"Lo hanya ingin diam aja di sini? Mereka berdebat dengan panas di sana, dan hanya lo yang tahu banyak hal justru lo memilih diam?" Fiko melihat perdebatan antara Aldi dan Sadewa hanya melihatnya dengan tatapan datar. "Iya," Ini adalah pilihan Fiko.
"Enggak ada yang perlu diperjelas juga," sambung Fiko mengatakan yang sebenarnya pada Tika. "Dan, gue juga sebenarnya muak. Hanya saja gue lebih memilih pura-pura tidak tahu," Tika terkekeh.
"Lo keterlauan, saat orang-orang mencari kebenarannya, Ray memberi lo banyak akses untuk enggak bisa berbicara banyak hal ke lo. Lo justru lebih suka terkurung seperti ini?" Fiko terkekeh, dia benar-benar tidak berpikir jika ini adalah masalah besar. "Kenapa?"
"Gue memikirkan akan ada hal seru jika gue berusaha memberontak, lagipun. Rumah gue dibom dan hancur. Rumah satu-satunya gue hanya ruang empatpuluh dan markas," Tika menghela nafasnya berat.