"Yang kamu katakan tidak salah, aku memang tidak bisa melindunginya. Tapi dengan kekuasaanku, mudah bagiku kalau ingin membunuh siapa pun."
Begitu dia mengatakannya, Li Yuan pun seketika tidak berbicara lagi.
Setelah beberapa saat Li Yuan pun berkata dengan gugup, "Uhuk uhuk, ini… membunuh itu melanggar hukum, tidak baik."
Setelah itu dia pun cepat-cepat berjalan ke pintu berukir sambil membawa kotak peralatan medisnya.
Sesampainya di kamar tidur utama, Li Yuan memeriksa luka Gu Qiangwei dan mendapati bahwa di tubuhnya ada banyak memar. Luka di dahinya juga jelas terlihat semakin parah.
Keningnya berkerut, ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.
"Bagaimana bisa terluka sampai seperti ini?"
Wajah tampan Qin Sijue juga ikut muram. Pemandangan di ruang tamu kediaman Gu muncul di benaknya.
Dia tidak tahu apa yang terjadi di dalam sebelum dia masuk.
"Sepertinya harus diopname." Li Yuan berkata.
Qin Sijue mengernyit, "Harus?"
"Ya, di tubuhnya ada banyak memar, harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh dan tinggal di rumah sakit selama beberapa hari untuk diamati."
"Ayo pergi."
Setelah mengucapkannya, Qin Sijue sudah mengangkat wanita di atas tempat tidur.
Setelah mereka tiba di rumah sakit, pemeriksaan lengkap pun dilakukan. Di tubuh Gu Qiangwei ada banyak cedera, yang paling parah adalah dahi dan pergelangan kakinya.
Luka di dahinya bertambah parah, pergelangan kakinya juga bengkak.
"Kapan dia bisa sadar?"
Di samping tempat tidur, Qin Sijue melirik ke arah Li Yuan.
Li Yuan menatap Gu Qiangwei yang tidak sadarkan diri di tempat tidur lalu memperkirakan, "Mestinya sebentar lagi sadar."
Baru saja dia berkata, orang di tempat tidur pun bergerak, bulu matanya bergetar.
"Lihat, sudah sadar."
Begitu membuka matanya, Gu Qiangwei langsung merasakan dengan jelas seluruh tulang di tubuhnya bagaikan dirakit kembali. Rasa sakitnya membuat keningnya berkerut kencang.
Saat pandangannya menjadi jelas, dilihatnya sebuah wajah yang sangat indah.
"Sudah sadar?" Yang berbicara adalah Li Yuan. Saat menatap Gu Qiangwei, selalu ada senyum tipis yang sinis di sudut bibirnya.
Gu Qiangwei menyapukan pandangannya ke ruangan yang putih itu. Kesan pertamanya adalah rumah sakit.
"Bagaimana tubuhmu bisa cedera?" Qin Sijue bertanya sambil menatapnya.
Saat bertemu dengan matanya yang hitam kelam itu, Gu Qiangwei terdiam. Ingatan muncul di dalam pikirannya.
Saat itu bagaimana dia bisa berada di kediaman Gu?
"Jatuh."
Gu Qiangwei menjawab singkat lalu mencoba untuk duduk.
"Mari, biar kubantu!" Melihatnya sulit bergerak, Li Yuan bergegas mengulurkan tangan hendak memeganginya.
"Kamu boleh pergi!"
Saat mendengar suara Qin Sijue, gerakan Li Yuan yang hendak memegangi Gu Qiangwei pun terhenti. Pada akhirnya dia pun mundur diam-diam dari samping tempat tidur.
Gu Qiangwei mengernyit. Apakah pria ini selalu berbicara seperti itu?
Gu Qiangwei memaksakan diri untuk menegakkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang.
Hanya saja rasa sakit di sekujur tubuhnya dalam sekejap membuat wajahnya memucat.
Qin Sijue merasakan semacam dorongan untuk mengulurkan tangan dan memeganginya, namun pada akhirnya dia memilih untuk mengabaikannya.
"Bagaimana bisa jatuh sampai begini?"
"Jatuh dari tangga."
Mata kelam Qin Sijue tenggelam, "Mereka yang mendorongmu hingga jatuh?"
Gu Qiangwei pun terdiam, lalu menunduk.
Saat itu dia memang sangat ingin menyingkirkan tangan Gu Shijie, tapi tidak disangka Gu Shijie benar-benar melepaskan tangannya sehingga membuatnya oleng dan jatuh terguling di tangga. Ini sepertinya tidak termasuk didorong.
"Bukan, aku sendiri yang tidak hati-hati."
"Kalau begitu kamu benar-benar bodoh."
"…" Gu Qiangwei mendongak dan melirik pria di depannya itu.
Mengapa pria ini selalu terlihat sombong?
"Bagaimana kamu bisa ke rumahku?"
Setelah menginap semalam, Gu Qiangwei menganggap dirinya telah mengenal pria di depannya ini. Maka dia pun bertanya tanpa berpikir.
"Dia." Qin Sijue memalingkan kepalanya dan melihat sekilas sosok yang sedang meringkuk di samping ranjang pasien.
Mengikuti pandangannya, Gu Qiangwei pun menoleh dan langsung melihat Monchi.