"Dio, udah berapa lama saya nggak ke kantor?"
"Hmm.. Sekitar lima bulan, Pak"
Aksa mendengus. Pantas saja kerjaannya menumpuk hingga sebanyak ini.
"Pak, apa Bapak nggak mau pake sekretaris baru itu? Kan lumayan, bisa hemat tenaga" bujuk Dio.
"Kamu nawarain sekretaris itu, buat bantu saya atau untuk meringankan tugas kamu?"
Dio ketahuan. Ia menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali.
"Hehe.. Bapak tau aja" kata Dio dengan cengiran lembar seolah tak berdosa.
Aksa tidak menjawab apapun. Fokusnya kembali pada kertas yang berserakan. Bukannya ia tidak ingin menggunakan jasa sekretaris, hanya saja saat ini Aksa ingin menjaga jarak dengan seluruh wanita selain istri dan keluarganya.
Aksa menyadari segala kekurangan dalam dirinya. Meskipun hatinya sudah ia beri untuk Irona, tapi tidak menutup kemungkinan bagian hati yang lain terbuka untuk wanita mana saja.
Suara dengkuran membuat Aksa mengalihkam fokusnya. Ia menoleh, dan Dio sudah tertidur dengan pulas.