"sial-sial, sial" kata-kata umpatan itu terus terdengar, bukan tanpa sebab, sudah satu minggu berlalu, tapi semua yang sudah direncanakannya gagal total. Rivalnya yang satu itu sangat pandai dalam mengatur siasat.
Memang wajib diancungi jempol, seorang Alex Wilshon memang diakui dengan keahlian strateginya, apalagi dengan adanya Daniel Darmanta disisinya, lelaki itu sangat pandai membaca situasi dan kondisi lawannya, bukan hanya itu, seolah Rival nya itu memang selalu dilindungi oleh orang-orang yang berpengaruh dan hebat, bahkah dia susah hanya untuk menghacurkan pertahanan lelaki itu.
Sudah satu minggu dia berusaha menemui Alexsa tapi selalu gagal, dengan sangat mudahnya Alexsa selalu menurut apa kata kakaknya itu. Lama lama dia jadi penasaran apa yang sudah dilakukan Alex pada gadis keras kepala itu. Bukannya dia tidak tahu, satu bulan menjadi kekasih gadis itu, cukup membuatnya untuk tahu bagaimana sifat Alexsa. Dan setahu dia bahkah Alex sekalipun kesusahan menghadapi keras kepalanya Lexsa, tapi ini dalam satu minggu ini, dia mengikuti dan memata-matai Lexsa . tapi gadis itu selalu berada disisi Alex. Dan gadis itu mau-mau saja saat Alex melarangnya mengemudi . aneh sekali.
Flashback
Jaket hitam, lengkap dengan kaca mata hitam serta topi yang mampu menutupi wajahnya. Semuanya sudah dia persiapkan, tinggal menunggu mangsanya sendirian dan dia akan beraksi.
"kak aku mau beli itu" rengek seorang gadis yang sejak tadi di mata-matai Al.
Seorang lelaki yang berdiri di depan gadis itu mengikuti arah pandang gadis disampingnya.
"aku ingin sepatu itu" jelas gadis bernama Alexsa lagi, saat melihat kakaknya yang slow respon
"kamu yakin ingin membeli itu. " Lexsa mengangguk semangat, dia senang sekali setelah beberapa hari merawat kakaknya yang lecet-lecet karena ulahnya dan sekarang kakaknya itu sudah bisa keluar dan tidak mengaduh kesakitan lagi.
"untuk apa, kamu kan jarang memakai sepatu" tanya Alex lagi, lagi pula ini bukan masalah uang. dia hanya malas membeli barang yang akhir nya nanti tidak disentuh gadisnya ini
"untuk menemani kakak olah raga pagi" balas Lexsa semangat dan langsung menarik tangan Alex cepat. Alex tersenyum kecil, alasan yang manis , pikirnya. Walaupun akhirnya nanti adiknya ini hanya akan mengganggu acara jogingnya saja.
"Ck!! Mengapa pria Brengsek itu tidak meninggalkan Lexsa sendiri" lelaki tampan yang sudah mulai jadi pusat perhatian karena penampilan anehnya itu mulai merasa jengkel. Ini sudah hampir dua jam dia mengikuti kedua orang itu keliling pusat pembelanjaan ini.
Al menggurutu sebal, dia mulai berjalan lagi, tapi memang keberuntungan tidak berpihak padanya, pasalnya dari tadi gadis itu selalu berada didekat Alex, dia sedang tidak ingin adu otot dengan rivalnya itu. kalau dia ingin , sudah sejak kemarin dia menerobos masuk rumah rivalnya dan menculik Lexsa dan semuanya selesai, kemudan di harus bersiap-siap dengan kedatangan Tante dan Om wilshon yang akan menghajarnya dan hukuman dari kedua orang tuanya,
simple sekali bukan.
"kakak, aku mau kesitu dulu ya, " pamit Lexsa yang ingin melihat barang lainnya. Meninggalkan Alex yang sudah sibuk dengan sepatu sepatu khusus cowok.
Al tersenyum senang, akhirnya dia bisa menemui Lexsa. tidak sia -sia bukan penantiannya.
"Princes.." AL mengurutu sebal , tinggal beberapa langkah lagi dan dia bisa bertemu dengan Lexsa. tapi rivalnya itu sudah datang dan merangkul bahu Lexsa cepat. Seolah tahu kalau adiknya sedang diintai, Alex membawa Lexsa menjauh dari sana
"kurang ajar" maki Al, yang sekarang harus kembali menunggu kesempatan itu datang lagi.
"kamu mau es kriem" samar-samar Al mendengar ucapan Alex. AL mengiku arah tunjuk Alex, dan benar saja di depan mereka ada sebuah restoran yang menyediakan ice kriem.
Lexsa mengangguk semangat. Al menatap aneh , bukannya gadis itu ingin pergi melihat barang-barang lainnya, yang Al juga tidak tahu entah apa itu, dan sekarang malah mengikuti Alex masuk kedalam restoran itu.
"Lexsa nampak seperti gadis penurut sekarang" Kata kata itulah yang terlintas di kepala Al. Bukan Alexsa banget.
Al masih mengawasi mangsanya seperti singa lapar. Tapi sayangnya dia malah terlihat seperti orang Aneh, dengan baju seperti ini, di cuaca yang panas begini. Beberapa puluh menit kemudian , Alex dan Lexsa mulai meninggalkan restoran itu dengan langkah santai, sedangkan AL dengan langkah lelah, dan kesal.
"kak aku yang menyetir ya" pinta Lexsa dengan cepat Alex menggelengkan kepalanya cepat
Al yang masih mengawasi mereka di balik mobilnya, yang kebetulan di parkir tak jauh dari mobil mangsanya, menunggu reaksi Alexsa selanjutnya.
"kakak ayolah, kali ini saja. lagipula ada kakak disamping aku, apa salahnya bukan. Lagian mau sampai kapan kakak akan selalu jadi sopirku begini" Al tersenyum senang, entah kenapa dia senang melihat Alexsa yang masih semangat memperjuangkan kemauannya.
"selamanya sayang. Selamanya. Sampai kamu menyerah meminta hal yang sama" Alexsa bungkam, dia tidak tahu harus membantah apa. Dia ingin membantah, tapi mungkin lain kali saja
"sekarang kita pulang" AL mendesah keras, Gadis yang dikaguminya itu, sepertinya sudah dicuci otaknya Oleh Rivalnya. Dia harus segera menjauhkan Lexsa dari Rivalnya yang Brengsek itu. Sesegera mungkin.
End Flashback
Setiap ingatan itu terlintas di otaknya, Rasanya ingin dia segera berlari mengambil kunci mobilnya dan menuju tempat rivalnya itu.. ...
"Apa yang sedang kau pikirkan, sudah dari 5 menit yang lalu bel istirahat berakhir ," Devon menatap Aneh. Sahabatnya yang satu ini terlalu banyak melamun hari ini.
"kau masih memikirkan Alexsa" tepat sasaran. Bukan Devon tidak tahu apa yang menganggu pikiran sahabatnya ini. Tapi bukannya memang sudah tidak ada harapan lagi untuk hubungannya dan Lexsa. Untuk apa dipaksakan bukan.
"ayo"Al berjalan duluan, bukan mau mengabaikan temannya tapi pikirannya yang saat ini sangat mengganggu , itulah yang sangat ingin dia singkirkan.
Apa dia sudah sangat mencintai adik rival nya itu. Beribu kali pertanyaan itu muncul . tapi siapa sangka . hatinya akan menjawab iya. Hati memang tidak bisa berbohong, hatinya tahu kemana dia akan pulang.
****
1200. 1300.1400 ... gadis itu menghitung maju, terus menghitung maju, sambil menatap lurus ke arah lapangan basket.
Kalian pasti berpikir kalau mereka sedang dilapangan basket sekolah bukan... sayang nya itu salah, ini memang bukan hari libur, tapi mereka sedang berkumpul di lapangan basket komplek perumahan Alex. apa mereka takut kalau rival mereka akan datang, sayangnya tidak. mereka malah menantikan kedatangan mereka. Selain untuk bertanding pastinya.
"berhentilah menghitung mundur Bella, Kak Reno tidak akan kemari. kau tidak melihat mereka sedang bermain, jadi diam lah" Protes Monika yang sudah panas telinganya mendengar sahabatnya yang satu ini terus menghitung maju dari tadi, sambil menatap Reno ditengah lapangan dengan sengitnya.
"yg benar saja . mereka sudah bermain lebih dari satu jam . apa itu belum cukup"protes Bella tidak terima dengan ocehan sahabatnya
"kalau begitu , kenapa kamu tidak ikut kelapangan saja Bella, dan menarik kak Reno kemari" usul Feby dengan senyuman mengejek.
"kasian kak Reno, dia baru saja bermain" balas Bella yang berhasil membuat ketiga sahabatnya menatapnya horor, kemana perginya Bella yang sedari tadi protes kalau Reno sudah kelamaan main dan sekarag malah bilang kalau lelaki itu baru saja main.
Lexsa mengelengkan kepala nya maklum, ini sudah sering terjadi . walaupun dia juga ingin kakaknya itu berhenti main, dan duduk disampingnya sambil memeluknya , dan menciumnya seperti biasa.
"gila" Lexsa segera menyingkirkan pemikiran mesumnya itu. Kakaknya yang sedang dibanjiri keringat itu, sungguh sangat sexy baginya. Sepertinya dia sudah ikut-ikutan gila seperti kakaknya, walaupun memang dia harus akui, dia jatuh cinta pada lelaki dengan seribu kesempurnaan dan kekurangan itu..
"siapa yang gila Lexsa" tanya Bella seolah tersindir
"aa bukan apa-apa" Lexsa berusaha bersikap tenang, tidak ada gunanya, kalau dia harus meladeni sahabatnya yg sudah kembali dengan sikap kesalnya.
Satu langkah, dua langkah, kalau bukan mengingat banyak orang disini, dia pasti akan berlari dan menerjang kakaknya itu. Siapa sangka bukan, anak laki-laki yang selalu menjaganya dan menjailinya sekarang adalah kekasihnya, kekasih terlarangnya. Lexsa tersenyum pahit, setiap langkah kakaknya kata-kata itu terus berputar di otaknya, sekarang dia harus berjuang dengan lelaki itu melawan dunia mereka. Mencengah semua kehancuran yang ada. Kehancuran yang mungkin saja sudah semakin dekat dengan mereka.
"ada apa Princes"tanya Alex saat adiknya itu terus menatapnya tapi tatapan itu seolah menatap sangat jauh, terlalu jauh, sampai dia tidak tahu, apa yang dipikirkan adiknya itu.
"maaf ya sayang, aku mainnya lama ya" Lexsa menatap kesebelahnya disana ada kak Reno yang sedang mencium mestra sahabatnya, dan Xarly yang sedang mencium Monica, sedangkan Feby tentu saja tidak akan ada yang akan menciumnya kalau tidak mau berhungan dengan Seorang Devon lelaki berdarah dingin itu. Sedangkan dia, orang yang ingin dia cium ada di depannya tapi sayang, tidak bisa diraihnya, terlalu banyak penghalang.
Alex tersenyum kecut, sedikitnya dia tahu adiknya ingin dia juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan sahabatnya ada keasihya. tapi dia tahu,itu hanya akan menambah masalah baru bagi mereka, disini hanya Daniel Bramanta Sahabatnya yang tahu tentang hubungan yang tidak biasa antara dia dan adiknya.
Lexsa menahan nafas saat kakaknya itu melepas kaos nya . dan melemparnya sembarangan, kemudian mengambil botol air mineral dan meminum isinya setengah, dan menyiramkan kepalanya dengan setengah isinya lagi
Sexy
Itu lah kata yang tepat, tetes demi tetes air jatuh dari rambut kakaknya, dia sudah biasa melihat ini, tapi entah kenapa sekarang rasanya sangat berbeda, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, rasanya dia sangat haus.
"hy sayang, kamu lelah" Rangkulan Tangan kokoh dari lelaki yang memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya diantara bahu dan leher Lexsa.
"emm" balas Lexsa menyentuh tangan kakaknya di perutnya
"hn" dia tahu lelaki ini tidak puas dengan jawabannya
" tidak sayang, bukannya aku yang harus bertanya begitu, apa tangan kakak masih sakit waktu bermain" ucap Lexsa lembut
Alex tertawa pelan mendengar peryataan Lexsa, Lexsa tersenyum kecil, mendengar suara tawa kakaknya yang entah sejak kapan terdengar renyah ditelinga nya.
"tidak, aku sudah sembuh" balas Alex sambil mengeratkan pelukannya
"wooooo, dunia milik berdua,kami Cuma numpang" Alex menatap tajam orang yang telah mengganggu mereka itu, siapa lagi kalau bukan Xarly, dan disampingnya ada Dion yang sedang mendrible bola sambil tertawa pelan
"kalian tampak seperti sepasang kekasih, aku bersumpah, kalau aku tidak tahu siapa kalian , aku pasti akan berpikir kalau kalian pacaran" ucap Monica, yang berhasil membuat Daniel manatap Alex sambil menganguk setuju
Kalau saja mereka tidak terlahir dengan nama keluarga yang sama, pasti semua nya akan lebih mudah. Pikir Daniel ikut prihatin , tapi bagaimana pun dia juga ikut berdoa untuk kebaikan kedua sahabatnya ini.
Alex tersenyum tipis. Lagipula tidak ada kata yang menurutnya cocok untuk menimpali omongan Monica. Hanya hati mereka yang bisa menjawab. Terkadang yang terlihat itu lah kenyataannya, walaupun kamu berusaha untuk terus meyangkalnya.
****
Ruangan yang terkesan begitu maskulin . menjadi saksi bisu tentang apa saja yang dilakukan penghuninya, beberapa senjata dari berbagai tipe, tersusun rapi diatas meja yag tidak jauh dari ranjang pemilik ruangan ini, seorang lelaki dengan celana hitam pendeknya menatap lekat-lekat foto seorang gadis yang diambil beberapa hari lalu oleh orang suruhannya.
" Skyla Phack Willky" lelaki itu tersenyum miring, gadis ini yang akan dikenalkan dengannya, gadis ini sedang berada dikota yang sama dengan nya. .
Belum cukup menarik untuk menarik perhatian seorang Kenzo William, walaupun Ken akui gadis ini cantik. sangat cantik dan juga polos, apa juga gadis ini polos masalah ranjang.
"kita lihat saja sayang, seberapa polosnya gadis baik-baik kata Grandma ini, apa dia juga begitu polos di ranjang. Aaa memang dia polos" Ken menyeringai bak iblis . Otak liciknya mulai menyusun rencana, ngadis ini dia ingin mencobanya.
" kita akan bertemu lagi sayang' ucap Ken, sambil meletakkan beberapa foto tersebut diatas kasurnya. Kemudian melangkah pergi dari zona nyamannya.