Setelah mobil Michael berhenti didepan rumah Gabby perempuan itu bergegas turun. Sebelum menutup pintu dia menoleh dan melambaikan tangannya sebentar.
"Aku masuk dulu ya, makasih." Ujar Gabby singkat. Perempuan itu lalu meninggalkan Michael sendirian.
"Ah..." Michael membuka mulutnya, melihat Gabby berlari memasuki pagar rumahnya.
--
"Aku sudah kenyang." Gabby menaruh sendok garpunya di atas piringnya.
Gabby menunduk lalu menggendong Nara dan bergegas meninggalkan area meja makan. Saat kakinya baru menginjak anak tangga ketiga Gabby mendengar namanya dipanggil.
"Gabby, mau kemana kamu?" Tanya ibunya, wajahnya memerah bersiap untuk memarahi anaknya.
"Mau belajar, besok ada ulangan." Gabby menoleh.
Mata Daniel terbelalak kaget. Anaknya bisa belajar? Daniel mencubit keras tangannya dan meringis kesakitan. Daniel tertawa bahagia saat mengetahui kalau ternyata dia sedang tidak bermimpi.
"Baiklah! Nanti ayah akan membawakan potongan buah ke kamarmu!" Teriak ayahnya dengan semangat.
"Ok." Balas Gabby singkat, dia kemudian meninggalkan orangtuanya.
Agnes menyipitkan matanya, "Jangan terlalu senang, anakmu mungkin hanya belajar selama tiga menit terus tertidur."
"Nggak mungkin! Aku mempercayai anakku." Sahut Daniel.
--
Gabby mengunci pintu kamarnya agar mencegah Nara untuk meninggalkannya. Perempuan itu berjalan ke meja belajarnya dan mengeluarkan buku matematika. Gabby menyuruh Nara untuk duduk di sebelah mejanya.
Nara tidak mendengarkan perintah Gabby dan berjalan ke pintu. Menggonggong dengan pelan saat Gabby tidak mau membukakan pintunya.
Gabby menepuk-nepuk lantai di sebelahnya, "Nara! Kamu masih mau makan nggak?"
Seperti mengerti maksud dari Gabby, Nara berjalan dan duduk di sebelah perempuan itu. Merasa puas, Gabby mengelus kepala Nara dan mengucapkan pujian-pujian.
"Sekarang dengarkan aku ya!" Gabby membuka buku matematikanya, "Sifat-sifat logaritma adalah, a log b per c sama dengan..."
--
Setelah selesai membersihkan gudang, Adam turun dari lantai tiga dan melewati ruang musik. Seperti biasa terdengar bunyi piano dari dalam. Hanya saja kali ini bunyi yang dikeluarkan piano terdengar putus-putus.
Apakah tuan muda sedang kepikiran sesuatu?
Di dalam ruang musik mata Michael dari tadi melihat jam dinding. Jarum jam sudah menunjukkan setengah delapan. Dan belum ada tanda-tanda kedatangan Gabby. Biasanya jam tujuh perempuan itu sudah datang.
Michael mengerutkan keningnya, menaruh tangannya kembali di atas tuts piano. Beberapa not terdengar salah di telinganya, bunyi yang dikeluarkan juga membingungkan. Bahkan iramanya saja terdengar aneh di telinga Michael.
Seakan-akan saat ini Michael tidak bisa bermain piano. Meskipun laki-laki itu mencoba untuk lebih serius, dia tetap tidak bisa fokus. Mata Michael kembali melihat jam dinding.
Michael melihat jam itu selama beberapa detik lalu bergegas untuk berdiri. Laki-laki itu menutup pianonya dan berjalan keluar ruangan. Saat Michael membuka pintu dia disambut oleh wajah penasaran Adam.
Adam yang sedari tadi berdiri di dekat pintu langsung mundur selangkah. Dia membenarkan rambutnya yang acak-acakan dan tersenyum ramah saat melihat Michael.
"Tuan muda," Adam membungkukkan badannya, "Mau pergi kemana?"
"Rumahnya Gabby." Jawab Michael singkat.
Kedua alis Adam terangkat saat mendengar jawaban Michael. Laki-laki itu tidak memperdulikan Adam dan bergegas menuruni tangga. Adam mengikuti bayangan laki-laki itu sampai menghilang.
Apakah mereka bertengkar lagi? Apakah ini penyebab tuan muda tidak bisa fokus bermain piano? Beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab muncul di pikiran Adam. Pria itu menghembuskan nafasnya lalu menutup pintu ruang musik.
Saat Michael sampai di depan pagar rumah Gabby, tiba-tiba dia merasa tidak yakin. Laki-laki itu menundukkan kepalanya dan berjalan menjauhi area rumah Gabby. Tapi baru sampai dua langkah Michael berhenti berjalan.
Michael menoleh ke arah pagar rumah Gabby dan menampar pelan kedua pipinya, "Jadi laki itu harus berani."
Akhirnya setelah beberapa kali menampar kedua pipinya, Michael kembali berdiri di depan pagar rumah Gabby. Laki-laki itu menarik nafasnya dan menekan bel rumah.
"Bagus, kamu sudah melakukannya. Sekarang tinggal masuk ke dalam saja." Michael menasehati dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian Ibu Agnes berjalan mendekat, wanita itu sedikit kaget saat melihat Michael. Dia berjalan mendekat lalu membuka pagarnya, "Michael?"
"Selamat malam tante." Michael tersenyum tipis.
"Malam," Agnes membalas senyuman laki-laki itu, "Kenapa malam-malam kesini?"
Michael menggigit bibir bawahnya, "Apa...Gabby ada di dalam?"
"Oh iya tentu saja, dari tadi dia di kamarnya belajar," Agnes menganggukan kepalanya lalu membuka pagar lebih lebar, "Cepatlah masuk, tante akan buatkan teh."