ดาวน์โหลดแอป
20% Double B / Chapter 2: Bab 2

บท 2: Bab 2

Bryna yang baru saja sampai di sekolah blenda pun menatap sekolah yang cukup asing baginya saat ini dengan seksama. Tidak ada petunjuk arah, tidak ada air mancur dan tidak ada lapangan luas. Mungkin ada di samping gedung atau entah dimana Bryna tidak tau.

Bryna pun diam mengeluarkan ponselnya dan mengirim chat pada Blenda, tapi sayangnya yang di chat tidak merespon apapun.

Ditambah lagi semua orang disini menatap Bryna aneh. Mungkin jarena Bryna tidak kunjung meninggalkan parkiran ini makanya di tagap aneh.

"Dasar Kakak kampret kelasnya dimana sih, dih." Gerutu Bryna sebal.

Akhirnya Bryna berjalan dimana semua anak berjalan menuju gerbang sebelahnya. Bryna bisa melihat gerbang kedua dari sekolah ini setelah menoleh ke belakang.

Ternyata sekolah ini memiliki dua gerbang. Gerbang utama dan juga gerbang kedua yang menuju ke kelas.

Bryna terus berjalan tanpa arah hingga dari koridor satu ke koridor sebelahnya. Kakinya tersebut berkeliling naik turun tangga hingga pegal. Nyatanya sama sekali tidak menemukan kelas Blenda.

Akhirnya Bryna pun mengetik kembali chatnya pada Blenda dengan khas umpatannya. Langsung saja Blenda membalas chat ini itu dengan singkat jelas dan padat.

"Untung Kakak coba kalau gak, udah gue mutilasi lo, terus warisan Papi buat gue semua, gue gak gue bagi. Ehh tapi kan lo mati jadi semua milik gue." dumel Bryna menatap chat singkat dari Blenda.

Bryna pun langsung berjalan tanpa bertanya, dia juga mendapat beberapa bingkisan dari cowok asing yang tak di kenalnya. Lumayan lah buat koleksi pumpung gratisan.

Ternyata disini famous juga tu bocah. Batin Bryna.

Bryna celingukan menatap papan kelas satu persatu. Hingga seseorang dari arah belakang menabrak dirinya hingga tersungkur di lantai. Masih untung saja wajah Bryna belum sampai mengenai ubin koridor sekolah ini.

Dengan rasa marah Bryna pun bangkit dan menatap siapa yang berani menabrak dia pagi ini.

"Woi bangsat, mata lo gak liat apa kalau ada orang segede gini main lo tubruk aja." Omel Bryna tanpa sadar, hingga membuat semua orang yang berada di sini menatap dirinya heran, apa lagi yang nabrak dirinya saat ini.

Dan baru pertama kalinya semua anak di sini menatap Bryna aneh. Ada apa?

"Sains aja dong, gue juga gak sengaja."

"Gak sengaja dengkulmu. Liat nih lutut gue merah karena lo, dan lo bilang gak sengaja? Kalau gue jitak kepala lo terus gue bilang gak sengaja gimana? " jawab Bryna tambah emosi.

Gila apa dia bilang gak sengaja. Ini dengkul juga sakit kali kena ubin. Gak minta maaf malah bilang gak sengaja. Parah.

"Lo kok nyolot sih, lagian sejak kapan ko berani sama gue??" ucapnya dan membuat Bryna menatap bocah itu bingung.

"Siapa lo gue harus takut sama lo? Mafia? Anak geng Atau apa?" Tantang Bryna tanpa sadar dan membuat orang itu emosi.

"Lo------" Ucapannya terpotong saat seseorang menarik cewek itu berlalu, dan yang lainnya pun memungut belanjaan cewek itu hingga meninggalkan Hanzel yang masih diam dengan emosi yang meluap.

Bryna yang di tarik pun langsung menepis tangannya dan menatap dua bocah cewek dengan tampang lugu bahkan seragamnya pun sangat rapi dan licin kayak ubin yang baru saja di pel bersih.

"Heh lo siapa sih men tarik aja, yang sopan dikit dong." Omel Bryna lagi, apa lagi dia masih sebal dan emosi dengan cowok yang baru saja menabraknya, gak minta maaf malah Bryna di tarik pergi.

Ingin rasanya Bryna menghajar dia saat ini juga. Tapi sayangnya semuanya hancur karena dua orang gatau siapa ini.

Sedangkan yang menarik Bryna pun langsung melonggo mendengar ucapan Bryna saat ini.

Seakan tersadar dengan keadaan Bryna pun langsung menepuk jidatnya sendiri, lupa jika saat ini dia mejadi Blenda bukan Bryna.

Bukannya Blenda memiliki sikap lemah lembut dan gemulai? Sedangkan dia sendiri memiliki sikap yang barbar dan tidak sabaran.

Lagian siapa juga yang mau jadi orang sabar di tindas mulu. Bryna gak suka itu.

"Sorry, lupa haha." Jawab Bryna sambil tertawa.

"Lagian kenapa sih Blen, lo berantem sama Hanzel." Kata Daisy

"Sebel aja Flo, masak iya gue di tabrak dan dia gak minta maaf sama gue, dan dia cuma bilang gak sengaja. Coba lo bayangin jadi gue, kaki gue merah kek gini sampekan, untung aja bibir suci gue belum berdusta dengan ubin koridor sekolah ini." Cerocos Bryna tanpa sadar jika dia salah memanggil orang.

Berbeda dengan Flo dna juga Dasiy yang hanya melonggo menatap Bryan. Bukan karena salah panggil, Blenda kan tipe orang yang agak pendiam, nah ini tadi nyerocos gak ada hentinya cuma masalah Hanzel. Ada yang gak beres.

"Kok Flo? Gue Daisy, Blen, Flo kan di sebelah lo." Protes Daisy tidak Terima.

Bryna pun menoleh dan menatap Flora yang tersenyum ke arah nya, yang sibuk dengan ponselnya. Berarti yang di hadapannya saat ini Daisy, mungkin Bryna akan mengingat semuanya.

Apa lagi pas Blenda jelasin, Bryna malah enakan tidur.

"Sejak kapan lo ganti nama? Kenapa gue gak tau?" ucap Bryna aneh.

"Dih lo sakit apa gimana sih Blen kok aneh begini." sahut Flora

"Taulah, gue mau masuk." Kata Bryna dan berlalu masuk ke dalam kelas entah kelas siapa.

"Blen kelas lo di ujung kenapa lo masuk kelasnya Hanzel? " Kata Daisy lagi dan menunjukkan kelas ujung.

"Hanzel siapa lagi, gak kenal." guman Bryna pelan tapi masih bisa di dengar oleh Daisy dan juga Flora.

Bryna pun menatap papan kelas dan ponselnya secara bergantian. Dia pun menatap papan itu dan tersenyum. Bryna pun masuk dan menuju meja paling belakang dan pojok, kalau dia tidur tidak ada guru yang tau atau tidak dia bisa beristirahat sejenak saat pelajaran di mulai.

"Nah kan lo lupa juga, meja lo sama gue Blenda Galiena." Kata Daisy lagi

Bryna pun menghela nafasnya dan berlalu menuju meja Daisy dan duduk di samping nya.

Mungkin saat ini dia banyak salah tapi setelah ini juga bakal engak kalau Bryna sudah tau tempat aman-aman sekolah ini.

"Lo kepinteren apa duduk aja di tengah kayak gini." dumel Bryna dan mendapat tatapan aneh dari Flo dan juga Daisy.

******

Sama hal nya dengan Blenda yang baru saja masuk ke dalam sekolah milik Bryna. Dia pun langsung turun dari mobil birunya dan menatap semua anak yang menunduk menatap Blenda. Apa apa? Pikir Blenda, apa dirinya saat ini aneh atau penampilan yang terlalu mencolok? Bahkan dia sampai menatap dirinya sendiri akan hal itu.

Entah lah Blenda tidak tau. Hingga akhirnya dia pun melangkahkan kakinya menuju kelas Bryna yang berada di lantai dua. Untung saja Blenda masih ingat penjelasan Bryna.

Langkah kaki Blenda terhenti saat melihat seorang cowok yang berdiri di hadapannya. Apa lagi posisi mereka berada di tangga. Jadi dia di atas tangga ke tiga, sedangkan Blenda berada di anak tangga dua.

Blenda tersenyum dan melewatinya, tapi cowok itu langsung menahannya dan menatap jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Tumben lo dateng sepagi ini, kesambet setan apaan lo." Ketusnya.

"Emang biasanya telat ya." Tanya blenda dan membuat Mozza bingung.

Ya dia adalah Mozza ketua osis yang selalu berkelahi dengan Bryna. Namun sayangnya di hadapannya saat ini bukanlah Bryna melainkan Blenda.

"Setiap hari." Jawabnya dan berlalu.

Blenda terus berjalan kembali menuju kelas Bryna. Sampainya di sama dia pun langsung mencari meja Bryna yang katanya berada di pojok paling belakang.

Terkadang blenda berpikir apakah Bryna bisa belajar dengan serius kalau tempat duduknya aja di paling belakang seperti saat ini.

Bahkan kalau ini di sekolah Blenda. Tempat untuk anak-anak bandel yang suka tidur atau tidak mau belajar sama sekali di kelas.

"Tumben lo dateng pagi, ngapelin ketos lo." Kata----

Blenda melirik name tag cewek yang saat ini berbicara pada dirinya tapi sayang nya tidak ada dan Blenda hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan itu.

"Wah parah lo, sakit lo senyum sama gue" Katanya lagi dan membuat Blenda bingung.

Ada yang salah dengan senyum? Pikir Blenda.

Dia tidak tau harus berkata apa saat ini. Yang jelas Blenda tidak tau siapa cewek yang berada di hadapannya saat ini. Secara penampilan yang saja sudah sama dengan Bryna saat berangkat sekolah.

"Bangsat."

Blenda terjingkat kaget saat mendengar umpatan dari arah samping nya. Dia pun menoleh ke arah sumber suara dan mengusap dadanya, sabar.

"Kenapa sih lo." Tanya cewek yang tadi berbicara pada Blenda.

"Gimana gak bangsat sih Chel, vania ngajakin gue duel." katanya

Chel?? Pikir Blenda.

Berarti yang di hadapannya saat ini bernama Rachel dan di sampingnya ini bernama Alexa. Karena Bryna bilang dia punya dua teman yang bernama Rachel dan juga Alexa.

Dari namanya saja sudah membuat Blenda horor sudah di pastikan kalau saat ini mereka berdua hanya berbanding sedikit dengan Bryna.

"Iyain aja gue sama Bryna bakalan bantuin lo, gak usah takut." ucap Rachel.

"Ehh." Kata Blenda seadanya, dia juga tidak tau harus apa yang ada mana bisa di berantem kayak Bryna saat ini.

Masak iya dia ikutan berantem?

"Lo kenapa njing." Kata Alexa dan membuat Blenda meringgis menggelengkan kepalanya.

"Yaudah pulang sekolah tempur." Kata

Alexa kembali dan membuat Blenda bingung.

Apa lagi ponselnya yang terus bergetar jika ada pesan masuk. Bukannya tidak mau membalas adanya saja Blenda takut mereka berdua tau kalau di hadapannya saat ini bukan Bryna yang asli.

Dengan sembunyi Blenda pun mengeluarkan ponselnya dan membalas chat Bryna yang bertanya tentang kelas. Tak lupa juga dia memberi tahu kalau setelah pulang sekolah dia di ajakin temennya gempur. Blenda juga gak mungkin ikut dia gak bisa berantem sama sekali.

"No HP lo ganti Bry kok gue telepon gak bisa."

Blenda menoleh dan mengangguk. Bukannya ganti hanya saja mereka berdua sepakat untuk memblok nomor teman mereka demi kelangsungan hidup mereka.

Tanpa aba-aba Rachel pun langsung melempar ponselnya dan menunjukan tombol hijau agar Blenda bisa menulis angka di sana.

Sayang banget hapenya di banting. Ucap Blenda dalam hati.

Tanpa ragu pun Blenda langsung menulis nomor ponselnya pada ponsel Rachel. Dan Rachel pun langsung mengirimkannya pada Alexa.

Suara bel membuat Rachel dan juga Alexa berdiri dari duduknya tentu saja hal itu membuat Blenda bingung. Ini sudah bel dan mereka mau kemana pikir Blenda.

"Lo gak ikut? Biasanya kalau suara bel begini lo yang duluan berdiri, kenapa lo masih duduk " Kata Alexa dan membuat

Blenda bingung.

"Mau kemana emangnya?"

"Bolos lah apa lagi, fisika, kimia, biologi, otak lo bakal botak abis gini." Jawab Rachel

Blenda diam. Kalau dia bolos ini akan jadi hal pertama bagi dirinya bolos pelajaran. Dan lahirnya Blenda pun menggelengkan kepalang sebagai jawaban dan membuat Rachel dan Alexa pun menatapnya heran. Alhasil mereka berdua pun kembali duduk di samping Blenda dengan heran.

Hingga guru fisika pun masuk dan menatap meja Blenda, Rachel dan juga Alexa dengan curiga, biasanya mereka bertiga sudah tidak ada di tempatnya dan kenapa saat ini mereka masih setia di sana. Sambil mengucek mata guru itu menatap meja Blenda, Rachel dan juga Alexa.

"Biasa aja bu, kalau bos kita gak keluar kita tetap stay kok walau pelajaran ibu ngebosenin " Jawab Rachel jujur dan santai.

******

Lapangan basket yang biasanya sepi sekarang bertambah ramai. Apa lagi semua anak yang bertepuk tangan sambil berteriak. Seperti supporter bola yang menatap idola yang melambaikan tangan ke arah fans nya

Sama hal nya saat ini. Bryna yang sedang menyeret paksa Hanzel ke tengah lapangan karena sudah berani merebut makan siang nya. Dia pikir beli gak pake uang main comot aja punya orang. Dia pikir Bryna juga gak laper apa.

"Lo itu ya udah bikin hidup gue gak tenang. Lo gak mampu beli makan sampai makanan gue lo makan haa , ngakunya orang kaya tapi kere."Ejek Bryna sebal.

Hanzel diam menatap Bryna yang nampak berbeda saat ini, "Jadi lo marah? Kenapa sekarang kenapa gak dari dulu aja lo marah sama gue?"

Dari dulu? Berarti Blenda udah lama dong di tindas sama mereka. Wah bangsat beneran tu orang kenapa diem aja sih lu kaka biadab. Batin Bryna sebal.

"Sekarang gue bagian protes sama lo, gue gaakan Terima lagi saat lo nindas gue, gue bakal bales semua perbuatan lo sama gue "

Hanzel tersenyum dan setelah itu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Bryna sudah melonggo melihat Hanzel yang berlalu begitu saja hingga Daisy dan juga Flora datang menghampiri Bryna.

Apa-apaan ini sudah emosi gak jadi baku hantam? Oke gak papa tahan emosi, simpan energi buat baku hantam dengan Vania.

"Lo gak papa Blen, lo gak di apa-apain kan sama Hanzel, lo gak di siksa lagi kan?? Gak dia seret lagi " Kata Flora bertubi-tubi dan membuat Bryna membuat mengerutkan keningnya.

Di seret kata pertama yang nangkring di telinga Bryna. Jadi selama ini dia suka nyeret Blenda? Suka nyiksa Blenda? Itu orang di bully kenapa diam aja.

"Gue baik-baik aja lo tenang aja, gue bakal bales semua perbuatan dia selama ini sama kaka gue"

"Kaka lo? Siapa Blen, bukannya lo anak tunggal ya?? " Kata Daisy yang merupakan dengar ucapan akhir Bryna yang sangat lirih.

"Ehh maksud gue, perilakunya ke gue, Mami gue kan kalau panggil gue kaka makanya kebiasan gini " Elak Bryna.

Dan untung saja Daisy dan juga Flora mengangguk paham. Dan setelah ini mereka pun langsung kembali ke kelas. Tentunya bukan bryna melainkan Daisy dan juga Flora yang kembali ke kelas, sedangkan Bryna dia sudah kabur entah kemana.

*****

"Ehh elo..."

Blenda menoleh ke sumber suara. Ternyata cowok pagi tadi yang menahan tangannya di tangga.

"Ada apa ya?" Tanya Blenda lembut dan membuat Membuat cowok itu heran.

"Kemaren lo gak laksanain hukuman gue kan, dan lo kabur kan?"

"Ehh engak kok, gue----" Blenda menggantung ucapannya tidak tau harus berkata apa lagi.

Hingga cowok itu menarik tangan Blenda menuju tangga. Blenda meronta tapi nyatanya juga nihil, alhasil dia pun langsung diam saja hingga kaki mereka sampai di perpustakaan.

"Karena lo gak laksanain hukuman lo, sekarang lo bersihin perpustakaan ini sampai rapi "

"Ta----"

"Gue gak terima penolakan." Kata cowok itu tegas dan membuat Blenda diam.

Sebelum membersihkan perpustakaan ini Bkenda pun mengirim pesan pada Bryna, agar mau menunggunya atau tidak dia langsung pulang tapi harus berganti seragam lagi.

Mungkin Blenda akan lama dan Bryna bilang dia akan ganti seragam saja dan pulang duluan.

Tanpa mau pikir banyak Blenda pun langsung membersihkan perpustakaan ini dengan cepat, agar dia bisa cepat pulang dan beristirahat. Sekolah full day di hukum lagi, apa lagi Blenda tidak pernah melakukan pekerjaan seperti ini di rumah maupun sekolahnya.

Karena dia terkenal dengan anak berpredikat baik bahkan catatan hitam saja Blenda tidak pernah melakukan apapun di sekolahnya.

Dia selalu patuh pada peraturan dan tidak pernah melanggarnya satu pun. Tapi saat ini mungkin hari sial untuk Blenda pertama masuk atau tidak kesan pertama.

TBC.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C2
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ