ดาวน์โหลดแอป
18.13% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 33: Chapter 32 - Mereka kembali, musuh! (Bagian 1)

บท 33: Chapter 32 - Mereka kembali, musuh! (Bagian 1)

Siang hari, di sekolah sihir Ibukota. Zack dan Teo berada dibelakang bangunan sekolah, seperti biasa melakukan latihan untuk memperkuat kemampuan mereka. Namun tidak biasanya yang dimana mereka berlatih pedang, sekarang mereka berlatih dengan tangan kosong. Saling memukul dan menghindari pukulan, Teo jauh lebih unggul dibandingkan dengan Zack "Pukulanmu lebih kuat daripada ayunan pedangmu ya," Ucap Zack setelah menahan pukulan Teo yang diarahkan ke wajahnya.

"Begitukah? Sepertinya kalungnya benar-benar berkerja," Ucap Teo lalu memperlebar jarak dengan Zack.

"Kalung?" Tanya Zack.

"Ya," Teo pun menunjukan kalung yang sebelumnya diberikan oleh Cattalina.

"Hooo, Kau sudah mendapatkannya ya," Ucap Zack lalu melihatnya dari dekat.

"Begitulah, Nona Cattalina bilang kalau ini akan membuat Kami lebih aman," Ucap Teo.

"Ya begitulah, selama Kau memakai kalung lambang keluarga Blouse itu, maka tidak akan ada yang berani untuk macam-macam denganmu. Pengecualian untuk beberapa keluarga bangsawan yang tidak menyukai keluarga Blouse, seperti keluarga Cruile," Ucap Zack lalu ia pun duduk di rumput dan melemaskan kedua Kakinya "Karena Kau sudah menjadi bagian dari keluarga ini, Aku akan memberi tahu sedikit tentang bangsawan keluarga Blouse. Dulu Keluarga Blouse adalah keluarga yang besar, tapi sayangnya semua keturunan Keluarga Blouse adalah seorang wanita, kecuali Kakeknya Nona Cattalina. Karena hal itulah yang membuat Keluarga bangsawan Blouse hanya tersisa Nyonya Stella, Tuan William dan kedua putrinya,"

"Eh? Kenapa begitu?" Tanya Teo memotong penjelasannya.

"Ya Karena semua saudara Nyonya Stella adalah Wanita, kan? Oh maaf, aku lupa. Di dunia ini, seorang wanita yang akan menikah akan mengikuti marga keluarga suami yang akan dinikahinya. Semua saudari Nyonya Stella menikah dengan bangsawan lain, karena itu mereka meninggalkan Keluarga Blouse dan menjadi keluarga suaminya," Jelas Zack perihal pertanyaan Teo itu.

"Eh, Tapi Nyonya Stella …,"

"Ah, itu karena beliau tidak menikah dengan bangsawan, Karena itu keluarga Blouse tetap ada sampai sekarang," Ucap Zack dan itu membuka fakta baru yang belum Teo ketahui "Tuan Wales bukanlah seorang bangsawan, beliau hanya seorang kesatria yang mengabdikan dirinya kepada kerajaan, lebih tepatnya Tuan Wales adalah generasi ketiga Kesatria suci," dan informasi itu membuatnya terkejut bukan main.

"E-Eh? Kesatria suc–." Mulut Teo langsung di tutup oleh tangan Zack.

"Ssst! Jangan keras-keras! Hanya sedikit saja yang tahu informasi tentang itu," Ucap Zack dengan sangat pelan "Informasi pribadi kesatria suci generasi pertama sampai ketiga itu tidak boleh disebar luaskan, Karena dulu masa-masanya kesatria suci masih di curigai dan banyak yang beranggapan buruk tentang mereka dan karena kebijakan gereja dan Ratu sebelumnya, wajah mereka tidak pernah diperlihatkan, mereka terus memakai helm mereka. Karena kebijakan itu juga informasi kesatria suci generasi pertama sampai ketiga harus dirahasiakan. Sampai setelah generasi ketiga digantikan oleh generasi keempat, Ratu yang sekarang merubah kebijakan itu yang membuat kesatria suci generasi keempat dan seterusnya bisa lebih dikenal oleh penduduk kerajaan seperti melepas helm mereka dan membantu kegiatan penduduk kerajaan tiap minggunya," Jelas Zack lagi lalu ia menarik tangannya dari mulut Teo

"Lalu darimana Kau tau kalau Tuan wales itu?"

"Teknik berpedangnya!" Ucap Zack dengan cepat "Sewaktu Aku kecil, Aku pernah melihat Teknik berpedang salah satu kesatria suci. Ayunan pedangnya cepat dan terlihat begitu cepat, bahkan terlihat sangat indah. Lalu beberapa tahun setelah mereka digantikan generasi ke dua, Aku dan Kakakku melihat Ayah ku dengan Tuan Wales sedang berlatih pedang. Dari sana Aku menyadari kalau Tuan Wales adalah salah satu kesatria suci generasi ketiga," Zack terlihat begitu antusias ketika menceritakannya. Teo dapat melihat betapa kagumnya dia kepada Tuan Wales.

"Begitu ya," Dan Teo merasa bersalah Karena sebelumnya berkata hal yang buruk tentang kesatria suci "Lalu–."

"Ooooy! Teo! Ada yang ingin Aku bicarakan, kemarilah!" Teriak seorang perempuan dari arah pintu sekolah.

Pada awalnya, Teo dan Zack tidak mengenalinya karena terlalu jauh untuk bisa mengenali wajahnya.

Whooop!

Perempuan itu tiba-tiba muncul di depannya "Astaga, Aku sudah bilang untuk kemari juga. Kamu tuli?" Ucap perempuan itu.

"Theresa–. Ah maksudku, Nona Theresa," Ucap Teo dengan suara yang terdengar jengkel dengan sengaja tidak menyebut namanya tanpa panggilan 'Nona' sebelumnya.

"Kau ini kenapa, sepertinya tidak suka melihatku kemari," Ucap Theresa sambil cemberut dan terus mendekati Teo.

"Gah! Anda terlalu dekat, ada apa Anda mencari Saya?" Tanya Teo

"Ayolah Jangan kaku seperti itu," Ucap Theresa lalu merangkul Teo.

"Ah lepaskan Aku!" Ucap Teo sambil mencoba melepaskan rangkulan Theresa.

Theresa tertawa saat melihat Teo merasa "Maaf maaf. Ada yang ingin Aku bicarakan denganmu. Tapi, tidak disini. Ayo ikuti Aku," Ajaknya sambil tersenyum.

"Huh? Kemana?" Tanya Teo 

"Sudahlah ayo ikuti Aku saja," Ucap Theresa sambil menarik tangan Teo dan berjalan menjauh dari tempat itu "Kau akan segera tahu," Ucap Theresa pelan dan wajahnya terlihat begitu serius, Melihat itu membuat Teo langsung terdiam menuruti perkataanya "Zack, Aku pinjam Teo sebentar!" Ucap Theresa lagi sambil melambaikan tangannya dan meninggalkan Zack yang kebingungan.

"Mereka … Akrab ya," Ucap Zack sambil melihat mereka yang berjalan menjauh darinya.

Sepanjang mereka berjalan melalui lorong sekolah, Teo terus di tatapi oleh para murid yang melewatinya atau yang dilewatinya. Ada yang menatap sinis kepadanya, ada juga yang terlihat terkejut melihatnya. Beberapa juga ada yang berbisik-bisik saat ia melewati beberapa murid "Sepertinya Kau cukup populer juga ya," Ucap Theresa sambil tersenyum jahil.

"Tunggu, bukannya lebih baik pakai teleportasi saja?" Tanya Teo terdengar mengeluh.

"Hah? Tidak mau. Lagipula hanya ke ruang guru, untuk apa pakai teleport?"

"Ucapanmu berbeda dengan tindakanmu sebelumnya!" Ucap Teo merasa kesal dengannya.

Teo melihat cukup banyak murid berseragam putih yang terus meliriknya setiap dia melewatinya. Lalu terlintas dipikirannya "Aku dengar kalau orang yang tidak memiliki darah bangsawan, kemungkinannya kecil untuk mempunyai energi sihir. Tapi yang ku lihat, Kalian punya murid cukup banyak disini," Ucapnya merasa heran.

"Karena murid-murid disini bukan hanya berasal dari kerajaan ini saja, tapi murid dari kerajaan lain juga datang kemari," Ucap Theresa menjawab perasaan herannya itu "Kalau hanya negeri ini saja, mungkin hanya sekitar seribu sampai dua ribu orang saja," Ucapnya lagi

"Eh sedikit sekali,"

"Begitulah," Mereka pun menaiki tangga dan disana murid dengan seragam berwarna putih berpadu dengan biru terlihat berlalu lalang "Begitu juga dengan murid dari keluarga bangsawan. Hampir setengah dari murid disini bukan berasal dari kerajaan ini, tapi dari luar kerajaan," Jelasnya lagi.

Di lantai kedua, banyak tatapan sinis dan menusuk dan disini Teo merasa lebih tersiksa karena merasa tidak nyaman "Sepertinya Kau lebih dibenci disini ya," Ucap Theresa mengejeknya.

"Jangan berkata dengan jelas seperti itu," Teo semakin merasa kesal kepadanya karena "Eh? Kelas murid bangsawan dan murid rakyat biasa tidak dicampur?" Tanya Teo dan pertanyaan itu membuat langkah Theresa terhenti.

Theresa menatapnya heran, lalu ia berkata "Kau mau menjadikan kelas menjadi medan perang ya?" 

"Ah … Maaf," Hanya itu yang bisa Teo katakan karena lupa betapa buruknya hubungan murid biasa dengan murid dari keluarga bangsawan.

"Ya walau begitu, ada beberapa kelas yang digabung antara murid biasa dan murid keluarga bangsawan sih," Ucap Theresa lalu kembali berjalan dan menaiki tangga.

"Wa-Wah, lalu?"

"Setiap tahunnya berantakan. Kami benad-benar kewalahan menenangkan mereka setiap tahunnya, entah bagaimana kami berhasil mengikis tembok yang memisahkan mereka, karena itu sekarang mereka lebih akrab daripada sebelumnya," Kata Theresa memberithau Teo, wajahnya terlihat tidak ingin mengingat apa yang terjadi tiap tahunnya.

Ketika mereka naik ke lantai 3, Teo menabrak seorang gadis. Gadis pendek berambut merah itu menabrak Teo cukup keras sampai membuat matanya terpejam cukup lama "Kamu baik-baik saja?" Tanya Teo kepada gadis itu.

Mata gadis itu terbuka dan melihat kearahnya, ketika ia menoleh keatas, Teo mengingat siapa gadis itu. Wajah gadis itupun memerah hampir menyamai rambutnya "A … A …," Bicaranya menjadi gagap, ia pun tidak dapat menyelesaikan ucapannya.

"Teo, jangan menggodanya, lihat dia sampai malu begitu," Theresa menggoda Teo namun malah membuat gadis itu semakin malu. 

"Apa yang Anda katakan," Sekarang ia bingung untuk berbicara dengannya karena gadis itu terus menundukkan kepalanya.

"Aria jangan lari–. Eh?" Dan putri kedua keluarga Blouse muncul di depannya.

Untuk beberapa saat mereka semua terdiam menatap Celica yang tiba-tiba datang, mungkin itu alasan sebelumnya kenapa Erica berlari dan menabrak Teo "E-Erica!" Erica pun langsung berpindah ke belekang Teo dan bersembunyi dari Celica setelah Celica memanggilnya "Apa yang Kau lakukan! Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan teman ku!" Celica mendekatinya, bukan hanya Erica yang merasa takut dengan itu, namun Teo pun terus berjalan mundur sampai ia terpojok karena tembok yang menghalangi langkahnya.

"Tu-Tunggi sebentar Nona Celica! Ini tidak seperti yang Anda pikirkan! Saya tidak mendekatinya, tapi Nona Erica menabrak Saya … Jadinya seperti ini!" Namun itu tidak menghentikan langkahnya.

"Pembohong!" Bentak Celica, ia benar-benar terlihat marah karena, ia bahkan sampai mengeluarkan tongkat sihirnya dan itu membuat Teo semakin takut karena mengingat apa yang ia alami malam kemarin "No-Nona Celica, Henti–."

"Baik! Cukup sampai disitu!" Ucap Theresa, diwajahnya terlihat ia terseyum puas melihat mereka bertengkar "Melihat kalian benar-benar membuatku terhibur hahahaha!" Dan ia juga tertawa puas karena itu.

"Ini sama sekali tidak menghibur!" Bentak Teo.

Theresa pun mendekati mereka dan mengambil tongkat sihir milik Celica "Jangan memakai sihir di dalam sekolah, Nona Blouse," Ucapnya.

"Guru! Ta-Tapi dia–."

"Sudahlah, Kau bisa menghukumnya nanti sepulang sekolah, ya," Ucap Theresa sambil tersenyum.

"Tunggu! Bukan itu yang harus Kau katakan!" Bentak Teo kepadanya.

"Tapi kenapa Kau sampai mengejarnya, Celica?" Tanya Theresa tentang alasan ia mengejar Erica.

"Itu … Dia menjahiliku," Ucap Celica sambil menunjuk coretan hitam di pipinya.

"A-Aku hanya bercanda!" Ucap Erica langsung melakukan pembelaan.

"Kalau begitu kenapa memakai tinta permanen!" Bantah Celica atas apa yang Erica katakan barusan dan itu membuat Erica tdak dapat berkata apa-apa untuk beberapa saat

"A-Ah itu …," Erica tidak dapat membalas perkataanya.

"Hah!?" Bentakan Celica itu membuatnya semakin bersembunyi dibelakang Teo.

"N-Nona Celica tenang dulu, ya,"  Ucap Teo menjadi penengah mereka, meskipun tubuhnya langsung gemetar untuk beberapa saat karena di tatap dengan tajam olehnya "A-Ah, Nona Erica. Bisa tolong jelaskan kenapa Anda memakai tinta permanen?" Tanya Teo sedikit gugup karena ia masih ditatapi oleh Tuannya.

Erica pun memberanikan dirinya untuk keluar dari tempat sembunyinya itu "A-Aku tidak sengaja, Aku bersumpah aku sama sekali tidak tahu kalau tinta itu permanen," Ucapnya terdengar menyesali perbuatannya.

"Mana mungkin Kamu tidak tahu!? Itu kan punyamu!" Ucap Celica membantahnya lagi.

"A-Aku sungguh tidak tahu! Aku dikirimi dari rumah, mereka bilang ini produk baru untuk para pengunjung, semacam sovenir jadi aku dikirimi satu. A-Aku sungguh tidak tahu kalau itu permanen," Ucap Erica lagi melakukan pembelaan.

Meski begitu Celica terlihat masih tidak menerima dengan pembelaannya itu "Tinta? Hmm … Oh iya, Kalau tidak salah nama keluarga itu Druzhel ya? Begitu ya, memang sih mereka membuat tinta yang kualitasnya 80% lebih baik daripada tinta yang biasa," Ucap Theresa yang sepertinya sudah pernah memakai tinta buatan keluarga Druzhel.

"Eh? Guru pernah memakainya?" Tanya Celica kepada Theresa.

"Emm ya, Aku membelinya saat berkunjung ke pemandian air panas kemarin lusa," Jawab Theresa "Tapi kalau tidak salah, bukannya ada label permanen dan yang bukan permanen?" Pertanyaan itu memulai kembali perdebatan mereka.

Tatapan tajam kembali diarahkna oleh Celica kepada Erica, sementara tangan Erica yang memegang wadah tinta itu. Ia pun melihat label yang melingkari wadah itu dan ia melihat tulisan 'Hati-hati, tinta permanen,' Karena tulisan itu, keringat dingin langsung bercucuran dari tubuh Erica "Ma-Maaf … A-Aku sungguh …," 

"E-RI-CA!" Wajah Celica benar-benar terlihat seperti monster, kemarahannya itu sudah tidak dapat diredam lagi.

Celica pun langsung mendekatinya dan menyeretnya "Aaaa! Ampuni Aku! Celica! Aku mohon ampuni Aku! Aku menyesal! Aaaaaaaaa tidaaaaaak!" Teriakan Erica menarik semua perhatian murid dan Teo hanya memalingkan wajahnya dan berdoa untuk keselamatan Erica.

"Kau tidak mencoba menghentikan mereka? Aku jadi ragu kalau Kau benar-benar seorang guru," Ucap Teo setelah melihat Theresa hanya tertawa melihat Celica yang menyeret Erica kembali ke kelas.

"Hm? Ah yah memang lebih baik mereka dipisahkan sih," Ucap Theresa lalu kembali berjalan menaiki tangga.

"Lalu kenapa?"

"Celica itu kalau sudah marah seperti itu akan sulit untuk diredam lagi, kalau tiba-tiba Aku menghentikan amarahnya itu, bisa-bisa Nona Druzhel di diamkan untuk waktu yang lama. Dengan kata lain, dia menyimpan dendam kepadanya," Jelas Theresa sambil terus melangkahkan kakinya menaiki tangga.

"Eh? Hanya karena itu? Tidak mungkin Nona Celica sampai–."

"Siapa yang tahu?" Tanya Theresa sambil tersenyum yang penuh arti.

Teo seolah tahu arti dari senyumannya itu, namun ia juga tidak percaya dengan apa yang ia sangka. Ia pun bertanya "Apa pernah terjadi sebelumnya?"

Theresa menunjukan senyum yang sama lagi, namun kali ini dengan wajah yang tidak ingin mengingat hal itu "Yah … Tanyakan saja pada Cattalina, dia pernah menjadi korban amukan Celica,"

"Wah … Seriusan?" Tanya Teo lagi yang kini makin tidak percaya setelah tahu hal itu.

"Ya, jadi berhati-hatilah. Walau kadang dia baik hati, tapi dia juga terkadang kejam memberikan hukuman kepada orang lain," Ucap Theresa dan ucapannya itu membuat Teo teringat kembali apa yang ia alami malam kemarin dan karena mengingat itu, Teo berhenti bertanya.

Setelah menaiki tangga, mereka pun pergi ke ruang guru. Disana para guru langsung menoleh kearahnya dan salah satu dari mereka ada yang menatap Teo dengan penuh kebencian dan Teo mengetahui itu. Orang itu tidak lain tidak bukan adalah orang yang sebelumnya dibuat mundur bersama murid didiknya, ya itu adalah Guru Norman "Sepertinya Kau benar-benar dibenci olehnya," Ucap Theresa pelan sambil tersenyum.

"Jangan katakan itu sambil tersenyum, lagipula itu salahmu. Padahal Aku tidak ingon menambah masalah lagi," Ucap Teo pelan, namun ia terdengar kesal.

"Sayang sekali, Kau akan semakin terlibat masalah kami, Teo," Ucapan Theresa membuatnya terkejut "Dengar, Aku akan memakai ruangan ini, jika ada yang mencoba menguping pembicaraan kami, kalian tidak akan ku maafkan, mengerti!" Perintahnya itu sangat tegas dan para guru serempak memberi hormat kepadanya.

Lalu tiba-tiba tembok yang ada dibelakang Theresa bergerak dan membuka ruangan rahasia "Baiklah, Aku akan mulai berbicara di dalam ruangan itu,"

To be continue.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C33
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ