"Aku menyadari kesalahanmu?" tanya Sana mengelus puncak kepala Wiga pelan sekali, Wiga menjawab dengan anggukan kepalanya lemah. "Aku enggak tahu kalau selama ini Sadewa baik, dia hanya depresi dan membutuhkan kasih sayang dan banyak perhatian. Dia berhasil membuatku keluar dari zona yang dia buat sendiri demi ayah tapi dia gagal keluar dari zona buruknya terlalu dalam,"
Wiga menghela nafasnya berat seperti seolah-olah masalah terus bertumpu padanya tanpa ampun. "Mengenai kenapa aku terus bodoh dan enggak peka, aku memang bodoh untuk paham," sambung Wiga lagi, hari-harinya menjadi semakin berat setelah apa yang dia lakukan benar-benar memaksa dirinya untuk menjadi lebih baik namun merusak tubuh seseorang.
"Apa kamu sudah menghubungi Sadewa untuk bicara baik-baik?" tanya Sana untuk memberi saran pada pacarnya sendiri, Wiga menjawab dengan anggukan kepalanya jika dia melakukannya.