ramah. Wajahnya masih pucat. Meskipun ia sudah berbaikan dengan Esther, di antara mereka tidak pernah ada yang menyebutkan nama Charlos lagi. Ia tidak berani menceritakan pada Esther bahwa ia dan Charlos telah bersama. Tapi pasti suatu hari nanti Esther akan mengetahuinya.
Setelah pulang kerja, Rissa menuju tempat latihan dan menemukan Charlos sedang berbicara dengan Satria. Terdapat luka memar di wajah Charlos yang sempurna. Rissa terkesiap.