"Kamu lagi mikirin apa?" tanya Kinan keheranan. Namun, sejurus kemudian, ia bisa tahu bahwa isi pikiran Zero adalah seputar kelanjutan kegiatan tadi.
Hah! Kasian Zero, ia pasti sudah menantikan masa-masa itu. Sementara Kinan merasa belum terlalu siap.
"Ah, saya… Hmmm, minum dulu, Nan."
Pria itu gelagapan sendiri. Ia lalu meraih cangkir kopi itu, kemudian menyesapnya pelan.
"Zer."
"Ya."
"Kenapa kamu sesabar ini?"
Zero jadi bingung dengan apa yang sedang dibicarakan Kinan.
"Maksudnya?"
"Aku tahu kamu menginginkan hal yang sama juga kamu dapatkan."
"Soal… Oh."
Zero mengerti, maksud Kinan adalah goal dari semua kebaikan yang diberikannya.
"Maafkan aku, Zer."
"Tak masalah, Nan."
"Kamu bahkan sudah memberikan segalanya untukku."
Kinan menatap pria itu lama.
"Termasuk rasa yang sudah lama kulupakan itu. Ciuman itu, sentuhan itu.'
"Yang penting kamu senang Kinan."
Mendengarnya, Kinan bangkit, ia mengambil tempat di sisi Zero. Perlahan meraih jemari pria itu.