ดาวน์โหลดแอป
100% The Gods : Who Is Me? [Greek Gods] / Chapter 7: Harus Ya? Bakar-Bakar Makanan?

บท 7: Harus Ya? Bakar-Bakar Makanan?

Zefan duduk di ranjang king size setelah ia di antar Jason ke kamar itu. Ia tak ingin tidur, sungguh menakutkan jika membayangkan mimpi buruk yang ternyata kenyataan itu kembali mengusik dalam tidurnya. Ia menatap ruangan itu. Terdapat macam-macam lukisan kuno di sana, seperti seorang dewi duduk di singgahsananya dengan angkuh, perkumpulan para dewa dan dewi, dan yg lebih membuat Zefan tercengang adalah melihat para dewa dan dewi yang sedang bercumbu bahkan tanpa sensor.

Zefan pernah sedikit membaca cerita fiksi mengenai dewa dan dewi (itupun karena tugas sekolah), Para Dewa itu selalu gila akan bercinta jadi ia akan simpulkan bahwa demigod di bumi ini sangatlah banyak dan ia yakin ia memiliki saudara tiri lebih dari 5 orang.

"Menjijikkan melihat lukisan seperti ini," gumam Zefan lalu tangannya terangkat mencoba melepaskan lukisan berukuran sedang itu.

"Sudah kuduga mereka tak akan membiarkan lukisan menjijikkan ini lepas begitu saja," kesal Zefan.

Zefan mengambil kain putih dan menutupi lukisan itu, entah kenapa ia benar-benar kesal melihat lukisan itu terlebih lagi ia pernah mengalami hal buruk itu.

"Apa yang harus kutanyakan saat makan malam nanti?" Gumam Zefan saat mengingat acara makan malam keluarga Fault.

Ketika Zefan sibuk dengan pikirannya, suara dering HP di saku celananya membuat dia tersadar. Pemuda itu mengeluarkannya dan sedikit takjub kalau HP nya masih terlihat baik-baik saja setelah benturan keras di mobil tadi pagi.

"Ayah?" Layar HP menampakkan nama Ayahnya.

"Ya, Ayah?" jawabnya.

"Nak!! Kau baik-baik saja?? Aku mendengar gedung sekolahmu ambruk!!" Panik sang ayah.

"Ambruk?" Heran Zefan.

Terdengar suara pekikkan pelan di seberang. Itu suara ayahnya yang sepertinya lebih terkejut lagi dari sebelumnya.

"Nak, apa penyebab sekolahmu ambruk?" Tanya sang ayah dengan suara hati-hati.

"Ayah, itu, aku," Zefan gugup bukan karena ketakutan tapi karena ia ingat kalau ayahnya sudah tahu semua hal yang menimpa Zefan.

"Berhubungan dengan ibumu, ya?"

"Ayah, kau tahu semuanya?"

"Ayah minta maaf, Nak. Itu demi--"

Seseorang membunyikan bell rumahnya membuat sang ayah terdiam sebentar.

"Aku akan menghubungimu lagi, Nak. Sampai Nanti."

"Ayah?? Ayah?? Siapa--?"

Telepon terputus membuat Zefan tertegun dalam kegelisahan.

Menit berganti menit begitu pula jam. Berkali-kali Zefan melirik HP-nya menunggu ayahnya menghubungi lagi. Tapi tidak ada apa-apa di sana. Zefan menatap jam tepat jam 6 malam. Ia sudah mandi dan berpakaian yang ada di dalam lemari di kamar itu. Untungnya ada yang sesuai dengan badannya.

Tokk... tokkk.. tokkk..

Zefan yakin itu Jason lalu melangkah membuka pintu itu.

Ckleek

"Hai hyung," sapa Jason sambil melambaikan tangan.

Zefan menatap Jason seperti biasa, datar.

"Ayo, makan malam akan di mulai," ajak Jason dan Zefan mengangguk pelan.

Mereka berjalan pelan menuju ruang makan dalam hening.

"Emm.. Zefan," ucap Jason memecahkan keheningan.

"Hm?" Gumam Zefan.

"Kau tak tidur ya?" Tanya Jason.

Zefan menatap Jason heran.

"Bagaimana kau tau?" 

"Mukamu kelihatan kusut tuh," jawab Jason dengan tawa kecil.

"Sialan," maki Zefan.

"Serius Jason,"

"Ya.. ya.. aku memang sudah tau dari ekspresimu Zef, aku bisa membaca situasi seseorang tapi tidak bisa membaca pikirannya," jelas Jason.

Zefan mengalihkan pandangannya tak mengucapkan apapun tapi hatinya berkata bahwa kemampuan Jason memang keren.

"Aku tau aku keren," ucap Jason.

"Ya.. terserahlah," malas Zefan.

"Jadi?? Kenapa tak tidur?" Tanya Jason

"Aku tak bisa," jawab Zefan singkat.

"Takut hm?"

Ada rasa malu di hati Zefan namun ia tetap menjawab, "Ya,,"

Jason hanya mengangguk pelan seolah memahami situasi Zefan.

"Ohh ya, bagaimana keadaan Luna?" Tanya Zefan.

"Mama bilang Luna baik-baik saja, sekarang dia harus di rawat di Rumah Sakit tempatnya bekerja dan menunggu sadar. Kita harus meminta pemberkatan dari para dewa untuk temanmu," jelas Jason.

"Apa yang di pikirkan para dokter mengenai lukanya?" Tanya Zefan.

Jason tertawa kecil, "mungkin mereka mengira kalau Luna korban dari sekolah yang ambruk."

Zefan teringat pesan ayahnya mengenai sekolahnya.

Jason menarik Zefan agar menatapnya.

"Kau tau Zef, kalau kau tak ingin tidur maka kau tak akan mendapatkan petunjuk hidupmu, seberapa buruk mimpi mu itu adalah hal yg menuntunmu kepada takdirmu. Mimpi seorang demigod tidak bisa di remehkan. Seberapa buruknya itu, kau harus mengjadapinya. Harus." jelas Jason.

Zefan menatap Jason dengan gugup ia rasa mukanya sudah terbakar sekarang. Jantungnya terasa sedang berlari maraton. Ia mengalihkan pandangannya dan menghembuskan nafas. Sungguh ia kesal suasana seperti ini.

"Aku takut Jason, kau tau? Berat rasanya mengetahui bahwa aku demigod, dan fakta-fakta lainnya. Di tambah lagi mimpi itu, apa yg mereka incar dari ku?"

Jason menatap Zefan tak percaya. Sejak kapan Zefan mau berbicara panjang seperti itu?

"Maaf Zef, tapi itu memang jalan yang harus kau tempuh mulai sekarang, ibumu sudah menyatakan bahwa kau anaknya, dan kau di takdirkan berjuang bersama kami," jelas Jason.

"Aku kembali dibuat bingung." Ujar Zefan.

Jason tersenyum menawan membuat jantung Zefan jumpalitan. "Kau perlu membaca lebih banyak nanti. Akan kusuruh Chiron untuk membimbingmu."

"Chiron? Siapa?"

"Kau akan tahu setelah sampai di sana."

"Kemana tepatnya kita pergi?"

Jason membisu dan melanjutkan jalan hingga mereka masuk ke ruang makan.

Zefan terkejut ketika seorang pria patuh baya duduk di salah satu kursi di depan meja makan.

"Ayah!!" Zefan mendatangi sang ayah dan memeluknya.

"Ohh hai, nak."

"Kurasa kau harus menjelaskan semuanya padaku." kesal Zefan.

"Sebelum itu, mari kita makan malam terlebih dahulu." Potong Mama Fault.

"Keperapian, anak-anak!" Perintahnya.

Dengan heran Zefan menatap Jason, Ray, dan Al membawa sedikit makanan dan berjalan menuju ruang keluarga.

"Ikuti mereka, Nak." Perintah sang ayah.

"Itu maksudnya apa?"

"Melakukan persembahan, say." Jawab Mama Fault.

"Persembahan untuk orangtua dewa kita." Tambah Ray.

"Ambil sedikit dari makananmu dan ikuti kami." Ucap Jason.

Zefan menurutinya. Ketika mereka sampai di depan perapian, Jason berbisik.

"Berhubung kau belum tahu ibumu, bedoa saja pada seluruh dewa dan minta Dewa Apollo untuk menyembuhkan temanmu."

"Dewa Apollo?"

"Lakukan saja,"

Zefan melihat Jason menutup matanya dan berkomat-kamit lalu ia membuang makanannya ke dalam api. Zefan mengikuti teladannya, ia menutup mata dan berdoa 'Ibu, aku masih belum memahami ini. Bantu aku. Dan selamatkan temanku, Luna. Untuk Athena dan Apollo' kemudian Zefan membuang makanannya. Tidak ada suara mendesis ketika makanan menyentuh api atau bau gosong, melainkan ada bau harum dari makanan itu sendiri ke sinus Zefan.

Setelah makan malam mereka tetap berkumpul di meja makan.

"Oke," Ujar Ayah Zefan. "Sebelumnya maafkan aku, nak. Ibumu memintaku untuk merahasiakannya."

"Sudah pasti," Balas Zefan.

"Tapi kau berbeda dari yang lain, Nak." Potongnya. "Ibumu benar-benar mengandungmu. Tinggal bersama dengan ayah selama satu tahun penuh." Jelasnya.

"Mengandung?" Bingung Ray.

"Apa ada yang salah?" Tanya Zefan.

"Para Dewa tidak mungkin membiarkan dirinya bersusah-susah membawa bayi dalam perut." Jelas Jason.

"Siapa ibunya? Anda tahu?" Tanya Al.

"Athena," bukan sang ayah yang menjawab melainkan Zefan sendiri.

"Aku bertemu dengannya dalam mimpi tadi siang." Zefan melempar tatapan minta maaf pada Jason. "Ada yang bisa menjelaskan Athena ini dewi seperti apa?" mohon Zefan.

"Dewi Kebijaksanaan, Dewi Perawan." Jawab Al.

"Jadi Athena melanggar sumpahnya." Ujar Ray.

"Itulah kenapa dia tidak bisa mengklaimmu secara terang-terangan, nak." Ucap sang ayah. "Tapi sekarang sudah waktunya."

"Sudah waktunya untuk apa, ayah?"

"Sudah waktunya kau menjalani kehidupan yang sebenarnya. Takdirmu sudah ditulis sejak lama. Ikutlah bersama anak-anak ini."

Zefan melirik Jason, Fay, dan Al secara bergantian. "Kemana tepatnya aku akan pergi?"

"Tempat teraman untuk anak seperti kita menjalani kehidupan. Kami berlatih dan belajar." Jelas Ray.

"Bagaimana dengan ayah?"

"Aku akan baik-baik saja, Nak. Kejar takdirmu dan jangan pernah takut walaupun takdirmu terlalu mengerikan untuk di tempuh." Jelas sang ayah.

"Takdir apa sebenarnya?" Zefan mulai frustasi dengan pembicaraan ini.

"Kau akan tahu besok." Ujar Jason.

"Besok?!!"

"Lebih cepat lebih baik." Setuju sang ayah. "Kurasa aku harus pulang. Hubungi aku ketika kau sampai sana, Nak. Ayah mencintaimu."

Belum sempat Zefan bertanya kenapa ayahnya selalu terburu-buru, pria itu pergi dengan kecupan terakhir di dahi Zefan.

"Nahh, kurasa sudah waktunya kita tidur. Kalian harus menempuh perjalanan pagi-pagi sekali." Ujar Mama Fault.

"Bagaimana dengan tidurmu, Zef?" Tanya Mama Fault.

Zefan sedikit menunduk, "Akan kuusahakan untuk tidur." Gumamnya.

Mama Fault menghela nafasnya, "maaf aku tidak bisa menemanimu, aku harus kembali ke rumah sakit untuk mengecek keadaan temanmu."

"Mau kutemani Zefan-hyung?" Tanya Jason.

"Tak usah," ketus Zefan dengan menahan malu karna menjadi pengecut lalu berlalu dari ruang tengah menuju kamarnya.

Jason tersenyum lucu melihat tingkah Zefan yang sebenarnya ia tau namja putih itu gengsi untuk meminta dia tidur bersamanya.

"Kalau saja aku tak punya kekasih kelinciku, sudah ku tawarkan dia tidur bersamaku Jase,," ucap Al yang di balas dengan tatapan membunuh dari Jason.

"Mati saja kau Reizal!!" Maki Jason lalu berlari dari sana.

TBC.

(Penggantian Nama Pemeran)


Load failed, please RETRY

ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ เขียนรีวิว

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C7
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ