ดาวน์โหลดแอป
10.15% Angkasa dan Lily / Chapter 44: 44. Auto gak dapat restu

บท 44: 44. Auto gak dapat restu

Lily sudah sangat kesiangan saat ini, dengan buru-buru Lily memakai sepatunya, menggendong tasnya dan segera berlari keluar rumah untuk segera mendapatkan angkutan umum didepan gangnya.

Begitu nikmatnya jadi Aster, baru mengenakan seragam biru sudah memiliki motor untuk berangkat sekolah, yang di dapatnya dari hadiah uang dari perlombaan basket. Tapi itu tak berguna bagi Lily, karena sekolah yang berlawanan arah membuat Aster tidak pernah mau mengantarnya atau bahkan menjemput Lily, jika bukan karena darurat.

Lily bukannya tidak pintar, Lily termasuk pintar yang sederhana yaitu memiliki nilai yang tidak jelek dan tidak terlalu bagus juga, kepintarannya tidak tumpah-tumpah seperti adiknya atau Angkasa.

Ah sudahlah, lebih baik Lily menggunakan tenaganya untuk memaksimalkan larinya daripada terus berfikir yang macam-macam.

"Lily!" Lily berhenti berlari ketika mendengar suara tidak asing memanggil namanya. Sean menghampiri Lily, membuat Lily menunggu tanpa tahu bahwa Lily sedang terburu-buru saat ini.

"Kak Sean, ada apa?" Tubuh Lily terbujur kaku dikala Sean menghujaninya dengan pelukan.

"Kamu dari mana aja sih Ly? Pulang acara gak pamit, khawatir tahu." Lily meringis, kakak satu ini benar-benar tidak bisa membaca situasi.

"Aku dirumah kok dari kemaren."

"Kok gak angkat telfon." Lily melepas pelukan Sean dengan paksa karena melihat sosok Intan keluar dari dalam rumah Nyonya Ida, yang memperhatikan mereka lebih tepatnya Kak Sean. Sedang apa wanita itu di rumah orang lain sepagi ini? Entahlah Lily tidak peduli.

Lily takut jika tidak segera melepas pelukan Kak Sean, akan ada kesalah pahaman yang timbul.

"Lagi males kak. Lagi banyak fikiran." Ucap Lily asal.

"Kenapa? Ada masalah?" Lily menangkap tangan Sean yang hendak menyentuh pipinya. Lily akan sangat tidak enak hati pada Intan jika begini terus.

Saat itulah Lily menyadari Angkasa datang dengan sepeda motor maticnya. Menunggunya dari tempat yang sedikit jauh dari posisi Lily saat ini.

"Gak ada kok kak. Udah siang Lily berangkat dulu ya, Angkasa dateng jemput tuh."

Lily melambaikan tangan pada Sean, tak lupa memberikan senyuman pada Intan dan segera berlari kearah Angkasa yang memarkirkan motor tak jauh dari sana.

Lily menatap tangan Angkasa yang terulur kearahnya. Tolong biarkan Lily menggenggam erat tangan ini lebih lama lagi.

Angkasa terheran dengan kediaman Lily, ditariknya tangan Lily untuk digenggam. Tak lupa memberikan senyuman hangat pada Lily.

Entah mengapa, cahaya matahari semakin bersinar terang dikala Lily melihat Angkasa ada dihadapannya saat ini. Hati Lily berdebar-debar sekaligus menghangat, walaupun dengan penampilan Angkasa yang cupu. Tapi Lily tidak peduli akan hal itu.

Tidak ada yang bisa menebak tatapan apa yang diberikan Sean pada Angkasa dan Lily saat ini. Sean melangkah masuk kedalam rumahnya dengan rasa kesal di dalam hatinya.

"Kamu pulang kok gak pamitan aku? Kata kak Sean kamu pulang? Ada apa?" Ucap Angkasa memakaikan helm pada Lily.

"Kak Sean bilang gitu?" Lily heran, bukannya Kak Sean tidak tahu bahwa malam itu Lily pulang kerumah dengan bertanya tadi? Angkasa mengangguk.

"Aku.. cuma ngantuk kok." Ungkap Lily akhirnya. Itu bukanlah sebuah kebohongan, jika masalah dalam otak Lily menumpuk, maka Lily akan jadi sangat mengantuk. Merasa tidur akan membuatnya lupa akan semua permasalahan.

"Aku khawatir trauma kamu kambuh gara-gara ciuman kemaren." Angkasa tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan itu setelah Lily pergi begitu saja. Bahkan membuat Angkasa uring-uringan selama seharian penuh.

"Gak kok." Walaupun sempat kambuh kemarin saat Lily melihat foto-foto dari kasus pembunuhan Keila. Tapi sekarang, Lily merasa akan baik-baik saja selama dirinya bersama Angkasa.

"Berarti nanti cium lagi boleh ya?" Tanya Angkasa tersenyum jahil sambil menghidupkan motor bersiap mengendarainya. Perkataan Angkasa berhasil membuat Lily menatap tajam dirinya.

"Gak." Dengan cepat Lily membonceng ke belakang motor. Sebelum akhirnya, Angkasa melajukan motornya menuju sekolahan tercinta.

"Kenapa gak boleh Ly?"

"Ha? Kenapa?" Tanya Lily karena tidak mendengar perkataan Angkasa dijalanan padat ini.

"Kok gak boleh cium lagi kenapa?" Ujar Angkasa berteriak, hingga membuat semua orang yang sedang berhenti di perempatan lampu merah ini menatap mereka.

Sontak Lily memukul pundak Angkasa dengan keras. Lily memeluk Angkasa untuk menyembunyikan wajahnya karena malu di perhatikan banyak orang.

"Sa, aku gak mau karena kamu bikin aku jantungan." Ucap Lily sangat pelan, namun Angkasa masih bisa mendengarnya. Jika Lily melihat wajah Angkasa saat ini, Lily akan tahu, Angkasa tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

*

"Ly, gila parah!" Lily baru saja mendaratkan pantat ke kursi kayu yang keras itu, namun Yuli dengan hebohnya mengguncang tubuhnya.

"Apa? Kenapa?" Tanya Lily pada akhirnya. Yuli membuka hpnya dan segera menunjukkan sesuatu yang tampil di layarnya.

"Lo gak tahu berita ini?" Lily mengernyit membaca judul artikel itu.

SUKSES DENGAN LAGU BARU, SINDI BERKOLABORASI DENGAN MODEL MV-NYA DALAM PEMBUATAN MINI DRAMA

"Maksudnya?" Yuli mendengus kesal, melihat Lily yang masih belum konek dengan masalah apa yang terjadi.

"Gue tahu beban hidup lo banyak. Tapi lo beneran harus tahu ini."

"Terus?" Tanya Lily santai. Sedangkan Yuli merasa gemas oleh sikap Lily yang acuh tak acuh.

"Ini si modelnya Angkasa! Yang bakal main film bareng Sindi si Angkasa lho! Lo gak marah?!" Lily buru-buru membekap mulut Yuli yang keras seperti habis memakan toa. Lily melihat kearah sekitar dan memperhatikan teman-temannya yang mungkin mendengar perkataan Yuli.

"Lo gak waras apa?! Teriak gitu!" Lily melirik Yuli sebal. Sedangkan Yuli malah meringis, merasa tidak bersalah.

"Maaf Ly, gue lupa kalau dia nyembunyiin identitas aslinya." Yuli mengayun-ayunkan lengan Lily berusaha bertingkah manis agar Lily tidak marah.

"Jangan marah ya, kakak ipar." Lily mendelik, temannya ini rupanya sudah sangat serius dengan adiknya. Jika begini terus Lily berjanji akan menyeret mereka menuju KUA.

"Yul, gue pusing. Gak mau mikirin lo sama Aster dulu." Lily memegang kepalanya dengan kedua tangannya dan mengacak-acak rambut pendeknya frustasi.

"Tapi lo beneran gak cemburu atau marah gitu, tentang beritanya Sindi dan Angkasa? Ini bisa jadi berita awal aja, kalau berita baru muncul 'Sindi dan Sky cinlok' gimana? Apalagi artis kan suka pada pansos."

Tidak ingin mendengarkan celotehan Yuli, Lily melipat tangannya diatas meja dan menyembunyikan wajahnya disana.

Apa Lily tidak cemburu atau marah?

Lily sangat cemburu dan marah hingga ingin menendang semua meja dan kursi yang ada dihadapannya saat ini. Lily berusaha mati-matian menahan kemarahannya agar tidak meluap dan menyebabkan kekacauan di kelasnya.

Lily mengepal kuat tangannya, karena foto yang ditunjukkan papa Angkasa malam itu, Lily hampir tidak bisa mengontrol kemarahannya lagi, yang sebelumnya Lily sudah bisa mengendalikan sikap bar-bar itu dengan baik.

Lily bangkit dengan menggebrak meja, membuat seluruh kelas menatapnya heran. Dengan kesusahan Lily menunjukkan deretan giginya.

"Yul, kepala gue pusing. Gue mau ke uks aja."

"Perlu ditemenin?" Tawar Yuli, namun dengan cepat Lily menggeleng. Jika Yuli ada disampingnya dan berceloteh kesana dan kemari bisa saja membuat emosi Lily semakin tak terkendali.

"Lo sini aja, izinin gue kalau gurunya dateng."

Yuli menatap punggung temannya keluar dari kelas dengan langkah tidak sabaran.

"Kayaknya auto gak dapet restu kakak ipar nih."


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C44
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ