"Jie? Bukain pintunya sayang!" Suara Afka terdengar melengking, membuat Ghirel merasa sangat terganggu. Terhitung lima belas menit lamanya Afka terus menggedor pintu kamar yang sedang Ghirel gunakan. Bahkan pemuda itu sesekali mencoba mendobraknya.
"Apaan sih! Gak tahu orang lagi sedih karena kehilangan apa!" Kesal Ghirel. Telapak kaki gadis itu kini menapak di atas lantai. Dia mulai berjalan menuju pintu kamar kemudian membuka kunci pintu.
Afka segera mendekapnya dengan erat sesaat setelah pintu kanar terbuka. Ghirel sampai terkejut melihat reaksi Afka yang tidak ia kira sebelumnya.
"Kamu kenapa? Mocay udah ketemu?" Tanya Ghirel sambil berusaha untuk melepas dekapan Afka.
Baru saja Afka akan menjawab, salah seorang pelayan berlari terpogoh-pogoh menghampiri keduanya. Di tangan pelayan tersebut, terdapat kucing oren yang membuat Ghirel memekik girang.
"Mocay!" Teriak Ghirel antusias. Gadis iru segera berlari dan mengambil alih Mocay dari tangan pelayan tersebut.