"Afka, maaf tapi kayaknya kita emang harus putus," Ghirel tak berani menatap Afka. Ia hanya dapat menunduk dengan air matanya yang menetes.
"Kenapa cewek suka minta putus padahal itu bukan kemauannya?" tanya Afka. Dia melepaskan Ghirel dari rengkuhannya. Tangis Ghirel semakin kencang, apa yang Afka katakan sepenuhnya benar. Ghirel tak ingin kehilangannya, tetapi dia harus melepaskannya. Menentang bunda ternyata membuatnya gelisah hingga tak bisa tidur dan makan dengan nyaman.
"Gak ada putus, atau apapun itu Jie... kamu cuman lagi emosi doang makannya minta putus. Udah ya, kita jalanin kayak biasanya, toh kita masih SMA gak usah terlalu peduli dengan restu," jelas Afka. Dimata Ghirel saat ini, Afka terlihat sangat dewasa dan tampan.
"Tapi aku gak bisa bohongin bunda," balas Ghirel. Afka meraih dagu Ghirel lalu mengangkatnya agar pandangan mereka bertemu.
"Kamu sayang aku?" tanya Afka yang langsung dibalas anggukan semangat dari Ghirel. "Banget. Aku gak tau ini terjadi mulai kapan tapi sekarang aku sayang banget sama kamu," jawab Ghirel penuh keyakinan.
"Terus kenapa minta putus?" tanya Afka membuat Ghirel menunduk kembali.
"Kamu mutusin aku karena bunda atau karena cemburu sama Tatiana kemarin?" tanya Afka memastikan. Sejujurnya dari kemarin hanya itu yang Afka pikirkan. Takut jika Ghirel cemburu dengannya dan bertindak kekanak-kanakan seperti ini.
Sedangkan Ghirel sepenuhnya ingin putus dengan Afka karena bundanya. Untuk pertama kalinya, kemarin Ghirel melihat bundanya marah besar. Dan melarang Ghirel untuk dekat dengan Afka lagi. Bunda adalah orang yang sangat penyayang dan sabar. Jarang sekali ia memberikan sebuah teguran kepada Ghirel apalagi memarahi Ghirel. Melihat amarah bunda kemarin membuat Ghirel merasa terancam dan takut hal buruk akan menimpanya.
"Percaya sama aku. Karena bunda bukan karena Tatiana atau siapapun itu!"tegas Ghirel. Ia menatap Afka teduh. Yang ditatap malah penuh amarah. Ia memang cemburu, namun pantang untuk putus hanya karena cemburu. Toh perasaan cemburu ini tidak lebih besar daripada rasa sayangnya kepada Afka yang terlanjur membakar hatinya.
"Aku gak bisa,Jie! Aku gak mau putus sama kamu," ujar Afka sembari memalingkan wajahnya. Ia tak sanggup lagi harus menatap Ghirel yang sedang menangis di depannya.
"Afka,aku mohon...." Ghirel meraih lengan Afka mencoba menarik perhatian Afka yang tak mau menatapnya.
"Aku bilang enggak ya enggak Jie," teriak Afka membuat Ghirel terkejut.
"Kita backstreet oke?" lanjut Afka sembari mencengkram kedua pundak Ghirel yang masih getir mendengar amarah Afka.
"Itu sama aja aku bohongin bunda Af,nanti kalau ketauan bunda gimana?" jawab Ghirel sembari tersenyum kecut.
"Please, jangan tinggalin aku disaat hati ini udah ada di kamu Jie," Afka memohon. Untuk pertama kalinya, ia merasa sangat putus asa dan tidak ingin kehilangan seseorang lagi. Rasanya baru kemarin Afka kehilangan ibunya dan Sana-mantan kekasihnya. Ia tidak ingin kembali kehilangan sosok perempuan yang penting bagi dirinya.
Nada bicaranya tidak menyiratkan kebohongan sedikitpun. Sangat tulus. Itu yang dirasakan Ghirel hingga ia luluh begitu saja. Ghirel berfikir panjang mencari jalan terbaik untuk memecahkan masalah ini. Sepertinya ucapan spontan Afka tentang backstreet adalah jalan terbaik menurutnya.
"Urusan ketahuan atau engga, itu nanti. Sekarang, aku mau kita jalani semuanya dulu tanpa sepengetahuan bunda kamu oke? Aku mohon Jie,"
Memang benar kata orang, saat kau menemukan seseorang yang tepat. Maka kau akan selalu kalah darinya.
***
Sepulang sekolah,Afka mengajak Ghirel untuk sekedar makan dan nonton bioskop. Mendengar berita Afka memarahi Ghirel mati-matian membuat Siska dan Tzuwi mengekor dibelakang keduanya untuk memastikan keselamatan sahabatnya.
"Romantis yah," ujar Tzuwi sembari mengayunkan tangan Siska yang ada di genggamannya.
"Gue harap gak akan ada masalah lagi selain masalah bundanya Ghirel," kata Siska dengan tatapan lekat menatap pasangan di depannya.
"Dan gue harap, minggu depan kita gak kaya gini lagi Sis," timpal Tzuwi membuat keduanya tertawa. Mereka menyadari kejombloan mereka yang semakin lama semakin membuat mereka gerah dan menyerah dengan statusnya itu .
"Gak nyangka gue kalo Ghirel yang bakal pacaran pertama diantara kita," lanjut Tzuwi.
"Dan gak nyangka dia dapet mantan gue," balas Siska.
"Berarti Ghirel pacaran kedua diantara kita,"ralat Tzuwi.
"Pertama lah, karena gue gak akan nganggap mantan brengsek kayak Afka," ujar Siska sembari menatap sengit punggung Afka.
"Kenapa lo biarin Ghirel sama Afka padahal lo tau dia brengsek?"tanya Tzuwi lagi membuat Siska tersenyum hangat sebelum menjawab.
Mereka memutuskan untuk tidak memberitahu Ghirel mengenai Siska yang pernah menjadi kekasih Afka. Mereka tak ingin Ghirel merasa tidak enak kepada Siska dan yang ada malah bertengkar dengan Afka yang sangat keras kepala.
Siska tersenyum pahit sebelum menjawab,"Karena gue ngerasa, kali ini Afka beneran tulus sama Ghirel."
"Kalau Ghirel tau lo mantannya, apa yang bakal terjadi ya kira-kira?" gumam Tzuwi. Siska menatap kosong pada langit-langit mall.
Dia tersenyum pahit sekali lagi, "Siklus hidup gue bakalan terjadi ke Ghirel, semoga dia gak lebih parah."
"Emang siklus hidup apaan Sis?" tanya Tzuwi yang tidak mengerti.
Siska meliriknya sekilas sembari mengendikkan bahunya, gadis itu memang penuh misteri.
"Disini ada yang jual cilor enggak ya?" tanya Siska membuat Tzuwi geram. Jelas-jelas keduanya sedang berada di dalam mall yang cukup besar dan terkenal, bagaimana bisa gadis itu menanyakan hal nyeleneh tersebut.
"Gimana kalau kita aja yang jual disini? namanya Tapioka With Egg. Nanti kita jual harga 100K," kata Tzuwi dengan percaya diri.
"Gila lo? mahal banget!" Siska tidak menyetujuinya.
"Itu udah murah, kalau pakai cipratan saos yang aesthetic nanti kita bisa jual 1juta," balas Tzuwi.
"Jual sejuta, lo kira cilor kita pakai taburan truffle apa?" protes Siska.
***
Afka dan Ghirel memasuki sebuah tempat makan dengan nuansa modern. Kebetulan, restoran ini sedang mengadakan sebuah promosi besar-besaran dengan cara mengikuti sebuah challenge berupa menjawab sebuah tebak-tebakan.
Siapapun yang berhasil menjawab akan mendapatkan dessert gratis untuk semua varian. Dan dengan otak cerdas Afka, mereka berhasil mendapat gratisan berupa mochi strawberry.
Seperti biasanya juga, Ghirel memesan Greentea dan Afka memesan Vanilla latte.
"Jie, tau gak kenapa aku suka latte?"tanya Afka kepada Ghirel yang sibuk membalas chat kekasih Afka. Yah, itulah kerjaan Ghirel selama menjadi kekasih Afka. Menjadi admin Line sekaligus instagram pribadi Afka. Ini alasan mengapa Ghirel mempertahankan Afka meskipun Afka memiliki banyak kekasih selain dirinya.
"Karena enak," jawab Ghirel seadanya. Matanya masih fokus kepada ponsel Afka yang ada ditangannya. Ada pesan aneh dari seseorang bernama Kristal, sepertinya gadis itu sangat terobsesi dengan Afka.
"Karena latte kayak diri aku Jie," ujar Afka membuat Ghirel sedikit terkejut.
"Ih, gak nyambung banget Afka!" Ghirel menepuk pelan tangan Afka yang terletak di atas meja.
"Dengerin dulu sayang," satu kalimat yang berhasil membuat jantung Ghirel terpompa cepat. Disertai dengan genggaman hangat pada tangan Ghirel.
"Karena latte gak enak kalo diminum tanpa pelengkap. Kaya aku, gak bahagia tanpa pelengkap. Dan pelengkap hidupnya aku, kamu Ghirel Sananta," ujar Afka dengan senyum mengembangnya membuat Ghirel tak bisa menyembunyikan senyumannya lagi saat ini. Bahkan pipinya sudah memerah menahan malu.
"Afka, tau gak kenapa aku suka banget sama Greentea?"Ghirel gantian bertanya.