Gue masuk ke hatimu aja udah cukup kok Na.
-Dani-
"Sebentar sebentar, ada yang kurang Na." Arya mencoret pipi kanan Alana dengan bolpoin.
"Lah bang kok dicoret." protes Alana.
"Lah kan abang bisa jawab tebakan Alana, jadi Alana ya dicoret lah." ucap Arya menjelaskan.
"Katanya yang kalah."
"Ini kan abangnya bisa nebak jadi abang menang dan Alana kalah. Ya kan?" Arya menaik turunkan alisnya.
"Ya kan Alana kira nggak gitu, toh udah terlanjur dicoret."
"Ok sekarang giliran Alana." Alana pun memakai earphone.
"Kesel!" Arya mulai memberi tebakan.
"Hah, kesel!" tebak Alana.
"Nyesel!" Arya kembali memberi tebakan.
"Nyesel!" tabak Alana lagi.
"Nyesek!" kata Arya selanjutnya.
"Tersesat!" Arya pun melambaikan tangan sebagai tanda bahwa jawaban Alana salah.
"Nyesek!" ulang Arya.
"Ohh, nyesek." kata Alana yang sudah mengerti.
"Coba ulang." perintah Arya.
"Kesel! Nyesel! Nyesek! Lah kenapa nyesek bang?"
"Doi nggak peka Na." ucap Arya sok menyek-menyek.
"Bhahaha, abangnya Alana baper." balas Alana dengan tertawa.
"Ketawanya biasa aja Na, orang bercanda." gerutu Arya yang melihat reaksi Alana akibat perkataannya.
"Ya bercanda sih bercanda, tapi muka abang ituloh bhaha." tawa Alana yang sudah nggak kuat untuk tidak tertawa.
"Emang muka abang kenapa Na?" tanya Arya.
"Meyakinkan kalau doi nggak peka." jawab Alana yang masih tertawa.
Karena kesal Alana yang tak kunjung berhenti tertawa Arya pun mengambil earphone yang masih menyumpal di telinga Alana.
"Udah dong Na ketawanya." ucap Arya kesal.
"Ok ok, tarik nafas. Buang. Tarik nafas. Buang." Alana berusaha menenagkan dirinya yang tak kunjung berhenti tertawa.
"Bhaahaha!" tawa Alana pecah seketika karena tak bisa menahan tawa lagi.
"Ya udah deh abang pergi aja."
"Ya elah gitu aja ngambek," Alana memegangi tangan Arya karena Arya yang hendak pergi.
"Sini-sini, dilanjut lagi ya bang." Arya pun memperkeras volume lagu.
"Apa tebakannya?" tanya Arya meminta tebakan.
"Sebentar." Alana mencoret pipi kiri Arya dengan bolpoin dan membentuk hati di sana.
"Dah, ok abang udah siap?" tanya Alana setelah selesai mencoret pipi Arya.
"Ya."
Alana kembali memberi tebakan pada Arya.
"Hati!" teriak Alana.
"Hati!" jawab Arya.
"Doi!" lanjut Alana.
"Koi?!" jawab Arya dengan nada bingung.
"Doi!" teriak Alana lagi.
"Ooo." jawab Arya hanya ber'o' ria.
Henig kemudian.
Alana mencopot salah satu earphone yang menyumpal telinga Arya dan berteriak di telinga Arya.
"Jawabannya apa bang?!" teriak Alana.
"Elah pelan-pelan Na, sakit ni kuping." gumam Arya.
"Abis abang bukannya jawab malah ooo." ucap Alana kesal.
"Jawabannya doi kan Na?" tanya Arya memastikan.
"Iya,"
"Berarti sekarang kamu dicoret Na." Arya mendekatkan bolpoin ke wajah Alana.
"Et et et, tunggu dulu bang belum selesai." Alana kembali menyumpalkan earphone ke telinga Arya.
"Lah abang kira udah selesai." ucap Arya yang kecewa.
"Ok lanjut ya bang." Arya hanya menganggukan kepalanya.
"Nyasar!" kata Alana melanjutkan tebakan yang tadi tertunda.
"Pasar!" jawab Arya.
"Nyasar!" ulang Alana karena jawaban Arya yang salah.
"Pasar!" jawab Arya lagi.
"Nyasar!" ulang Alana untuk yang terakhir.
"Pasar!" jawab Arya kukuh dengan jawabannya.
"Coba abang ulang." pinta Alana selanjutnya.
"Hati! Doi! Pasar! Hati doi kenapa ke pasar Na, nggak ke hatiku aja?" celetuk Arya.
"Pasar lu sarimen." balas Alana.
"Nyasar bang nyasar jawabannya!" Alana memberi tahu jawaban yang sebenarnya.
"Oo nyasar." respon Arya yang sudah mengetahui jawabannya. Alana pun lantas mencoret-coret jidat Arya dengan bolpoin. Kedudukan sekarang 2-1 untuk Alana. Selanjutnya giliran Alana yang menebak. Arya pun sejenak memikirkan tebakan yang akan ia ajukan pada Alana. Setelah sejenak berfikir Arya pun memulai memberi tebakan.
"Abang!" teriak Arya.
"Abang!" tebak Alana.
"Ganteng!" teriak Arya kembali memberi tebakan.
"Jelek!" jawab Alana.
"Ganteng!" teriak Arya lagi.
"Jelek!" teriak Alana kembali dengan jawaban yang sama.
"Abang kira Alana nggak ngerti apa maksud abang." batin Alana dengan tersenyum kecil.
"Ganteng!" Arya kembali memberi tebakan.
"Jelek!" jawab Alana kembali.
"Abang jelek!" kata Alana bermaksud memberi jawaban yang benar.
"Salah, yang bener abang ganteng." kata Arya memberi jawaban yang sesungguhnya.
"Abang mau bohongin Alana ya?" tanya Alana yang merasa tebakan Arya hanya ingin agar Alana mengatakan bahwa Arya ganteng.
"Nggak, abang beneran ganteng kok." jawab Arya yang super duper pd.
"Iyain aja dah, adek mah bisa apa." ucap Alana pasrah.
"Nah gitu baru adek yang baik." kata Arya dengan mencoret-coret pipi kiri Alana.
"Iya bang, tapi coretnya jangan banyak-banyak." protes Alana. Karena Arya yang terus mencoreti wajah Alana, Alana pun tak terima. Ia juga mencoreti wajah Arya. Terjadilah tragedi coret mencoret wajah.
Ting tong ting tong.
Tiba-tiba terdengar suara bel dari arah pintu depan. Karena mendengarnya, Arya dan Alana pun mengakhiri tragedi coret mencoret.
"Haha muka lo bang." Alana menertawakan hasil maha karyanya yang ia tuangkan di wajah Arya.
"Haha ngaca lah Na." ucap Arya. Alana pun mengambil kaca yang berada di rak dekat tv.
"Hehe iya sama." kata Alana setelah berkaca.
"Yang menang Alana ya bang?"
"Enak aja, 2-2 Na. Kita sama." ucap Arya tak terima.
Ting tong.
Terdengar lagi suara bel rumah.
"Gini aja Na, buat menentukan siapa yang menang kita suit aja. Nanti yang kalah buka pintu tapi wajahnya nggak boleh dibersihin dulu. Gimana?" kata Arya memberi penawaran.
"Ok, siapa takut." balas Alana. Kemudian mereka mulai melakukan suit.
"Batu, gunting, kertas." ucap Arya Dan Alana bersamaan. Tangan Arya melambangkan gunting dan tangan Alana melambangkan kertas. Itu bertanda bahwa Arya lah yang menang.
"Yess," Arya jingkrak-jingkrak kegirangan karena menang.
"Sa ae bang." kata Alana yang melihat tingkah Arya.
Ting tong.
Bel kembali terdengar untuk yang ketiga kalinya.
"Dah cepet buka sana Na." perintah Arya.
"Ya ya, tapi ini bener mukanya nggak boleh di bersihin dulu." kata Alana memastikan.
"Iya, dah sana ."
"Ye ngusir." Alana berjalan meniggalkan Arya di ruang tengah untuk membuka pintu.
Clek. Suara pintu yang Alana buka dan di balik pintu tersebut terdapat seorang pria.
"Eh kak Dani." ucap Alana dengan tersenyum simpul.
"Muka lo kenapa Na?" tanya Dani yang melihat wajah Alana penuh dengan coretan bolpoin.
"Oh ini, biasa lah kak main sama bang Arya." jawab Alana dengan malu-malu.
"Walau dicoret-coret tetep cantik kok Na." celetuk Dani.
"Apa kak?" tanya Alana yang tak terlalu mendengar ucapan Dino.
"Enggak kok," jawab Dani.
"Masuk dulu kak." ucap Alana mempersilahkan Dani.
"Nggak usah Na, ini gue cuma mau balikin kunci motor Arya." Dani memberikan kunci pada Alana.
"Bener nggak mau masuk dulu?" tanya Alana lagi.
"Iya, gue masuk ke hatimu aja udah cukup kok Na." jawab Dani sambil menaik turunkan alisnya.
"Lo ngomong apa ke adek gue!" sambar Arya tiba-tiba dari belakang Alana.
"Enggak kok Ar, cuma mau balikin kunci. Gue balik dulu Ar udah ditunggu Adi di depan soalnya." balas Dino yang langsung kabur meniggalkan Arya dan Alana.
"Nih kuncinya, temen abang tu nggak jelas ya." Alana berpendapat tentang Dani.
"Tadi tu bocah ngomong apa aja?" tanya Arya.
"Tau tuh nggak jelas."
# # #