Satu-satunya tempat Mika menumpahkan kekesalan hatinya, tak lain hanya dengan Doni. Sore setelah kuliah bubar, dia bergegas menuju kosnya dan mengambil jaket. Dua puluh menit terhitung, Mika sudah berada di bus menuju tempat Doni, Surabaya. Beberapa baju miliknya sengaja ia tinggalkan di tempat kos Doni tempo hari, sehingga dia tak perlu membawa baju lagi ketika menginap di sana.
Setibanya di terminal, Mika menunggu jemputan Doni di tempat biasa, yakni tikungan dekat mushola. Hari sudah cukup malam ketika beberapa orang berpakaian preman mengawasi Mika. Dia sudah lumayan sering berada di sana, sehingga tak ada lagi kekhawatiran seperti di awal dulu.
Doni datang dengan motor besarnya, berhenti tepat di hadapan Mika. Sekilas tampak matanya lesu karena badannya sedikit demam namun memaksakan diri menjemput Mika. Dipeluknya Doni dari jok belakang, dan Mika merasa bahwa kekasihnya itu memang sedang kurang enak badan.
"Mas, kita beli makan dulu ya."
halo reader. next chapter akan jadi babak yang menegangkan.. author kebingungan mau gimana menyampaikannya, so biarkan "Si Mika" yang mengambil alih cerita ya. next chapter, based on Mika's point of view.
Silahkan review dan komentarnya.
Terima kasih banyak-banyaaaakkk...
Love.
van_ wilery