ดาวน์โหลดแอป
15.38% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 28: Chapter 27 - Hak (bagian 3)

บท 28: Chapter 27 - Hak (bagian 3)

Setelah Zack dibebaskan oleh kertas kecil dari Guru Theresa. Murid rakyat bawah memulai praktik sihir mereka dan kedua putri Blouse juga kembali kedalam kelas, tentunya dengan para murid bangsawan yang mereka lewati berbisik-bisik tentang mereka.

Kabar perihal keributan sebelumnya langsung menyebar luas, pastinya karena para murid bangsawan langsung bercerita kepada murid yang lain tentang apa yang sudah terjadi sebelumnya. Beberapa hanya terdiam dan beberapa terang-terangan menjelekkan Cattalina dan Celica.

"Lihat, mereka mencoba jadi pahlawan lagi," Ucap salah satu murid perempuan dari kalangan bangsawan.

"Iya, pasti hanya mencari muka mereka itu," Balas murid dari kalangan bangsawan lainnya

Meskipun Cattalina dapat menahan ejekkan mereka, namun tidak dengan Celica yang sudah geram dengan apa yang mereka katakan. Ia langsung ingin mendekati mereka yang berbicara seperti itu, namun tangannya langsung di genggam erat oleh Cattalina "Kakak…," Ucapnya pelan

Cattalina hanya menggelengkan kepalanya dan kembali berjalan sambil terus menggenggam tangannya. Setelah cukup jauh, Cattalina pun melepaskannya "Kakak, kenapa Kakak diam saja!? Mereka berkata hal yang tidak benar soal kita!" Cattalina terdiam sesaat, lalu perlahan menoleh kearahnya sambil tersenyum.

"Kakak,"

"Celica, selama apa yang kita lakukan itu tidak salah, kita tidak perlu malu melakukannya. Walaupun, kita terus dihina oleh orang lain, Kakek pernah bilang soal itu kan?" Ucap Cattalina mengingatkan Adiknya soal apa yang selalu Kakek mereka katakan.

"Tapi itu–."

"Jangan marah ketika dihina, jangan malu melakukan apa yang benar, jangan mengabaikan orang lain saat mereka kesusahan, meskipun mereka itu bangsawan ataupun rakyat bawah," Ucapnya sambil menghitung pantangan itu menggunakan jarinya "Kakek sangat menyayangi semua orang, mau itu para bangsawan ataupun rakyat bawah. Ia dipandang hormat oleh rakyat bawah dan dikagumi para bangsawan. Aku tidak ingin bertentangan dengan apa yang ia lakukan, karena itu aku tidak bisa diam saja ketika melihat mereka melakukan itu kepada para rakyat biasa, mungkin itu terdengar egois, tapi aku akan terus melakukannya," Cattalina terdengar sangat serius, ia berjalan menjauh dari Adiknya "Karena itu, Maafkan aku, ya," Ucapnya lalu berbalik sambil tersenyum kearah Adiknya itu.

Berhati tulus, senyuman yang indah, sosok yang kuat namun juga rapuh. Celica mengerti, Kakaknya menahan rasa sakit saat dihina oleh bangsawan lain, namun Kakaknya itu menutupinya dengan senyuman yang begitu tulus. Celica sangat kagum dengan Kakaknya itu, ia dapat melihat bayangan sosok Kakeknya di belakang Kakaknya, membuatnya sedikit iri karena ia sadar kalau sikapnya berkebalikan dengan Kakaknya "Ya ampun, terserah Kakak saja. Tapi jika mereka berbicara begitu di depanku lagi, aku akan menghukum mereka," Ucap Celica dan berjalan melalui Kakaknya.

Ketika sampai kelas, masih tidak ada guru di kelasnya. Berisik, namun terasa damai, tidak ada satu orang pun yang membicarakan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Hanya saja ada satu hal yang membuat kelas itu terasa aneh, yaitu sahabatnya Erica yang duduk di tempatnya sambil menyembunyikan wajahnya dengan tangan yang dilipat diatas meja "Ah Celica, Nona Cattalina. Kalian sudah kembali," Sambut Aria sambil tersenyum yang tengah berdiri disamping tempat duduknya.

"Oh, maaf lama. Kenapa belum ada guru?" Tanya Celica.

"Itu, Ketua kelas bilang kalau hari ini guru sedang sakit, jadi sekarang sampai jam pulang kita diminta belajar sendiri," Jelas Aria sambil tersenyum.

"Oh begitu. Lalu ada apa dengannya?" Tanya Celica sambil melihat kearah Erica

"Itu …," Karena tidak enak berbicara tidak langsung, ia pun berbisik ke telinga Celica soal apa yang terjadi sebelumnya "Semenjak Aria bertemu pengawalmu, dia jadi aneh begitu sepertinya Erica …," Bisik Aria membuat Celica tertawa dengan sangat keras mendengar apa yang menimpa sahabatnya itu.

"Serius? Aria kamu serius? Kamu tertarik dengannya?" Tanyanya sambil diselahi tawa.

"Berisik," Aria berdiri dan menatap kearahnya "Kenapa kamu tidak bilang pengawalmu tampan begitu!" Ucapnya dengan tiba-tiba mendekati Celica dan memegang kedua pundaknya.

"Oh iya, Teo bilang kalau dia menolong seorang bangsawan, apa itu kamu?" Tanya Cattalina.

"Benar, Nona Cattalina. Erica terpeleset dari tangga dan untungnya pengawal Anda menangkap Erica," Jawab Aria.

"Uwah, serius Kamu tertarik dengan orang itu? Lebih baik Kamu lupakan, orang itu merepotkan, kalau Kamu dekar dia bisa-bisa Kamu kena sial loh," Kata Celica sedikit serius.

"Celica, Ucapanmu itu …," Cattalina entah kenapa ia tidak melanjutkan ucapannya dan memilih tersenyum kepada mereka.

Meski begitu itu tidak membuat Aria mundur, ia malah semakin membelanya dengan berkata "Se-seharusnya Kamu tidak berkata be-begitu!" Meskipun ia terdengar begitu gugup.

Celica terus mengejeknya dan berusaha membuat Erica melupakannya, tetapi hal yang sama terus terjadi yaitu Erica yang terus membela pengawal keluarga Blouse itu. Erica benar-benar tidak bisa melepaskan Teo.

Dilantai teratas sekolah, Theresa masih membaca lembaran kertas yang sama meskipun Guru Norman sedang berada di depannya "Nona Theresa, ada gerangan apa Anda memanggil Saya?" Tanya Guru Norman dengan sangat sopan. Theresa tidak langsung menjawabnya, ia masih membaca lembaran kertas itu dengan sangat serius.

"No-Nona Theresa?" Panggilnya lagi terdengar gugup saat melihat wajah Theresa yang wajahnya kini terlihat marah.

"Ah maaf, terlalu banyak masalah disana sini, Aku jadi tidak bisa beristirahat sama sekali," Keluh Theresa sambil tersenyum lelah diwajahnya.

"Benar sekali," Ucap Guru Norman sambil tersenyum puas "Saya tidak menyangka akan banyak ada banyak hal mengejutkan yang terjadi, terutama pengawal dari keluarga Blouse itu, kan?" Ucapnya lagi mengungkit apa yang sudaj gerjadi baru-baru ini yang disebabkan pengawal Keluarga Blouse.

"Begitulah, orang itu benar-benar merepotkan. Karena itu Anda juga jangan menjadi orang yang merepotkan, Anda mengertikan?" Ucapan Theresa membuatnya tersinggung dan terdiam "Anda mengerti kenapa sekolah ini dibentuk, kan? Ada banyak anak yang tidak memiliki darah bangsawan, namun memiliki darah seorang penyihir. Mau itu seorang bangsawan, ataupun rakyat biasa, Anda mengerti itu kan?"

"Tapi Saya melakukannya karena anak-anak itu melawan bangsawan! Mereka pasti mencontoh dari pengawal itu!" Ucap Guru Norman dengan emosinya yang mulai meluap.

"Meski begitu bukan berarti anda harus memihak satu belah pihak. Anda beruntung pak tua itu sedang tidak ada, jika dia tau, Aku tidak mau membayangkannya," Ucap Theresa lalu menghela nafasnya, sementara Guru Norman hanya memalingkan wajahnya dari Theresa "Ingatlah kalau Anda itu guru dari semua murid. Baiklah, Anda boleh kembali," Ucapnya sambil menatap lembaran kertas yang masih ia pegang.

"Baik, maafkan saya," Ucap Guru Norman sambil sedikit membungkuk dengan telapak tangan di dada kirinya. Meski memberikan hormat kepadanya, Guru Norman memberikan tatapan sinis kepada Theresa.

Ia menegakan tubuhnya kembali, lalu berbalik dan berjalan kearah pintu "Oh iya, Anda ingat kejadian saat putri pertama Blouse diserang? Ada yang merusak pelindung sihir sekolah kan? Itu benar-benar merepotkan, karena sampai sekarang kita masih belum menemukan pelakunya," Ucap Theresa tiba-tiba sambil melirik kearah Guru Norman.

Guru Norman menghentikan langkahnya lalu menoleh sedikit kebelakang sambil memegang dagunya "Benar, para penjaga bilang mereka masih belum menemukan petunjuk sama sekali, petunjuk yang diberikan pengawal Blouse itu juga hanya sedikit. Aku curiga kalau sebenarnya dia sendiri yang melakukannya," Ucap Guru Norman menuduh Teo lagi

"Anda sepertinya sangat tidak menyukai orang itu ya. Tapi, itu tidak mungkin, karena orang itu tidak memiliki energi sihir, sedangkan untuk membuka pelindung sihir harus memakai energi sihir yang besar dari dalam pelindung, atau menghancurkannya dari luar. Tapi jika menghancurkannya dari luar, maka kita tidak perlu repot-repot mencari pelakunya," Ucapnya terdengar lelah.

"Jadi, apa Anda mencurigai seseorang di sekolah ini?" 

Theresa terdiam sesaat dan meliriknya tajam "Entahlah," Jawabnya singkat.

"Begitu," Guru Norman berjalan kembali menuju pintu "Tidak baik mencurigai sesama guru, Nona Theresa. Tapi, Saya harap orang itu segera ditangkap," Ucapnya lagi tanpa berbalik sedikitpun.

Theresa membaca lembaran kertas itu kembali, tatapannya datar melihat apa yang ada di kertas itu. Kertas yang berisi data diri dari seorang guru yang memiliki pendidikan terakhir dari luar kerajaan dan tempat kelahirannya pun berasal dari luar kerajaan Lumenia, orang itu bernama Norman "Entahlah," Ucapnya lalu meletakan kertas itu diatas tumpukan kertas lainnya yang ada diatas meja Pak Lutin.

Sore hari, murid-murid di sekolah sihir keluar dari bangunan sekolah, namun tidak banyak "Rasanya sedikit sekali yang keluar, apa ada murid yang jam pulangnya berbeda?" Tanya Teo.

"Tidak, minggu ini beberapa murid bangsawan dan murid rakyat bawah diperbolehkan tinggal di asrama, jadi sebagian ada yang tinggal dan ada yang pulang," Jawab Zack, ia mengelus kuda-kuda yang menarik kereta mereka. Lalu ia berjalan kesamping kuda itu dan menaiki kursi keretanya "Ayo, kita harus menjemput Tuan kita," Ucapnya dan Teo pun ikut menaiki kursi kereta kuda itu.

"Kenapa Nona Cattalina dan Nona Celica tidak tinggal di asrama?" Tanya Teo lagi.

"Itu …," Zack terdiam sesaat sambil memejamkan matanya, lalu ia pun kembali berbicara bersama dengan matanya terbuka kembali "Kau ingat saat Nona Cattalina di serang dan Kau menghentikan orang itu? Sejak saat itu Nyonya Stella melarang kedua putrinya untuk tinggal di asrama, karena itu Nona Cattalina dan Nona Celica tidak tinggal di asrama. Ha!" Jawab Zack lalu menjalankan kereta kudanya menuju depan gerbang sekolah.

Sesampainya disana, mereka melihat kedua Tuannya tengah menunggu mereka dan raut wajah Celica terlihat sangat mengerikan "Kalian lama sekali!" Bentak Celica dari kejauhan. Meski jaraknya jauh, suaranya terdengar begitu keras sampai membuat Zack sedikit bergetar.

"Suaranya keras sekali," Ucap Teo dengan sangat pelan.

Zack hanya tertawa mendengarnya tanpa berkata apa-apa sampai mereka sampai di depan kedua Tuan mereka "Maafkan kami," Ucapnya.

Teo langsung turun dan membukakan pintu keretanya dengan tangan kirinya dan telapak tangan kanannya di dada kiri. Untuk beberapa saat, Celica berdiam diri di depan Teo dan menatapnya tajam "No-Nona Celica, ada apa?" Tanya Teo

"Kalau kau mencuri sahabatku, Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Hmph!" Ucapnya lalu masuk kedalam kereta meninggalkan Teo yang kebingungan dengan perkataannya tadi.

Cattalina hanya tertawa pelan sambil menutupi mulutnya "Lebih baik kamu menirutinya," Ucap Cattalina lalu masuk kedalam kereta dan membuat Teo semakin kebingungan dengan maksud dari kedua Tuannya itu.

Ia menutup pintu kereta dan naik ke kursi kuda. Ketika mereka ingin pergi, seseorang tiba-tiba berteriak "Tunggu!" Mendengar teriakannya itu, Zack menunda keberangkatan mereka.

Kedua gadis berlari mendekati mereka, salah satu dari mereka adalah seorang gadis yang sebelumnya dibuat tidak bisa bergerak oleh Guru Norman. Sampai di dekat kereta kuda, mereka langsung berlutut dengan telapak tangan kanan di tangan "Tu-Tunggu, apa yang kalian lakukan!?" Tanya Teo panik melihat mereka berdua tiba-tiba berlutut "Zack, tunggu sebentar," Teo melompat turun dan berjalan mendekati mereka "Kalian berdua, berdiri lah. Apa yang kalian lakukan?" Tanya Teo kepada mereka dan membantu mereka berdiri.

"Saya ingin berterima kasih!" Ucap gadis yang sebelumnya dibekukan Guru Norman.

"Ah jangan berbicara formal seperti itu, santai saja, oke?" Ucap Teo sambil tersenyum palsu kepada mereka.

"Ah baik," Gadis itu menarik nafas panjang dan menenangkan dirinya "Aku–."

"Hey! Cepatlah!" Teriak Celica dari dalam kereta.

"Ma-Maaf!" Ucap Teo sambil memutar sedikit kebelakang dan merapatkan kedua telapak tangannya "Jadi, ada apa sampai membuat kalian berlutut begitu?"

"Aku, ingin berterima kasih untuk sebelumnya. Aku–."

"Ah jika ingin berterimakasih, seharusnya kamu bertierimakasihlah kepada Zack, karena dia–."

"Tidak!" Potong Elise "A-Aku tau kalau Tuan Zack yang membantu kami. Tapi yang menolongku adalah Anda," Wajahnya terlihat sedikit sedih dan tidak berani melihat wajah Teo "Maaf karena melibatkan Anda," Ucapannya itu mengingatkan Teo kembali dengan cerita Zack dimana murid rakyat bawah merasa tidak enak ketika ditolong oleh kedua Tuannya, sepertinya perasaan itu meluas dan menjadi sungkan kepada siapapun yang menolong mereka.

"Begitu. Tapi, Aku bisa membaskanmu karena sihir dari Guru Theresa, aku hanya diminta untuk menancapkannya itu saja, jadi harusnya kamu–."

"Aku sudah berterima kasih kepada guru Theresa, tapi dia bilang. Hah? Aku tidak melakukan apapun, aku hanya memberinya bantuan sihir. Sisanya itu tergantung pengawal Blouse, jadi berterima kasihlah kepada pengawal Blouse, mengerti? Begitu katanya," Ucap Elise.

Teo semakin jengkel dengan Theresa karena melemparkan apa yang tidak mau ia terima kepadanya "Ba-Baiklah aku mengerti, aku hanya melakukan tugasku, jadi jangan berterima kasih lagi, ya," Ucap Teo terdengar berhati-hati agar tidak menyinggung dirinya. Teo dan Elise terdiam sesaat dan saling menatap "Apa kamu terluka parah?" Tanya Teo.

"Ti-Tidak, hanya luka gores saja."

"Begitu ya, syukurlah," Ucap Teo sambil tersenyum kepadanya dan lagi mereka berdua terdiam. Senyum di wajah Teo perlahan menghilang "Kau tau, ah …," Teo melihat sesuatu yang berkilau menempel di rambut Elise "Maaf," Ucapnya lalu ia mendekati Elise sampai wajah mereka hampir bersentuhan.

Wajah Elise langsung memerah seperti tomat, nafasnya pun tidak beraturan dan ia merasakan sesak yang luarbiasa di dadanya "Maaf, ada serpihan es di rambutmu," Ucap Teo sambil tersenyum kembali kepadanya.

Elise langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya yang memerah "Kau baik-baik saja? Wajahmu merah begitu, demam?" Ucap Teo menebak apa yang ia rasakan sekarang, meskipun itu semua salah.

"Ti-Tidak! Aku baik-baik saja!" Ucap Elisa menggelengkan kepalanya dengan kuat sambil mengibaskan tangannya.

"Begitu,"

"Teo! Cepatlah!" Celica berteriak kepadanya dari dalam kereta kuda. Teo melihat wajah Tuannya dari jendela kereta, wajahnya sudah sangat mengerikan, ia benar-benar marah kepada Teo "Ma-Maaf! Beri saya waktu sebentar lagi," Ucap Teo sambil berbalik dan merapatkan kedua telapak tangannya. Ia pun berbalik kembali menghadap Elise "Aku harus kembali. Jangan terlalu dipikirkan, oke. Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Karena kalau tidak, kedua Tuan ku juga bisa dalam bahaya, karena itu jangan berterima kasih dengan berlutut begitu, Kau mengerti?" Ucap Teo mengingatkannya lagi tentang apa yang ia lakukan "Oh ya, tentang apa yang Kalian lakukan hari ini. Itu hebat, memperjuangkan hak kalian dari orang yang lebih tinggi dari kalian, itu pasti berat untuk kalian, tapi kalian hebat bisa melajukannya," Wajah mereka berdua terlihat cerah karena mendengar seseorang mendukung mereka "Tetapi, kalian harus berhati-hati, karena bisa saja apa yang kalian perbuat itu bisa membuat rakyat bawah diluar sekolah juga terkena imbasnya, kalian mengerti?" Ucap Teo lalu berbalik dan berjalan ke kereta kudanya meninggalkan mereka yang wajahnya menjadi sedikit murung karena ucapan Teo itu.

Teo menghentikan langkahnya "Karena itu, lakukanlah dengan cara yang lebih bijak lagi. Dengan begitu kalian bisa membuat para bangsawan itu terdiam dan kalian mendapatkan hak kalian disekolah ini…," Ucap Teo lalu ia pun menoleh kebelakang "Mengerti?" Ucapnya lagi sambil tersenyum kepada mereka berdua.

Wajah murung mereka menghilang dan wajah yang terlihat kagum itu menggantikannya. Mereka mengerti maksud dari Teo yang sangat jelas itu "Baik! Terima kasih!" Ucap mereka berdua serempak.

"Uwah, lagi-lagi mereka bilang terima kasih," Ucap Teo pelan sambil berjalan menuju kereta kudanya "Sampai jumpa," Ucap Teo lalu menaiki kereta kudanya, ia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda untuk Zack agar menjalankan keteta kudanya.

"Ha-Hati-hati dijalan!" Teriak Elise sambil melambaikan tangannya kepada Teo dan Teo juga membalas lambaian tangan mereka dengan cara yang sama. Elise tidak dapat melepaskan pandangannya sampai kereta kuda itu tidak dapat dilihat oleh kedua matanya, temannya pun memegang pundaknya dan tersenyum kepadanya dan wajahnya pun memerah kembali.

"Sepertinya tadi 'Wah' sekali ya, sampai mereka berlutut begitu," Ucap Zack kepada Teo yang sekarang terlihat begitu kelelahan.

"Benar dan aku tidak suka dengan itu," Teo langsung menguap dan menutupi mulutnya dengan tangan "Merepotkan sih," Ucapnya lalu ia menaruh kedua tangannya dibelakang kepalanya.

Zack menunjukan wajah heran dengan mengerutkan keningnya untuk sesaat sambil melirik kearah Teo "Sepertinya kamu benar-benar tidak suka mendapat terima kasih ya?"

Teo tidak menjawabnya untuk sesaat, ia malah memejamkan matanya. Ketika ia melakukannya, ia mengingat sesuatu lalu ia pun berkata "Orang seperti ku tidak pantas mendapat ucapan terima kasih," Ucapnya sangat pelan, meski begitu Zack dapat mendengarnya dan membuatnya sedikit terkejut "Yah aku juga tidak melakukan apapun, yang ku lakukan hanya mengikuti perintah dan melaksanakannya, hanya itu," Ucap Teo lagi, kali ini ia berkata dengan suara yg cukup jelas.

"Lagi-lagi itu yang kau katakan ya," Ucap Zack terdengar lelah mendengar Teo terus berkata seperti itu.

Mereka kembali terdiam dan Teo memikirkan apa yang sudah ia alami hari ini, lagi-lagi ia terlibat masalah yang seharusnya ia hindari selama di dunia ini agar misinya berjalan lancar, meski begitu semuanya tidak berjalan lancar "Zack setelah ini kau akan mengantarku ke kenalanmu itu kan?"

"Ya, kenapa?"

"Hanya memastikan saja. Apa boleh membawa karina?"

"E-Eh ya tidak masalah," 

"Baiklah,"

Sepulang mereka ke rumah, Zack langsung meminta izin kepada kedua Tuannya untuk keluar menemui kenalan Zack yang mungkin bisa membantu Teo untuk menemukan penduduknya yang hilang.

*To be continue


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C28
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ