Sinar yang berasal dari bola orange itu, seolah tak pernah lelah mengeluarkan sinarnya. Bahkandia selalu menerima saat sisi nya mulai dikelilingi hanya untuk membagi sinarnya . seolah dialah yang pling pemurah. Menyengat dan menghangatkan adalah sifatnya bagaimana mungkin yang lain sanggup menghentikan sinarnya. Bahkan gumpalan-gmpalan putih itupun masih bisa dihancurkannya. Tapi syaangnya tidak menimbulkan air berjatuhan di beberapa negara.
" sepertinya kita bisa kembali ke Indonesia besok" ucap Alex semangat. Sambil memainkan Game di ponselnya
"tidak, uncle dan unty akan kesini" Alex menatap tak suka, dia merasa malas disini, apalagi dengan kehadiran AL, walaupun lelaki itu memang tidak selalu membuat nya kesal.
"apa, kenapa kau ttelat sekali memberitahuku" Alex dengan segera mencari kontak orangtuanya
"mereka sudah sampai disini, Jack sedang menjemput mereka di bandara" Alex menatap kesal, sepertinya Alex yang labil sudah kembali, Ken mendengus kesal melihat pemuda umur 18 tahun yang menjelma menjadi 16 tahun itu.
"kenapa tidak ada yang memberitahuku, "Alex mentap kesal. Dia hendak melemparkan vas bungan di samping ranjangnya. Tapi niatnya terpaksa diurungkan saat melihat seorang wanita yang berlarii kearahnya dan menerjang tubuhnya.
"momy" Robecha menagis haru , .putranya sudah sadar. Dia senang
"momy kenapa datang kemari" Robecha menatap terkejut, apa putranya ini juga membencinya
'aku ingin pulang, kita bisa bertemu di rumah. Kenapa momy meninggalkan Lexsa sendirian dirumah. " Alex melihat di belakang robect mencari adiknya. Tapi gadis itu tidak ada
Robecha menghela nafas tenang. Ternyata putranya tidak membencinya. Lebih tepatnya belum
"dad, apa kita akan kembali besok, aku bosa disini. Liburanku sudah selesai bukan" Alex menatap robect memohon. Tapi hanya tatapan terluka yang didapatnya
"dady kenapa" Alex menatap heran.. kenapa dia sering sekal mendapati tatapan terluka dimana orang-orang terdekatnya.tapii kali ini lebih kepada tatapan dikhhianati, entahlah dia tidak mengerti dnegan semua ini.
"kamu akan tinggal disini Alex" alex menatap Robect tak percaya dengan apa yang di dengarnya
"apa sekarang kita semua akan pindah kesini" Alex menatap penuh tanya . tapi yang di terimanya hanya tatapan terluka dari dadynya
"kamu akan kuliyah disini, dady sudah mengurus semuanya" Alex menatap bingung
"dady terlalu cepat mengurusnya. . aku tahu aku ingin kuliyah disini. Dady ada ada saja" Robeccha menatap kasihan pada putra kesayangannya. Sekarang putra-putrinya terluka . karena mereka.
"ada apa sebenarnya" Alex menatap heran,, tidak ada yyangmenjelaskan nya padanya semuanya hanya diam, momynya hanya diam sambil meneteskan air mata. Dan dadynya menatapnya terluka. Ada apa sebenarnya kenapa dia tidak ingat , apa yang telat dia perbuat
"Akkkkkkhhhh sa kiittt Akhhh" Alex berteriak kesakitan. Ken dengan cepat memanggil dokter sebelum Alex kembali pada masa kritisnya lagi
"sayang tenang ya. Jangan dipaksakan sayang" Alex menatap heran, beberapa ingatan mulai muncul di otaknya kemuadian menghilang bergantikan kegelapan yang mulai menjemputnya.
"sayang, bangun bangun" itu suara momynya, ada apa sebenarnya kenapa tidak ada yang menjelaskan. Lexsa kamu dimana, kanapa Cuma aku yang ada disini .
"seharusya unce bisa menerima semua ini" ken menatap marah, pada lelaki yang dipanggilnya unce itu.
"bagaimana keadaannya dok" tanya ken cepat . setelah Jonathan selesai memeriksa Alex
"hampir saja dia kembali kritis, sebaiknya jangan di paksa di untuk mengingat semuanya. Beberapa kali dia mengumamkan nama Alexsa. Sebaiknya Alexsa ada disini merawatnya,.itu aka membantunya untuk mengingat semuanya. " Jonathan menarik nafas panjang, sebelum melanjutkan ucapannya
"saya yakin nama itu mempunyai pengaruh besar terhadap Alex. Mohon di pertimbangkan. Ini untuk kebaikan pasien. Kalau begitu saya permisi" ken menghela nafas kasar. Bahkan sekarang hanya Alexsa yang bisa mengembbalikan ingatan Alex
"uncle dengar sendiri kan, bahkan sekarang hanya Lexsa yang bisa membantu Alex" Robech menatap kesal.
"apa kau ingin Lexsa terluka, apa kau ingin semuanya hancur, semua bisnis keluarga kita bisa berada di ambang kehancurkan kalau semua ini terbongkar. " Robech menatap tajam lelaki di depannya.
"semuanya tidak akan hancur, semuanya akan baik-baik saja, bahkan aku dan Granma cukup kuat untuk menjamin semuanya aman. Bahkan Bisnis keluarga kita tidak akan mungkin hancur. Cuma karena hal ini. Sampai kapan uncle akan menutupinya. Semua ini pasti akan tercium keawak media. Tinggal menunggu waktu" AL menatap tidak mengerti, dia memang baru mengetahui satu rahasia besar. Dan sekarang sepertinya dia akan masuk begitu dalam, dalam masalah ini.
"cukup. Alex harus istirahat, bisakah kalian diam. " Robecha menatap kesal kedua lelaki di depannya.
"semoga Unty sadar. Kalau mereka sudah ditakdirkan bersama. " ken menatap tajam kearah wanita yang sangat disayangnya itu.
"ken" robecha berucap lirih saat dilihatnya Ken keluar meninggalkan ruangan rawat putranya.
Baru saja dia melihat putra nya tersenyum. Dan sekarang pemuda itu kembali tertidur, rasanyay begitu cepat. Dia masih ingin melihat senyum itu. yang mungkin akan hilang saat putranya mengingat semuanya.
Bagaimana kabar putrinya itu. mereka bahkan tidak memberitahukan secara langsung kalau mereka akan mengunjungi Alex. Apa putrinya kan baik-baik saja
"Alexsa" Lexsa mmengalihkan pandanganya kearah bella, yanng menatapnya heran
"kau melamun"Lexsa menghhela nafas lelah. Dadanya sakit seolah ada hal yang buruk yang menimpa orang tersayangnya. Ada apa sebenarnya. Hari ini dia memang belum mendapatkan kabar dari ken. Apa terjadi sesuatu dengan Alex
" ken belum memberiku kabar" Feby memindahkan lengan kekasihnya yang sedari tadi memeluknya. Sahabatnya terlihat begitu sendu.
'tenanglah, semua akan baik-baik saja. " ucap feby berusaha menghibur.
"rasanya hanya aku disini yangg punya masalah. " salsa menatap kesal kearah sahabatnya itu.
"ini akan berakhir Lexsa, tenang lah. Kau akan bertemu lagi dengan kak Alex pasti" Lexsa menatp salsa penuh arti. Dia tahu sahabatnya yang satu ini juga pernah berada ddalam masa terpuruknya. Dan bahkan pernah hancur karena sahabat kakaknya itu
"sepertinya kalian sudah baik-baik saja" salsa mendengus kesal, dia masih belum baik-baik saja. Bohong kalau dia sudah memaafkan lelaki disebelahnya ini.
" kau sendiri yang mengatakan bukan, kami berada dalam hubungan yang tidak jelas. Aku bukan gadis bodoh yang mau di sandingkan dengan mantan rendahannya" salsa menatap dion tajam, seolah meyakinkan lelaki itu. betapa hancur hatinya.
"apa kamu belum bisa memaafkanku. Aku hanya mencintaimu sekarang" Salsa menatap remeh. Kearah lelaki yang pernah dicintainya itu,.
"setelah kau sadar, betapa rendahannya dia, kau kembali padaku. Tidak berguna" Salsa menatap angkuh. Dion menghela nafas kasar, sepertinya dia harus mencari cara lain agar dimaafkan oleh gadis disampinnya ini.
Lexsa menatap penuh makna.. betapa hubungan temantemannya ini masih lebih baik dari pada dia.
"mbak pesan coklat dingin satu lagi" salsa memanggil pelayan yyang kebetulan berjalan kearah mereka. Lexsa menatap gelli gadis di depannya yang dalam mode marah itu..
"mbak aku pesan ice crem vanila blue mind satu. And tomato jus" pelayan tadi mencatap apa saja yang di pesan oleh pemilik tempat dia bekerja. Dan juga pesanan teman-teman bosnya itu
"perpaduan yang aneh" monica, meminum jusnya yang tinggal seperempat itu. sepertinya mereka terlalu lama duduk di caffe milik Alex dan Alexsa itu.
"kapan kalian akan pergi. Seharusnya kalian sudah mempersiapkan diri untuk ujian masuk" tanya bella. Lagi pula ini bukan pengusiran . tapi memang lelaki-lelaki ini perlu untuk kuliah bukan
" satu bulan lagi" jawab devon asal. Feby menatap tajam lelaki di sebelahnya.
" besok lo harus pergi" Ucap feby tajam. Lexsa tersenyum geli melihat pasnagat di depannya itu.
Lagi dan lagi dia bisa tertawa dalam sedih. Bibirnya tersenyum, dan hatinya semakin hancur..rasa rindu yang terus menderanya semakin mengoyak hati nya sakit. Dia harus menunggu untuk bisa pergi kuliyah di tempat impiannya. Tapi apa pada saat itu tiba, dia bisa mewujutkannya. Apakah bisa. Rasanya waktu semakin lama berputar. Seolah sang wahtu terlalu betah melihatnya tetap berada dlaam kesedihannya.
Waktu pun tak berpihat padanya lagi.