"Bagaimana dengan Briel? Apa Clara merawat Briel dengan baik?" tanya papi Bram lagi, sontak membuat Bram lagi-lagi menoleh dan menatap sang papi.
Bram menghela napas. Ada apa dengan papinya? Tentu saja Clara merawat Briel dengan baik, bahkan Clara menyayangi Briel dengan tulus. Pikir Bram.
"Tentu saja. Briel adalah anaknya," ucap Bram.
Papi Bram mengangguk.
"Syukurlah," ucap papi Bram.
"Sakit..."
Bram dan sang papi terperanjat ketika mendengar lirih kesakitan Briel. Lantas keduanya beranjak dari sofa dan melihat menghampiri Briel.
"Briel! Kakak Briel!" panggil Bram.
Briel membuka matanya perlahan. Dia melihat ke langit-langit kamar ruangan bergambar awan serta langit biru khas kamar anak-anak. Kamar untuk rawat anak-anak memang di design semenerik mungkin agar membuat anak-anak merasa nyaman ketika berada di dalamnya.
"Sayang, Kakak Briel! Apa yang Kakak Briel rasakan?" tanya Bram panik.
Papi Bram bergegas keluar, dia memanggil Dokter ke ruangannya.