ดาวน์โหลดแอป
43.75% Ada Cerita Cinta Di Asrama / Chapter 7: Episode 6

บท 7: Episode 6

Akhirnya semua rencana kami matang, Reno dan Idris bertugas mencari pakaian renang, Dion mencari informasi tentang Fikri, aku dapat mengandalkannya untuk hal itu karena mereka satu asrama, hemmmm coba aku yang satu asrama sama Fikri, mungkin rencana gila ini tidak perlu diteruskan, huft!

Ku luruskan kakiku di atas tempat tidur, malam ini tidak banyak kegiatan, namanya juga malam Minggu, besok libur jadi kebanyakan siswa tidak terlalu peduli dengan tugas-tugas yang diberikan, sedangkan aku mulai dari tadi siang juga sudah tidak fokus belajar, Pak Burhan sampe tiga kali menegurku karena tidak memperhatikan. Gimana mau memperhatikan, pelajaran sejarah di jam terakhir, dengan angin semilir begitu siapapun akan tertidur dibuatnya.

Tapi aku tidak tertidur meski suasana sangat mendukung untuk itu, karena pikiranku sedang sibuk memikirkan rencana besok. Namun tetap saja melamun dan tidur, sama-sama tidak memperhatikan pelajaran. Maaf pak Burhan, aku sedang fokus menulis sejarahku sendiri hehehehe.

Sebenarnya aku sudah tiga kali mengurungkan rencana ke kolam renang, dan tiga kali pula merencanakannya kembali. Dion, Reno dan Idris tampaknya lumayan kesal juga karena kesannya aku tidak serius.

"Jangan plin plan gitu, pokoknya kita laksanakan saja. Nggak bakal ada masalah, kan cuma PDKT, kalau seandainya nanti momentnya nggak pas buat ngobrol, nggak usah, setidaknya kita sudah ketemu sama dia." saran Dion waktu itu.

Hemmm, terus terang aku masih ragu, bukan masalah ke kolam renangnya, tetapi PDKT sama Fikri itu yang bikin aku jadi ciut. Gimana kalau banyak yang liat? Kolam renang bukan tempat yang sepi, dan tentunya bukan tempat yang romantis. Oh My God! Romantis? Emang ngapain juga aku cari tempat romantis, huh, pikiranku ini kayaknya sudah mulai kacau.

Untungnya sore ini semua sepakat, tidak ada pembatalan, besok kami akan ke kolam renang. Kulihat jam dinding di kamar kami masih menunjukkan pukul 9 malam, Andre sedang asik membaca novel sambil tiduran di atas ranjangnya, sementara Reza dan Hendra belum pulang, mungkin mereka masih di kantin atau di taman, atau bisa juga lagi di ruang rekreasi, whatever-lah, itu bukan urusanku.

Sejenak ku perhatikan wajah Andre yang serius itu, hemm lumayan manis juga anak ini, kulitnya tidak putih, tidak juga gelap, sedanglah. Dia juga punya lesung pipit di kedua pipinya, bikin tambah imut saja. Meski kami sudah beberapa bulan tinggal satu kamar, aku tidak terlalu banyak bicara dengannya, bukan aku sombong, kelihatannya dia memang agak menghindar. Kadang Andre grogi kalau aku ajak ngobrol. Mungkin juga dia nggak suka ngobrol, atau malah aku yang nggak asik diajak ngobrol, ada baiknya aku buktikan sendiri dari pada ngelamun nggak jelas, mau tidur juga belum ngantuk.

"Baca apa ndre?' aku mulai bicara sama anak dari Indramayu ini.

"Oh, Novel" jawabnya singkat.

"Novel apa?" tanyaku lagi

"Remaja" Huh! kayaknya nggak bakal bisa hangat nih, jawabnya singkat-singkat, matanya malah nggak menoleh sedikitpun. Untung kami seumuran, kalau sama orang tua pasti sudah diomelin tuh, nggak sopan banget.

Sepertinya aku harus lebih sabar deh, mungkin begitulah sifatnya, Reza juga nggak terlalu sering ngobrol sama Andre, begitu juga Hendra. Jadi kangen suasana kamarku tahun lalu, kami hanya perlu beberapa hari untuk saling akrab. Mungkin karena waktu itu kami sama-sama belum punya teman, berbeda dengan kondisi saat ini, kami sudah sibuk dan teman juga sudah banyak.

Aku bangkit dari ranjangku dan duduk di kursi meja belajarnya Andre, dia malah gugup, hehehe, karena aku duduk persis di sampingnya dengan jarak semeter saja dari tempatnya berbaring. Andre langsung bangun, dan matanya tetap saja melihat buku. Aku nggak bermaksud aneh, kalau ngobrol dekat begini kan kesannya lebih akrab aja.

"Kamu sudah baca novel Harry Potter?" tanyaku asal saja.

"Belum, terlalu tebal bukunya" jawabnya pelan. Yes! empat kata, sudah mulai bicara anak ini. Hahahaha, kayaknya PDKT ku berhasil nih, buat berteman maksudku. Mungkin kalau ketemu sama Fikri nanti aku bisa mulai obrolan kayak gini. Tapi, Fikri kan bukan Andre? tentu saja responnya akan berbeda, dan emosiku juga akan lain. Gimana kalau kata-kata yang keluar dari mulutku bukan yang aku rencanakan? Atau justru aku jadi gagap? Huft, urusan besok biarlah besok terjadi, mengalir saja seperti air. Justru terlalu banyak berpikir begini nambah beban saja, seharusnya aku lebih enjoy, nikmati dan jalani selanjutnya biarlah terjadi.

"Itu bukunya Helvy Tiana Rosa ya? atau Asma Nadia?" aku melanjutkan obrolanku dengan Andre. Rasa canggung diantara kami sudah mulai lepas.

"Bukan, ini karyanya Gola Gong. Kamu suka baca novel juga?" Andre balik bertanya.

"Nggak terlalu hobi sih, kadang-kadang aku baca novel" jawabku sambil senyum.

"Oh gitu, kamu kok tau Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia?" sekarang malah Andre yang banyak tanya, hahahaha.

"Aku beberapa kali lihat novel-novel mereka di toko buku sekolah, kelihatannya cocok untuk kita para pelajar. Cerita-ceritanya menggunakan bahasa yang sopan dan alur ceritanya juga religius." jawabku seadanya. Meski sebenarnya aku kurang suka baca novel-novel remaja yang sifatnya "religius" itu. Aku lebih senang novel yang banyak petualangannya, kisah cinta yang sedikit nakal, dan kalau ada yang rada mesum juga boleh hehehehe. Ouch lupa, aku kan masih 15 tahun hahaha.

"Pasti kamu sudah baca bukunya, itu kami bisa tau isinya," ucap Andre dengan senyum, hahaha anak ini tambah manis saja kalau tersenyum.

"Nggak baca semuanya, hanya beberapa buku pernah aku baca, aku lebih suka novel Harry Potter, aku sudah baca semua bahkan buku ke-7" jawabku santai.

"Kayaknya kamu itu hobi membaca deh, kalau kamu sanggup baca buku-buku setebal itu sampe habis itu artinya kamu hobi baca" ucap Andre ringan dengan sedikit penekanan pada kalimat "hobi baca". Hemmmm, Anak ini ternyata nggak terlalu kaku seperti perkiraanku, justru asik dan enak diajak ngobrol, mungkin benar ucapan Dion waktu itu, aku kurang membuka diri.

"Kamu asik juga diajak ngobrol," Andre tampak malu mendengar ucapanku barusan, dia justru menunduk melanjutkan bahan bacaanya. Aku tidak bermaksud membuatnya begitu, tapi jujur saja anak ini memang asik ternyata.

Sejenak kami berdua diam, ku perhatikan buku-buku yang tersusun rapi di atas meja, salah satu novel bersampul oranye menarik perhatianku, "Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma" begitu judulnya. Aku ingat buku itu, Buku yang tidak asing bagiku, ya karena papa memilikinya di rumah, aku pernah membacanya sekali tidak sampe habis, bahasanya tidak mudah aku pahami saat itu, jadi heran ngapain papa baca buku itu berulang-ulang. Mungkin isinya tentang cinta yang mengharukan, entahlah. Memang kalau dipikir-pikir bila seseorang sudah menyukai isi suatu buku, dia akan menikmatinya bahkan membacanya berulang-ulang, seperti yang aku lakukan sama buku Harry Potter.

"By The Way kamu sekolah di sini kemauan sendiri atau "paksaan" orang tua?' aku mulai mencari topik pembicaraan lain yang lebih pribadi, terus terang aku belum terlalu mengenal Andre, hanya nama dan asalnya saja, itu pun taunya saat pembagian kamar dulu.

"Kamu sendiri?" dia balik bertanya.

"Kedua-duanya, orang tuaku setengah memaksa dan aku juga pengen sekolah jauh, meskipun awalnya nggak betah, tapi lama-lama terbiasa juga, bahkan sekarang asik sekolah di sini" jawabku sambil tertawa.

"Aku dipaksa orang tua. Sebenarnya aku mau masuk SMP di Indramayu saja, tapi ayahku memaksaku sekolah di sini, katanya agar mandiri. Ayahku juga bilang sekolahnya bagus, fasilitas nya lengkap, sistemnya juga bagus tapi dia nggak bilang kalau disiplinnya ketat" raut muka Andre tidak terlalu bersemangat menceritakan alasannya masuk ke sekolah ini. Bahkan terlihat kecewa ketika mengucapkan kata "disiplin".

Hahahaha, si Andre ini sama seperti aku, aku juga nggak tau kalau disiplin di sekolah ini begitu ketat, apalagi waktu kami masih siswa baru. Untungya sekarang sudah jadi siswa lama dan disiplinnya sudah makin longgar, malah kesannya lumayan bebas.

"Emang ayahmu tau dari mana sekolah ini bagus sistemnya?" tanyaku penasaran.

"Sepupuku sekolah disini, dan sekarang sudah kelas 3 SMP. Ayahku dapat masukan dari om Salman, bapaknya sepupuku itu, buat masukin aku ke sini." ucap Andre, kelihatannya dia mulai curhat hehehe.

"Oh, jadi kamu punya kakak di sini? Asik dong ada yang bisa bantu-bantu" celetukku.

"Bukan kakak, sepupu. Dia tinggalnya di Bekasi." aku sedikit canggung ketika Andre menyebut kata "Bekasi", kayaknya aku sensitif banget kalau mendengar yang ada hubungannya sama Fikri. Aneh.

"Ya kakak sepupu maksudku. Tapi kamu kan asalnya Indramayu, kok kakak sepupumu di Bekasi?" tanyaku penasaran.

"Om Salman itu orang Bekasi, dia nikah sama Adik ayahku, jadi mereka tinggal di Bekasi. Biasanya tiap lebaran selalu pulang ke Indramayu menjenguk Nenekku. Saat pulang itu om Salman selalu mempengaruhi ayahku buat masukin aku sekolah di sini" Andre kayaknya nyesal banget masuk ke sini, hehehe, tapi dia kok betah.

"Tapi akhirnya kamu cocok juga kan di sini?" ucapku dengan nada bercanda

"Ya mau gimana lagi, seperti katamu tadi, awalnya terpaksa, lama-lama jadi terbiasa." ucap Andre kali ini sedikit tersenyum.

"Mungkin juga om kamu pengen anaknya punya saudara yang sekolah di sini juga, buat saling jaga gitu" ucapku asal saja.

"Aku nggak terlalu akrab sama dia" balas Andre datar. Nada bicaranya kayaknya benar, mengisyaratkan mereka tidak terlalu akrab.

"Oh gitu," jawabku, "sepupumu jarang ya main ke sini."

"Dia anak yang sibuk, dan sudah aku bilang kami juga tidak akrab. terakhir aku ketemu dia hampir satu bulan lalu. Dia..." tiba-tiba raut muka Andre berubah, dia terdiam dan pura-pura membaca bukunya. Kelihatannya anak ini salah bicara.

"Kok diam, lanjutin dong" pintaku.

"Dia nanya-nanya tentang kamu. Maaf, aku cuma ngomong apa adanya." ucap Andre lirih tanpa memandang wajahku. Aku hanya tersenyum.

Seharusnya Andre nggak perlu sungkan, lagian juga ini bukan pertama kali orang menggali informasi tentang diriku.

"Nggak apa-apa kok, udah biasa" jawabku ramah. perlahan Andre mengangkat wajahnya dan tampaknya dia tidak terlalu terkejut, justru wajahnya menahan tawa, dan seketika saja kami berdua tertawa lepas, hahahaha.

Tidak lama Hendra dan Reza pulang sambil bawa kantong pelastik. Hemm dari mana saja kedua anak ini, sudah hampir jam sepuluh.

"Ini ada jajanan," Reza meletakkan kantong pelastik itu di atas meja belajarnya, sementara Hendra langsung berbaring santai di tempat tidur.

"Ngobrolnya asik banget kayaknya" tanya Hendra. Aku hanya tersenyum begitu juga Andre.

"Itu makanan beli dimana?" tanyaku, tumben aja mereka berdua pake bawa makanan.

"Ambil di dapur, sisa snack tadi pagi masih banyak." jawab Reza.

"Emang boleh minta sama mbok dapur?" tanyaku penasaran? Perasaan kalau sedang ngambil snack saat istirahat hanya boleh ambil satu piring kecil aja, kok baik banget mbok dapur bagi-bagi begitu,

"Aku kan udah akrab sama si mbok, jadi dikasih," jawab Reza datar.

"Lagian itu kan sisa, kalau nggak dimakan paling besok pagi dibuang" tambah Hendra.

"Jadi kita makan makanan sisa nih?" celetuk Andre. Hahahaha, lucu ngelihat tampang Andre begitu. Sekarang semuanya terasa nyaman, cair banget, hemmmm awal keakraban yang bagus.

Kami ngobrol sebentar sambil menikmati makanan sisa, tapi lumayan enak. Sebenarnya makanannya nggak terlalu lumayan, tapi kebersamaan kami ini yang terasa menyenangkan. Setelah beberapa bulan kami berempat satu kamar, malam ini adalah yang paling asik, aku harap malam-malam selanjutnya akan lebih baik lagi, terutama besok, rencana kami harus sukses.

Tidak lama satu per satu temanku sudah naik ke tempat tidurnya, Andre sudah tidur duluan dengan pakaian lengkap, kayaknya dia sudah terlalu ngantuk sampe tidur pake celana jeans gitu, sementara Hendra dan Reza pake kaos singlet dan celana boxer. Aku ke kamar mandi buat nyikat gigi, cuci muka dan siap-siap tidur, lagian besok ada misi yang harus kami kerjakan, semoga saja aku dapat mimpi yang indah malam ini.

Perlahan ku pejamkan mataku, mencoba mengingat wajah Fikri, sebenarnya selama menjadi siswa lama aku bukan tidak pernah ketemu sama dia, kami beberapa kali berpapasan di ruang makan, kadang juga di kantin dan pernah beberapa kali saat berangkat ke kelas. Tapi hanya sekedar lewat saja, aku juga tidak terlalu antusias lagi, tapi informasi dari Dion dan godaan sahabat-sahabatku bikin jadi ngebet gini, huh.

Aku terbangun sudah jam tujuh pagi. Reza, Andre dan Hendra masih di atas ranjangnya masing-masing, posisinya juga aneh-aneh, apalagi si Reza, tidur cuma pake bokser pendek banget, kaos singletnya terangkat sampe perutnya kelihatan, aduh pikiranku mulai ngeres nih, hahaha. Aku bangkit dari tempat tidur sambil merapikannya tanpa peduli sama teman-temanku yang masih terlelap. Lagian aku sudah biasa melihat mereka begitu, nggak ada yang aneh.

Hari ini libur, tidak banyak kegiatan. Sebagian besar siswa bersih-bersih kamar, merapikan lemari, nyuci pakaian dan menyetrika, ada juga yang menggunakan jasa laundry, aku sendiri lebih nyaman make laundry. Ya banyak alasan aku lebih suka begitu, salah satunya kalau nyuci pakaian aku terlalu lelet, waktu liburan aku pernah mencobanya, mama malah ngomel karena baju cuma dua lembar aku menghabiskan air satu bak mandi hahahah, belum lagi nyeterika pakaian, aku nggak terlalu ahli urusan begitu, aku kan cowok. Walaupun banyak anak cowok di sini pandai mencuci dan menyeterika, hehehe.

Aku membuka jendela kamar kami, di luar tampaknya beberapa siswa sudah berpakaian rapi, mungkin yang dapat izin ke luar kampus. Ya, kami hanya boleh izin ke luar kampus hari Minggu, dari jam 08.00 pagi sampe jam 05.00 sore, lumayan juga jalan-jalan di kota Semarang, biasanya anak-anak nggak jauh-jauh paling juga ke mall, ada juga yang izin pulang ke rumahnya, tentunya yang tinggal tidak jauh dari sini, seperti siswa-siswa asal Pati, Kendal, Salatiga dan ada juga yang pulang ke Solo.

Aku termasuk yang jarang izin, selain nggak hafal jalan di Semarang aku juga bosan ke mall, di Bandarlampung saja sudah sesak sama mall yang nambah tiap tahunnya. Aku lebih suka suasana pedesaan, dan sekolahku ini sudah di desa, di atas bukit tepatnya, fasilitas juga sudah lengkap jadi nggak perlu izin-izin keluar. Aku sudah nyaman dengan suasana begini.

Sebaiknya aku segera mandi dan sarapan, soalnya kami berempat sudah janji ketemu di ruang makan untuk membahas kelanjutan rencana nyeleneh kami nanti sore. Aku rada gugup dan jadi nggak yakin melanjutkannya.

Setelah sarapan pagi aku dan Dion duduk di pondok jerami dekat taman. Tempat ini sudah jadi markas kami berempat. Reno dan Idris juga sudah hadir dengan membawa pakaian renang. Aku tidak tau kalau di sekolah ini ada fasilitas kolam renang, jadi nggak ada persiapan pakaian renang, terpaksa deh Reno dan Idris yang bertugas mencarikannya.

"Kamu nyuruh aku pake celana ini?" jawabku terkejut ketika memeriksa celana renang yang dikasih Reno. Warnanya hitam tapi ukurannya S, lebih kecil dari pakaian dalamku. Melihatnya saja membuatku malu, apalagi memakainya.

"Ya cuma itu yang ada," jawab Reno seenaknya.

"Kamu seksi kok kalau pake itu" celetuk Idris, Dion dan Reno tertawa mendengarnya, dan aku cemberut. Aku nggak mau pake celana itu, dasar Reno.

"Pasti kamu jadi objek perhatian kalau pake celana ini" tambah Reno cengengesan.

"Kita ini mau PDKT, artinya keberadaan kita nggak boleh mencolok, kalau mau seksi-seksian kita pake celana dalam aja kan lebih hot" jawabku ketus.

Ketiga temanku malah tertawa mendengar ucapanku. Lagian Reno dan Idris ini masa nggak paham sih, tujuan misi ini kan buat ngedeketin si Fikri, bukan mau cari perhatian semua pengunjung kolam renang. Perasaanku jadi campur aduk antara kesal dan geli, hahahaha masa pake celana sekecil itu, aku kan sudah mimpi basah, tinggiku saja sudah hampir 165 cm sekarang, bisa-bisa semua bagian sensitifku kelihatan dari luar, benar-benar memalukan.

"Ren, aku pinjam celana bola kamu saja lah, aku nggak mau pake celana ini" ucapku dengan mimik kesal.

"Nggak boleh! itu punya klub, bisa-bisa aku dimarahi sama pengurus klub ku" jawab Reno.

"Kalau nggak boleh aku nggak ikut rencana ini." bantahku ketus.

"Loh ini kan rencana buat kamu, masa kamu nggak ikut sih. Udah kalau kamu mau yang gede ntar aku pinjam punya kakakku saja" usul Dion.

"Kakakmu kan sudah kelas 3 SMA, yang ada ukurannya jumbo... malah tambah aneh aku makainya" jawabku makin kesal.

"Ren, aku pinjam celana bolamu aja ya, Plis... Bukan celana klub, celana bola yang biasa kamu pake itu, yang warna biru" Reno akhirnya mengangguk setuju dengan permintaanku tadi. Nggak apa-apalah pake celana bola, dari pada pake celana renang seksi begini, lagian si Reno dan Idris darimana sih ngambil celana norak begitu, huft.

"Guys, kitakan semuanya cowok, emang di kolam renang anak-anak pada pake celana? Kalau pada nggak pake celana gimana? Ngapain juga kita ribut masalah celana sempit itu" tanya Idris tiba-tiba. Aku dan Dion mengeryit mendengar pertanyaan Idris.

"Nggak tau juga sih, ini kan pertama kalinya kita ke kolam renang sekolah, mungkin aja siswa kelas 1 SMP telanjang, kan masih pada kecil-kecil, belum mimpi basah kan." celetuk Reno.

"Bener tuh, kalau kelas 1 SMP masih kecil, jadi nggak perlu pake celana menurutku. Hemm, kalau benar begitu aku mau kerjain tuh anak-anak baru, hehehe kayaknya asik," celoteh Idris, sepintas kulihat wajah Dion jadi sangar hahahaha, calon ketua OSIS ini nggak setuju sama ide si Idris.

"Kalau kelas satu sih nggak masalah telanjang, kan masih culun mungkin ada juga yang belum sunat, tapi yang sudah SMA, kalau telanjang juga gimana? masa kolam renang diisi cowok-cowok bugil." jawab Idris, aku dan Dion terperangah mendengar percakapan kedua temanku ini. Mereka berdua kan ngakunya suka sama cewek, bisa-bisanya membayangkan cowok-cowok bugil, apalagi pikirannya mesum begitu.

"Hey! Anak kelas 1 SMP belum boleh masuk kolam renang." potong Dion galak. Idris dan Reno terdiam mendengarnya, dan kelihatan salah tingkah, hahaha, rasain! Diomelin tuh sama Dion.

"Ya jelas aku tau, kan ada di peraturan, waktu kelas satu kalian nggak ingat apa? Kolam renang kan termasuk tempat yang tidak boleh dikunjungi selain asrama siswa lama" terang Dion sebelum Reno dan Idris bertanya lagi. Oh iya, aku juga lupa sama peraturan itu, hemmm memang anak baru nggak boleh ke kolam renang, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang tidak boleh dikunjungi. Benar-benar ketat peraturan buat siswa-siswa baru.

"Kok aku jadi ragu kalian berdua suka sama cewek, terutama kamu dris, kamu suka banget kayaknya ngebahas cowok, apalagi tentang cowok-cowok bugil tuh" muka Idris langsung merah mendengar sindiran Dion. Aku tertawa mendengar Dion jadi cerewet begitu hahaha.

"Sembarangan aja, aku pacaran sama cewek, titik" jawab Idris, meski suaranya kurang meyakinkan hehehe.

"Ya, cewek jadi-jadian kan?" candaku, hahaha Idris semakin jutek aja.

Kami melanjutkan obrolan kami pagi itu, karena temanya masih berkutat dengan hal-hal yang berkaitan dengan kolam renang, jadi rada mesum juga hahaha.

Sebenarnya aku sudah nggak terlalu yakin menjalankan rencana ini, bagaimana nanti kalau aku ketemu sama Fikri, aku harus ngomong apa? biasanya kalau sedang grogi aku cenderung sering buat kesalahan. Kalau ditanya keinginanku, jelas aku ingin rencana ini dibatalkan saja, tapi tentu saja teman-temanku akan kecewa, apalagi si Idris gagal rencananya mau lihat cowok-cowok bugil.

Tepat jam 4.00 sore kami berempat berangkat ke kolam renang, letaknya tidak terlalu jauh karena lokasinya masih dalam kompleks sekolah. Area kolam renang dikelilingi tembok setinggi tiga meter dan pintu masuknya berupa bangunan dua lantai seukuran dua kali lapangan basket.

Kami masuk ke bangunan tersebut yang hanya memiliki satu pintu masuk, di bagian tengah bangunan ada semacam lobi, ada beberapa petugas kebersihan dan petugas jaga. Kami mengisi identitas kami di daftar pengunjung lalu masuk ke ruang ganti yang ada di sebelah kiri. Ruangan itu tidak terlalu luas, tapi bersih. Aku baru pertama kali ini ke sini, beberapa siswa SMA yang mau ganti lewat dan tersenyum, mereka cuek saja buka baju dan celana, cuma pake celana dalam saja sebelum menutupnya dengan pakaian renang. Aku sedikit malu ketika harus berganti pakaian di ruang tanpa sekat begini, tapi apa boleh buat, nggak ada tempat lain lagi buat ganti.

Akhirnya kami berempat keluar dari ruang ganti dan menuju kolam renang. Ada empat kolam renang yang terpisah, satu kolam yang paling besar dan tiga kolam sedang. Aku agak canggung juga waktu masuk ke sini, ternyata jumlah siswa yang mengunjungi kolam ini diluar dugaan kami, "membludak".

Kebanyakan dari pengunjung kelihatannya siswa SMA, karena dari postur tubuhnya sudah bisa ditebak. Ternyata seksi-seksi juga anak-anak SMA ini kalau cuma pake celana renang, hahaha.

"Hari ini kan libur, pantas saja rame begini" Reno sedikit berteriak ketika bicara sama kami, karena suasananya lumayan bising.

"Iya nih, rame banget. Lumayan sesak juga tuh kalau mau berenang" tambah Idris.

"Oke, pasang mata kalian dan perhatikan, tujuan utama kita adalah cari si Fikri, jadi nggak usah mengeluh dris kalau kolamnya sesak, lain kali kita datang waktu sepi jadi kamu bisa memonopoli sendiri tuh kolam" celetuk Reno. Aku diam saja, terasa sangat tidak nyaman. Kenapa harus di kolam renang sih PDKT-nya, mengapa nggak di kantin atau ruang makan saja, kan lebih mudah.

"Nggak asiklah kalau terlalu sepi, nggak bisa cuci mata" celetuk Idris asal saja, kami bertiga saling padang mendengar ucapan Idris barusan, anak ini tidak diragukan lagi, dia "penyuka cowok" hahahaha.

Hampir dua puluh menit kami berkeliling, tetapi sama sekali tidak menemukan keberadaan Fikri.

"Kayaknya dia nggak ke sini" ucapku lesu. Aku lesu bukan karena nggak ketemu Fikri, tapi memang sudah nggak niat melanjutkan rencana aneh ini. Meskipun sejujurnya aku cukup gembira dia nggak ada, jadi nggak perlu lanjut, hahaha.

"Ya nih, Apa Reza bohong? Mungkin dia cuma mau ngerjain kita Rick" ucap Dion kesal.

"Emang kamu nggak nyelidiki apa yon? kamu kan satu asrama sama Fikri?" tanya Reno ke Dion.

"Aku nggak berani tanya-tanya ke dia, tapi beberapa kali aku lihat dia bawa-bawa pakaian basah, kemungkinan habis renang sih" jawab Dion sangsi.

"Kelihatannya Reza juga nggak bohong, mungkin memang hari Minggu dia tidak ke sini" jawabku apa adanya.

Kami bertiga rada kecewa, lebih tepatnya Reno dan Dion, dan kami putuskan untuk berenang saja, sudah tanggung ada di sini, masa harus pulang ke asrama.

"Ternyata nggak ada yang bugil ya" celetuk Idris.

"Kamu pasti suka cowok deh, nggak mungkin kamu suka cewek, dari tadi nyari cowok bugil" sindir Reno ke Idris. Aku dan Dion tertawa mendengarnya. Hahaha, lalu kami berempat melompat ke kolam yang paling besar, "byurrrrr" airnya terasa begitu segar.

Sekitar lima belas menit aku berenang di kolam yang paling besar yang dalamnya dua meteran. Ketidakhadiran Fikri di sini tidak lagi menjadi topik kami, karena air kolam renang ini lebih menarik untuk dinikmati hehehe.

Aku keluar dari kolam dan duduk di pinggir sambil menonton ketiga temanku yang masih semangat di dalam air. Beberapa kali ku perhatikan beberapa siswa SMA menatapku, kalau aku balas menatap, mereka malah pura-pura buang muka, hemmm hal yang sudah biasa, dan aku sendiri sudah terbiasa.

"Akhirnya ketemu di sini? Mana yang lain?" tiba-tiba Kevin sudah berdiri di sampingku.

"Itu lagi berenang" jawabku. Anak ini munculnya selalu tiba-tiba, dan nggak disangka-sangka.

Sesaat ku perhatikan si Kevin yang cuma pake celana renang. Dia sekarang sudah kelas 1 SMA, aku sih nggak heran badannya seputih ini, dia kan keturunan chinese, tapi jujur, dia seksi banget. Gimana nggak seksi, dia sudah 16 atau mungkin juga 17 tahun, lekukan di dada dan perutnya juga sudah kelihatan, tidak ada bulu dada, kulit bersih, rambut basah dan sisa-sisa air juga masih menempel di badannya. Selain itu celana renang yang dia pake beberapa centi diatas lutut, berwarna merah gelap dan lumayan ketat. Ya, menurutku dia sangat seksi.

"Ada apa? kok lihat gue begitu" Kevin menyipitkan matanya ketika bertanya. Aku memalingkan wajahku, jujur saja aku sangat malu, benar-benar malu.

"Nggak, kamu sudah tinggi banget sekarang, sudah SMA kan?" gumamku nggak jelas. Dia memandangku sesaat sambil mencerna kata-kataku barusan, kemudian duduk di sampingku, dan hanya tersenyum jahil.

"Kita latihan marching band baru dua minggu lalu, makan bareng di ruang makan baru seminggu yang lalu. Elu juga sudah tau dari lama gue sekarang kelas 1 SMA, masa dalam tempo satu minggu tinggi gue sudah nambah lagi sih?" sindir Kevin cengengesan.

"Ih, lebay, memang kamu sudah tambah tinggi kok, aku nggak pernah nanya tentang kamu kelas berapa? bisa aja kamu nggak lulus ujian nasional dan sekarang masih kelas 3 SMP" jawabku gugup berusaha menyembunyikan rasa malu.

"Gue kelihatan seksi kan?" timpal Kevin tanpa peduli alasan konyol ku tadi, reaksinya malah bikin aku tambah kikuk aja.

"Hahaha, kamu geer banget" jawabku ketus dan berusaha mengendalikan emosiku, aku harus jaga image nih, karena aku sudah malu, jangan sampe malu-maluin lah hehehe.

"Buktinya lu ngeliatin gue sampe lama begitu" celetuknya pede.

"Ya, kamu seksi dan menggoda, puas???" jawabku sambil bercanda.

"Ya, gue puas, puas banget lihat muka lu begitu, tambah cute aja hahahaha" Kevin tertawa dan refleks tangannya merangkul tubuhku. Aku kaget dan merasa canggung, apalagi kami sama-sama tidak pake baju, kulitnya yang dingin bersentuhan dengan kulitku. Detak jantungku terasa berdebar lebih cepat, untung reaksi Kevin selanjutnya biasa aja, kelihatannya tidak ada maksud negatif ,mungkin hanya sekedar keakraban seorang teman, jadi ku biarkan saja tangannya di pundakku. Lagian he is my friend.

"Kamu ngapain ke sini?" tanyaku asal. Aku nggak berharap ketemu anak ini di kolam renang, yang dicari Fikri malah yang muncul Kevin, shit!

"Ini kan kolam renang sekolah, siapapun boleh kesini" jawab Kevin nyengir. Hahaha, dia ada benarnya juga, ngapain juga aku nanya begitu, seakan-akan ini kolam renang milik bapakku, jadi malu.

"Nggak semua, siswa baru nggak boleh masuk" bantahku, hehehe giliranku yang cengengesan.

"Pintar banget ngeles lu" bisik Kevin sangat dekat sampe aku dapat merasakan bibirnya menyentuh telingaku. Aku hanya senyum saja mendengarnya, anak ini masih tatap Kevin yang dulu, selalu asik diajak ngobrol. Kami lumayan akrab, meski tidak sedekat hubungan ku dengan Dion, Reno dan Idris. Tapi dia tetap salah satu teman yang benar-benar asik.

"Tapi gue suka kok, meski lu suka ngeles" gumam Kevin dengan nada pelan.

"Sebagai teman" lanjutya buru-buru, kelihatannya ucapannya barusan juga refleks tuh. Wajahnya rada kikuk, hahaha, lucu liat dia begini. Tiba-tiba saja ada ide yang muncul di benakku, ku tarik tangan Kevin dan

"Byurrr..."

Kami berdua nyebur lagi dalam kolam renang, Reno, Idris dan Dion yang dari tadi memperhatikan kami ngobrol ikut nimbrung, kami berlima akhirnya main seperti anak kecil, hahahaha. Saling meneggelamkan, siram-siraman dan lomba renang dengan gaya yang nggak jelas hahaha. Benar-benar menyenangkan.

Acara kolam renang ini memang tidak sesuai rencana kami, tapi aku tetap senang. Aku tidak ketemu Fikri, bukan berarti rencananya gagal, tapi setidaknya kami bersenang-senang di sini, bahkan aku nggak terlalu ingat lagi tentang Fikri, Yes, I'm happy now!

Akhirnya kami meninggalkan kolam renang, sekarang sudah hampir jam enam. Kami sudah berpisah sama Kevin, karena asramanya berada tidak jauh dari kolam renang. Aku, Dion, Reno dan Idris juga sudah berpencar ke asrama kami masing-masing, nanti juga ketemu lagi saat makan malam. Dalam hati aku benar-benar bersyukur punya teman-teman yang mengasikkan, sungguh luar biasa.

Aku masuk ke asrama dan menuju lantai dua, karena kamar ku memang di lantai dua. Tadi ketika pulang dari kolam renang ku lihat Reza dan Hendra masih asik main tenis meja, berarti hanya ada Andre di kamar, kira-kira lagi ngapain anak itu sendirian di kamar? Jangan-jangan main Handbody lagi hehehehehe, ngeres juga pikiranku. Ternyata aku salah, pintu kamar kami terbuka, nggak mungkin si Andre main handbody tanpa ngunci pintu, wkwkwkwkwk.

Aku masuk ke kamar dan sesuatu membuatku terkejut dan gugup, bukan Andre yang ada di kamar kami, melainkan seorang cowok berkulit putih dengan rambut rapi berwarna hitam gelap duduk di atas ranjangku sambil menatap ke pintu, dan sekarang menatapku, ya karena aku sedang berdiri di pintu. Aku diam, bingung mau ngapain, atau jangan-jangan ini hanya halusinasi saja.

"Kok diam di pintu, masuk gih" tiba-tiba dia berbicara padaku.

Aku tidak menjawab pertanyaannya meski aku masuk juga ke kamar, lalu duduk di atas kursi meja belajar. Celana bola yang masih basah aku masukkan ke ember tanpa memperdulikan anak yang sedang duduk kurang semeter dari ku itu.

"Dari kolam renang ya?" tanyanya. Aku tambah terkejut mendengarnya. Apa dia tau kami mau ke kolam renang? Mungkin itu alasan dia nggak ada di kolam renang, dia sengaja menghindar. Lalu timbul pertanyaan lagi mengapa dia ke sini? Apa dia mencariku?

Huft! Kelihatannya aku terlalu panik dan kaget, ku tarik nafas pelan dan emosiku mulai stabil, hemmmm. Aku nggak boleh kikuk gini, tidak mungkin dia tau rencana kami. Lalu darimana dia tau kalau aku dari kolam renang? Apa Reza yang membocorkannya? Mungkin dia teman Reza. Tidak, dia tadi melihatku membawa celana basah, jadi dia bisa menebak kalau aku dari kolam renang. Aku harus kalem nih, "santai, ayo Ricko rileks saja, sekarang dia ada di depanmu, dan kalian hanya berdua, nggak perlu salah tingkah gitu" batinku memberi semangat.

"Kok bengong? Nama kamu Ricko kan" tanyanya ramah.

"Ya, maaf kakak cari siapa?" jawabku berusaha biasa.

"Kalian sudah kenalan ya?" tiba-tiba Andre masuk ke kamar membuatku tambah canggung. Fikri tersenyum sama Andre.

"Rick kenalin ini sepupuku Fikri, dia dari Bekasi yang aku ceritakan ke kamu itu" ucap Andre dengan senyum aneh.

"Aku sudah tau kok namanya" jawabku santai. What? kok aku jawab begitu? Fikri dan Andre malah tersenyum mendengarkan jawabanku, yang lebih parah lagi melihat raut mukaku yang salah tingkah ini.

"Yaudah, aku pulang dulu ya" tiba-tiba Fikri berdiri dari ranjangku, Andre mengangguk, aku sendiri masih belum percaya dengan suasana ini dan tentu saja masih kikuk.

"See you Ricko, dan jangan suka bengong begitu, nanti kamu dihukum lagi sama bagian keamanan seperti tahun kemaren hehehe. Just kidding" celetuk Fikri sambil berjalan menuju pintu dan meninggalkan kamar kami. Aku dapat melihat dia tersenyum sebelum hilang dari pandanganku. Aku juga cuma tersenyum, tanpa ada satu katapun yang mampu aku ucapkan. Dan parahnya, nampaknya Andre menyadari sesuatu. Aduh kok jadi gini sih.

"Kamu barusan darimana?" tanyaku sekedar mengalihkan perhatian Andre.

"Oh, dari kamar pengurus asrama, nitip uang jajan, kalau aku pegang sendiri ntar cepat habisnya" jawab Andre.

"Kelihatannya kamu sudah kenal sama sepupuku tadi?" tanya Andre tiba-tiba. Aku harus mengendalikan nada bicara dan sikapku, jangan sampe si Andre tau kalau aku sedang PDKT sama sepupunya.

"Nggak terlalu, cuma pernah duduk sedekatan waktu MOS kelas 1 dulu" jawabku dengan nada biasa. Akhinya aku bisa ngomong, meski masih rada canggung.

"Oh, dia cerita kok ke aku, kamu ditegur bagian kemanan kan waktu itu?"

"Hemmm, ya" jawabku sambil tersenyum.

"Katanya kamu nggak akrab sama dia, tapi kelihatannya kalian cukup dekat" tanyaku penasaran.

"Dia tadi habis izin ke kota, aku nitip ambilin uang di ATM, makanya dia ke sini ngantarin uang titipanku, kami memang tidak akrab, tapi belakangan ini dia lebih sering ngajak ngobrol. Mungkin mau tanya-tanya tentang kamu" jawab Andre dengan senyum jahil.

Aku terkejut mendengarnya. Andre memang pernah bilang kalau sepupunya nanya-nanya tentang aku, tapi dia nggak pernah bilang kalau sepupunya si Fikri itu, atau memang aku yang tidak bertanya. Kalau aku tau dia sepupunya Andre, nggak perlu ada rencana kolam renang tadi, pantas saja si Fikri nggak ada di sana, diakan izin ke kota.

"Aku mau mandi dulu ya, sudah sore ni." ucap Andre sambil membawa peralatan mandinya.

"Ya, aku sudah mandi tadi di kolam renang," jawabku santai.

Pikiranku saat ini sedang sibuk merangkai kejadian-kejadian yang baru saja aku alami. Bahkan fakta bahwa Fikri adalah sepupunya Andre adalah hal yang bagus, sewaktu aku tidak bertemu Fikri di kolam renang aku sudah tidak mempedulikannya lagi, tapi setelah pertemuan singkat kami di kamar ini dan fakta dia sepupunya Andre, jelas hal itu membangkitkan minatku kembali. Aku merasa semakin ingin tau, bahkan mendekatinya.

Dia benar-benar lebih tampan dari terakhir kali aku melihatnya. Ternyata dia juga masih ingat kejadian satu setengah tahun lalu, hemmmmm aku tersenyum sendiri mebayangkannya. Dia masih ingat aku, dan yang bikin hatiku tambah berbunga-bunga ternyata dia juga mencari informasi tentang aku, hahahaha.

Meskipun pertemuan kami sore ini hancur, maksud ku bukan basa basi yang romantis dan indah, malah bisa dikatakan lumayan buruk, setidaknya dia masih tersenyum ramah. Aku tidak bisa bicara, kikuk dan gugup, semoga saja aku bertemu dia lagi, dan dapat lebih dekat dan hemmmm entahlah, susah menggambarkannya.

Aku akan ganti baju dulu dan makam malam, akan aku ceritakan berita menggembirakan ini sama sahabat-sahabatku, aku bisa menebak reaksi mereka hahaha.

Ku tutup pintu kamarku dan menguncinya, karena aku mau ganti pakaian. Di depan cermin lemari satu per satu ku lepas pakaian yang aku gunakan hanya celana dalam saja yang tersisa melekat di tubuhku. Lama aku perhatikan penampilanku di belakang cermin, aku sudah remaja, Yes, I'm fifteen now.

Tiba-tiba dalam pikiranku muncul sosok Kevin yang tadi sore merangkulku, dia tersenyum. Senyumnya yang manis, bibirnya yang lembut, tetesan air kolam renang yang masih menempel di badannya, aroma tubuhnya yang segar, kulitnya yang lembut ketika menyentuh kulitku, meskipun tubuhnya dingin, tapi terasa begitu hangat. Mungkin kehangatan seorang teman, aku harus tegas, Kevin adalah temanku, aku tidak punya perasaan sama dia, dan wajar saja hasrat dan nafsuku muncul, dia kan cuma pake celana renang, bisa dikatakan setengah bugil, mungkin kalau kami cuma berdua saja di kolam itu, nggak tau apa lagi yang akan terjadi selanjutnya.

Ya, seperti kata teman-temanku, suka sesama cowok, cinta sesama cowok, pacaran sesama cowok adalah hal "normal", karena semua yang tinggal di sini berjenis kelamin laki-laki. Jadi adalah hal yang "normal" juga bagi cowok merasa terangsang dan bernafsu ketika melihat cowok cakep cuma pake celana renang berdiri di sampingmu, bahkan merangkul tubuhmu, setidaknya itulah kesimpulan dangkalku saat ini. dan jujur saja, Kevin dengan penampilan tadi sore, membuatku bernafsu.

Tok tok tok tok

"Rick, kamu lagi apa? buka pintunya dong" suara Andre terdengar dari luar kamar.

"Ya... bentar, aku lagi ganti baju" jawabku.

Dengan cepat kupake celana pendek dan kaos, lalu kubuka pintu kamar kami. Hemmmm, sebaiknya aku memikirkan apa rencanaku selanjutnya, salah satunya mencari Informasi lebih banyak dari teman yang ada di depanku saat ini, ya informasi dari Andre.

BERSAMBUNG


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C7
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ