ดาวน์โหลดแอป
87.5% THE DEMON TRAGEDY / Chapter 7: Hyukie Lapar

บท 7: Hyukie Lapar

/Cklek... Kriet/

Suara deritan pintu terdengar. Hyukjae memasuki rumah dengan menenteng tasnya. Ia baru saja pulang dari kelas tarinya.

Tidak, Hyukjae tidak pulang larut seperti biasa. Justru kali ini ia pulang lebih awal. Yah, memang disengaja, sih.

Ingat kan, Hyukjae sedang tidak mau menghabiskan waktu dan pulang larut malam.

Ia tadi hanya memberikan demostrasi tariannya kepada teman-teman yang lain lalu pulang. Bahkan sekarang masih jam empat sore. Padahal biasanya ia bisa sampai pukul sepuluh malam.

Ini hari Kamis. Seperti biasa, ini hari yang ia tunggu-tunggu selama sepekan suntuk.

"Oh, Hyuk. Tumben sudah pulang?" Seyeon menyapa Hyukjae yang baru saja pulang dan melempar tasnya di sofa.

Dan kebetulan ia sedang disana menonton televisi sambil memakan keripik.

"Sudah, Ma. Tadi Hyukjae hanya memberi demo sebentar." Jawab Hyukjae apa adanya. Ia bergegas masuk ke kamarnya lalu mandi. Seyeon hanya menyediakan bahunya saja melihat putra semata wayangnya itu.

.

.

.

Hyukjae telah selesai mandi, ia merebahkan tubuhnya di ranjang. Memandangi langit-langit kamarnya yang ia hiasi dengan bintang-bintang kecil yang menyala saat gelap.

Hyukjae kembali menerawang, memikirkan 'dia' yang selama ini sangat ia harapkan. Dia benar-benar nyata, kan?

Maksudnya, ini bukan ilusi alam bawah sadar Hyukjae, kan? Jika benar iya, maka tolong sadarkan Hyukjae.

Hah! Hyukjae menghela nafas kasar. Memikirkannya membuatnya menjadi lapar. Cacing-cacing di perutnya sudah berdemo minta di isi.

Hyukjae memutuskan bangkit dan keluar kamarnya. Ia berjalan menuju dapur. Ia membuka tutup saji, namun nihil, tidak ada apa-apa disana.

Hyukjae menyerngit, bukankan Seyeon dari tadi dirumah? Kenapa mamanya itu tidak memasak? Hyukjae berdecak, ia kelaparan.

"MAA!" Hyukjae berteriak manggil Seyeon dari dapur. Namun sepertinya mamanya itu tidak mendengarnya –lebih fokus dengan televisinya.

Ck!

Hyukjae berlari ke ruang tengah, "MAMA!" Ia berteriak lagi. Padahal jaraknya dengan Seyeon kini hanya berjarak beberapa meter saja. Kenapa harus berteriak, sih?

"Kenapa, sih, Hyukie! Sedang momen penting ini," Seyeon berdecak karena Hyukjae sangat menggangunya.

Iya menganggu. Ia sedang menonton drama favoritnya. Yang bahkan sudah puluhan kali ia tonton ulang. Dan ini adalah part yang sedang ia tunggu-tunggu. Yaitu dimana kedua pemeran utamanya saling berciuman.

Seperti anak muda saja.

"Mama~ Hyukie lapar, tauuu~" Hyukjae mulai merengek, "Kenapa mama tidak memasak?" Lanjutnya.

"Mama belum masak, Hyuk. Aku pikir kau akan pulang malam seperti biasanya" jawab Seyeon tanpa mengubah pandangnya dari layar televisi.

Hyukaje berdecak, "Ya, lalu bagaimana, Ma~ Oh ayolah, Hyukie sangat lapar~" Hyukjae semakin merengek-rengek. Ini masalah penting! Masalah perut adalah masalah nomor satu yang harus ia perhatikan.

"Itu ada tumis gurita di kulkas jika mau,"

Gurita? Ewww!

Membayangkannya saja sudah membuat Hyukjae ingin muntah. Ia lebih memilih sehari tidak meminum susu stroberi daripada harus memakan gurita.

Tapi, apakan benar ia bisa hidup tanpa susu stroberi? Jawabannya tidak! Ya, dia memang bisa meminum susu coklat atau yang lainnya. Namun sensasinya beda saat meminum susu stroberi.

"Aaaaa, Mama kan tau aku tidak suka gurita~"

"Hah! Yasudah sama masak mie instan saja!" Seyeon mulai kesal karena rengekan Hyukjae, ia tidak sadar sedot meninggikan suaranya.

Sementara Hyukjae disana sudah cemberut. Ia menundukkan kepalanya dan memanyunkan bibirnya, "Huh! Mama jahat! Padahal kan aku cuma minta makan! Memangnya salah?!" Hyukjae menggerutu lirih. Sebenarnya ia juga takut jika Seyeon marah.

Dan Seyeon mendengar gerutuan Hyukjae, ia menghela nafas. Seyeon merasa bersalah pada Hyukjae. Benar katanya, Hyukjae –anaknya meminta makan, dan ia sebagai ibunya malam memarahinya? Ibu seperti apa Seyeon ini.

Seyeon bangkit, "Hyukie ingin makan apa?" Ia melembutkan suaranya. Ia mendekati anaknya dan menyentuh lengannya.

Seketika Hyukjae tersenyum lebar, "Ramyeon!" Kemudian ia berseru lantang.

Sementara Seyeon mendatarkan wajahnya lagi. Apa-apaan itu? Tadi ia sudah menyuruh Hyukjae untuk memasak mie instan, kan? Itu kan juga sama saja dengan Ramyeon!

"Hyukie, kan mama sudah bilang untuk memasak mie?"

"Kan Hyukie ingin di masakan oleh, Mama" Hyukjae menyengir kuda. Seyeon menghela nafas.

"Yasudah, Hyukie tunggu sebentar, akan mama masak kan." Seyeon mengalah.

"Yee! Mama Seyeon cantik, terimakasih" Hyukjae memekik girang lalu mengecup pipi Seyeon. Setelah itu ia berlari melompat ke sofa dan mengambil keripik yang Seyeon makan tadi.

Seyeon hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku putra semata wayangnya yang paling ia cintai itu.

Seyeon beranjak ke dapur, mengambil mie instan dan mulai memasaknya. Sebelum itu ia juga mengambil air di panci kecil dan mendidihkannya.

Setelah selesai dengan apa yang dia masak, Seyeon membawanya ke sofa, "Cha, Hyukie. Makan yang banyak" ujarnya lembut pada putra kesayangannya.

Hyukjae segera bangkit dan memakan Ramyeon-nya. Ia makan dengan rakus –ia sangat lapar.

"Pelan-pelan saja, Hyuk–"

"Uhuk! Uhuk! Maa! Uhuk!" Belum selesai Seyeon berujar, Hyukjae sudah terdesak. Tangannya menggapai-gapai Seyeon meminta tolong.

Seyeon yang paham kondisinya langsung berlari untuk mengambil air putih. Namun naas, karena terburu-buru, air minum itu malah tumpah mengenai pakaiannya.

Seyeon mengambil air minum lagi dan mengisi gelasnya. Lebih hati-hati, ia membawa Mun'im itu kepada Hyukjae. Sesampainya disana, Hyukjae langsung meraih gelas itu dan meminum isinya hingga tandas.

Ah! Lega sekali raaanya.

"Makanya kalau makan jangan terburu-buru, tersedak kan jadinya." Omel Seyeon.

"Hehe, maaf Ma. Hyukie sangat lapar." Hyukjae malah menyengir kuda. Seyeon menghela nafas.

"Yasudah, sana habiskan makanmu."

Hyukjae melanjutkan acara makannya. Seyeon memandang putranya yang makan dengan lahap. Seyeon bahagia, dan Hyukjae adalah sumber kebahagiannya. Ia sangat menyayangi putranya.

Ya! Hyukjae hanya miliknya!

Tidak ada yang boleh mengambil Hyukjae darinya! Termasuk 'dia'. Tidak peduli apapun yang dia alami dulu. Yang jelas Hyukjae adalah miliknya.

Seyeon akan berusaha dengan keras agar Hyukjae selalu bersamanya. Ya! 'Dia' tidak bisa mengambil Hyukjae dengan mudah!"

"Mama sayang Hyukie, Hyukie akan selalu bersama Mama, kan?" Seyeon mengecup pipi putranya yang menggembung karena memakan mie instan.

Hyukjae hanya mengangguk. Ia belum menelan mie nya, jadi ia belum bisa berbicara. Setelah ia menelan mie nya, ia menjawab, "Hyukie juga sayang Mama. Kita akan selalu bersama," setelah itu Hyukjae memeluk ibu kesayangannya.

"Iya, Hyukie! Kita harus selalu bersama!" Seyeon membalas pelukan dari putra kesayangannya.

.

.

.

Hyukjae bersiap-siap untuk tidur. Seperti biasa ia membuka bajunya dan jendela kamarnya. Membiarkan terpaan dinginnya angin malam mengenai kulitnya.

Rasanya menyenangkan. Ya, karena malaikatnya biasanya akan menyapanya pada pukul satu dini hari.

Ini adalah Kamis malam.

Hyukjae melompat ke ranjang dan menutup matanya. Tak sabar untuk segera berbincang dengan malaikatnya.

Banyak sekali yang ingin ia bicarakan. Termasuk menagih kado ulang tahunnya yang sebentar lagi tiba.

Ah! Hyukjae tak sabar.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C7
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ