Anxia berusaha menahan rasa jengkelnya ketika tangan suaminya masih betah membelai pipinya. Sepertinya pria mesum ini selalu mengambil kesempatan apapun untuk menyentuhnya.
Tapi anehnya, kenapa gerakan elusan ibu jari pria itu terasa lembut dan hangat di pipinya. Kenapa dia merasa pria ini tulus menyayanginya? Tapi itu tidak mungkin, iya kan?
"Richard, kau…"
"Anxia, aku pernah bilang sebelumnya. Jika kau masih ingin bersama putrimu, kau harus memutus segala kontak dengan atasanmu serta anggota timmu."
Anxia memicingkan matanya lalu melihat tatapan dingin Richard serta nada suara perintah yang tak terbantahkan. Ah, ternyata dia salah paham. Sudah dia duga. Tidak mungkin Richard menyukainya apalagi menyayanginya dengan tulus.
Biar bagaimanapun dia telah menjebak pria ini empat tahun lalu. Dia bahkan bermaksud untuk merusak hubungan rumah tangga adik kembar pria ini. Jadi tidak mungkin pria ini memiliki perasaan terhadapnya.
Richard bersedia bahkan memaksanya menikah dengannya demi Lori. Hanya orang bodoh yang tidak bisa melihat betapa besarnya kasih yang dimiliki pria ini terhadap putrinya. Apakah dia harus senang? Karena ayah kandung putrinya juga menyayangi Lori sebesar dirinya?
"Aku tahu itu." Anxia menepis tangan Richard dari pipinya dengan kasar. "Itu sebabnya aku tidak akan pergi."
"Lalu bagaimana mereka bisa menemukanmu?"
"Bagaimana aku bisa mengetahuinya? Bukankah itu sudah tugasmu untuk membuat mereka tidak bisa melacakku?"
"Hm… Memang tugasku," Richard mendekatkan wajahnya untuk berbisik di sebelah telinga Anxia, "Tapi aku kesulitan melakukan tugasku kalau istriku selalu bermain di belakangku." lanjutnya sambil menggigit kecil daun telinga Anxia membuat seluruh tubuh Anxia meremang.
"Apa yang kau lakukan?!" Anxia menggunakan kedua tangannya untuk mendorong tubuh Richard dengan sekuat tenaga.
Namun kedua tangannya malah tertangkap oleh Richard dan kini ditahan diatas kepalanya. Anxia merasa kesal karena Richard masih tidak mau melepaskannya meski dia sudah merendahkan dirinya. Dia bersedia mengalah dan membiarkan pria itu menggandeng serta menariknya sesuka hatinya. Tapi pria itu malah lebih jauh meremehkannya dan menyentuhnya sesuka hati, tentu saja harga diri Anxia terusik.
Anxia tidak putus asa meski kedua tangannya tak berkutik, dia menggunakan kakinya untuk menendang tumit Richard yang ternyata juga gagal. Richard memukul lutut Anxia dengan tangannya yang lain sebelum kakinya terangkat untuk menendangnya.
Dengan liciknya Richard malah menyepak tumit kaki Anxia membuat kakinya terbuka lebar dan Richard masuk diantara sela-sela pahanya untuk lebih merapatkan jarak diantara mereka.
Anxia menggigit bagian dalam pipinya sambil mengerang frustrasi. Dia sama sekali tidak bisa memahami bagaimana penguasaha biasa seperti Richard memiliki respon yang super cepat dan sanggup menangkis serangannya.
"Well, aku lebih suka posisi kita saat ini."
Wajah Anxia memerah sambil menatap tajam kearah suaminya. Dia memerah bukan karena malu atau gugup, tapi karena emosinya yang sudah membuat tekanan darahnya meningkat drastis. Dia merasa kepalanya akan meledak saat ini juga bila dia tidak melihat pria ini berlumuran darah akibat hajarannya.
Richard menyeringai melihat ekspresi mengerikan dari istrinya. Ini barulah Anxia yang sebenarnya. Jujur saja, Richard lebih merasa damai bila melihat Anxia garang seperti ini daripada memasang ekspresi lembut serta terlihat lemah.
Tampaknya dia agak trauma kalau berhadapan dengan Anxia yang lembut. Dia sama sekali tidak bisa membedakan yang mana yang sandiwara dan yang mana tidak begitu istrinya bersikap tidak seperti dirinya.
[author: katanya mau bikin Anxia keluar dari dunia kekerasan, kok malah lebih suka melihat istrinya berwajah garang?! 🤦♀️🤦♀️🤦♀️]
Richard mendekatkan wajahnya lebih lagi untuk mencium bibir Anxia. Mengetahui pikiran mesum suaminya yang hendak menciumnya, Anxia menolehkan wajahnya untuk menghindari serangan suaminya. Alas, Richard malah mendaratkan sepasang bibirnya ke ceruk lehernya membuat Anxia semakin bergeliat yang malah membangkitkan hasrat Richard.
Pria brengsek itu semakin berani dengan menghisap serta menggigit kulit putihnya mengikuti garis tulang leher turun hingga ke bahunya. Anxia ingin melawan tapi apa daya, tubuhnya malah menciptakan gelora nikmat menimbulkan eluhan erotis pada suaranya.
Richard tersenyum puas saat mengetahui sentuhannya masih sanggup menyenangkan istrinya.
Anxia menjadi merasa lebih tak berdaya saat suaminya malah menggesekkan 'adik kecilnya' ke bagian bawah perutnya yang kini terbuka lebar akibat ulah pria itu.
Richard memanfaatkan ketidakberdayaan istrinya dengan mengangkat rok Anxia untuk menikmati kulit paha istrinya. Dengan gerakan ringan nan menggoda, kulit jemari Richard dieluskan dari paha hingga keatas menuju ke bokongnya sementara mulutnya tidak berhenti memanjakan kulit mulus istrinya.
"Hen…Hentikan. Engh…"
Mana mungkin Richard bisa berhenti kalau mendengar suara erangan erotis nikmat yang malah keluar dari mulut istrinya? Richard meremas bokong Anxia sementara bibirnya kembali mencari bibir merah kesukaannya. Pandangan Anxia mulai tidak fokus karena tubuhnya mengkhianatinya dan menikmati semua sentuhan menggoda yang dilakukan pria mesum yang kini telah menjadi suaminya.
Sehingga saat Richard melumat bibirnya, Anxia hanya bisa pasrah dan membiarkan pria itu melakukan apapun yang diinginkannya. Merasakan wanita yang diserangnya tidak lagi memberontak, Richard melepas genggamannya pada kedua tangan diatas kepala Anxia. Richard mengulas seringaian singkat saat merasakan kedua tangan Anxia mengalung kebelakang kepalanya dan menyusup masuk kedalam rambutnya.
Anxia sendiri tidak tahu apakah dia ingin menjambak rambut pria itu atau malah menekan kepala pria itu untuk memperdalam ciuman mereka. Pada akhirnya ketekatan serta rencana Anxia dalam pikirannya kalah telak menghadapi rayuan permainan lidah Richard yang kini sudah melesat masuk bertarung dengan lidahnya sendiri.
Richard menarik, menghisap serta bergulat dengan lidahnya menimbulkan erangan nikmat darinya.
Anxia sama sekali tidak menyadari, tangan Richard yang sangat kurang ajar telah berpindah posisi ke depan perutnya... dan menyusup ke dalam celana dalamnya.
Anxia terkesiap saat dia merasakan sesuatu yang panjang menyelinap masuk diantara gua privasinya.
Richard memasukkan jarinya!!
"Umph!" Suara erangan Anxia tenggelam dalam cumbuan maut Richard sementara jari Richard masih memompa dengan gerakan lamban untuk menggoda membuat Anxia terbuai.
Detik berikutnya, gerakan jemari Richard semakin cepat membuat Anxia serasa ingin meledak.
Disaat Richard merasakan dinding yang menghimpit jarinya berkedut, dia mengurangi kecepatannya dan memompa dengan ritme yang lamban membuat Anxia bergerak gelisah dibawah permainannya.
Kemudian gerakan jemari Richard mempercepat kembali dan memasukkan jari kedua secara tiba-tiba membuat ribuan sengatan listrik mengalir keseluruh tubuh Anxia. Namun disaat Anxia hendak meluap menyemprotkan jus cintanya, Richard kembali berhenti dan melakukan gerakan lambat.
Richard melakukannya begitu terus membuat Anxia mengerang frustrasi. Dengan segenap tenaga dia melepaskan diri dari ciuman ganas suaminya, lalu mendesis,
"Richard Calvin! Apa yang sedang kau lakukan!?"
Richard menyeringai puas melihat ekspresi frustrasi dari istrinya. Jelas sekali istrinya menunggu pelepasan dari permainan jarinya, namun karena Richard tidak memberikannya, kini wajah istrinya merona merah dengan tatapan mata yang seksi sementara bibirnya agak sedikit bengkak akibat serangan mulutnya sendiri.
"Uhm? Memangnya kau ingin aku melakukan apa? Ini?" Richard kembali memompa jarinya keluar-masuk dengan gerakan cepat membuat Anxia semakin tidak berdaya dan kini menatap Richard dengan tatapan memohon. "Aku tidak akan memberikannya padamu sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Qiao Anxia, siapa yang kau temui hari ini dan informasi apa yang sudah kau berikan atau kau dapatkan dari orang itu?"
"…" Anxia menggigit bibirnya mendengar pertanyaan ini.
Sungguh pria yang brengsek!? Dia menginterogasinya disaat dia sudah tidak tahan ingin mengalami pelepasan!!!
Suatu saat nanti dia pasti akan memastikan Richard mati ditangannya!