ดาวน์โหลดแอป
52.43% My Possessive Brother / Chapter 43: Bab 43. Dead Road

บท 43: Bab 43. Dead Road

Gemerlap lampu dari beberapa mobil yang di parkir asal di setiap sisi jalan, dan ada beberapa seolah di parkir di tempat khusus, mobil dengan merek-merek ternama di dunia pemobilan, kini sudah terparkir indah di depan mata para pecinta dunia cepat dan menantang ini.

Gemerlap lampu dan dentuman musik yang dimainkan DJ, seolah tempat ini adalah Clup malam ternama yang pernah ada, semua yang melekat pada tubuh mereka benar benar menyilaukan mata, semuanya berkesan mewah dan berkelas, semuanya nampak begitu menarik dan menantang

"Hy akhirnya lo nyampek juga" seorang lelaki yang sedang merangkul kekasihnya mestra menyapa lelaki bersurai hitam yang baru aja keluar dari mobil mewahnya.

"gue pikir lo akan melewatkan malam ini Xarly" balas lelaki bersurai hitam itu sambil merangkul gadis cantik di sampingnya

"mana mungkin gue melewatkan malam yang berharga ini, apalagi lo sudah berjanji untuk datang Alex"balas Xarly sumbringah

"dan lihat gadis kita malam ini, terkesan liar dan menantang" ucap Reno yang sedari tadi hanya melihat Alex dengan senyuman menghiasi bibirnya.

Sepertinya bukan hanya Xarly yang senang dengan kehadiran Alex malam ini, entah apa yangg akan mereka dapatkan malam ini, seolah akan ada sesuatu yang menyenangkan akan terjadi, sampai mereka terus saja menampilkan wajah bahagianya

"wau Lexsa, you look so sexy" ucap Bella menatap kagum penampilan sahabatnya, seolah dia melihat seorang Lexsa yang pernah dikenalnya dulu, saat mereka masih Junior Hight School.

"hy Princess" sapa Dion yang langsung merangkul pundak Lexsa, tapi sebelum tangannya menyentuh bahu Lexsa, tangannya sudah di tepis kasar oleh lelaki yang sedari tapi sudah menatap waspada kearahnya.

"santai Dude, " Dion mengangkat tangannya pertanda damai, setelah melihat mata bagaikan elang yang siap memangsa mangsanya itu,, menatap tajam kearahnya.

Lexsa memutar mata nya bosan, dia tahu ini pasti akan terjadi, sekarang bahkan dia tidak bisa lagi berdekatan dengan lelaki manapun selain lelaki di sampingnya ini, menyebalkan , sangat menyebalkan..

"hy Alex akhirnya lo mau datang lagi kesini"ucap salah seorang lelaki berperawakan cina sambil memberikan tos nya ke alex.

"apa ada yang menarik malam ini Ex" Alex menatap menuntut kearah lelaki yang dipanggil Ex itu

"karena lo sudah bertanya, sudah menjadi keharusan untuk gue menjawabnya bukan? "Ex tertawa sejenak, seolah ada sesuatu yang lucu disana, Alex menatap menuntut kearahnya, melihat itu, Ex tahu kalau dia harus segera menjawabnya

"Ada yang ingin balapan malam ini, dan ya masalah taruhan kalian tentukan sendiri" jelas Ex berusaha bersikap tenang dan tidak terus terusan melihat gadis yag berdiri disamping Alex,yang tentunya dia tahu siapa gadis itu, seorang Alexsa Wilshon tidak mungkin dia tidak mengenalnya, walaupun sekarang dalam balutan busana yang sangat berbeda.

"siapa" tanya Daniel ikut penasaran

Ex menunjuk kearah kerumunan para gadis yang di tengah tengahnya ada beberapa orang laki laki yang sedang berciuman panas dengan pasangan mereka.

Lexsa ikut melihat siapa penantang malam ini. Tubuhnya membeku, saat dia tahu lelaki itu berdiri di sana, sedang merangkul seorang wanita dengan penampilannya yang sangat menantang. Wanita itu seolah dia mengenalnya, tapi siapa

"Alcio" gumam Alex, yang langsung menarik semua perhatian sahabatnya untuk melihat kearah lelaki itu.

"ya dia lah penantangnya Alex,, bagaimana kau tertarik" tanya Ex tersenyum penuh minat

Alex tersenyum penuh arti, mana mungkin dia menolak tantangan Rivalnya, dia masih ingin menghancurkan pria di depannya itu sampai ke akar-akarnya. Lexsa yang menyadari apa keputusan kakaknya itu berusaha bersikap cuek, lagipula disini mantannya itu yang memberi tantangan, tidak baik kalau kita tidak menerimanya bukan.

"bagaimana Princes" Lexsa menatap Alex penuh minat, sepertinya dia juga ingin bermain-main disini, dia ingin menunjukkan kalau dia sudah bisa melupakan lelaki di depannya itu.

"kenapa tidak " balas Lexsa tersenyum penuh arti.

"ok. Kalau lo terima, balapannya akan segera di mulai. "ucap Ex kemudian berlalu pergi dari sana. Menemui sang penantang malam ini.

"kamu menginginkan sesuatu sebagai taruhannya Princess' tanya Alex sambil merangkul pinggal Lexsa semakin erat kearahnya.

"Aku ingin mobilnya, aku ingin itu menjadi milikku' ucap Lexsa, menatap penuh minat Mobil sport merah di depannya.

"apapun untukmu sayang' ucap Alex tersenyum penuh arti

"lo mau balas dendam ya " tanya Feby, yang sedari tadi di tatap tajam oleh Devon.

"tentu saja, dia sudah berani mempermainkan gue, Feby"balas Lexsa sambil balas menatap sahabat pirangnya itu

"terserah, gue ikut saja, panggil gue kalau lo butuh bantuan" ucap Feby bersemangat, karena dia juga ingin menyingkirkan lelaki yang sudah lama mengganggu ketenangannya itu.

Alex segera menuju mobil nya, saat melihat Al sudah bergegas masuk kedalam mobilnya. Mereka segera menuju garis stad, disana di depan mobil mereka sudah berdiri seorang wanita sexy yang memegang shel ditangannya.

"jadi lo sudah siap kalah malam ini" ucap Alex tersenyum meremehkan

"lo terlalu sombong seperti biasanya Alex, gue tahu lo yang berada di balik kandasnya hubungan gue dan Lexsa" ucap Al menatap Alex penuh benci

"Aaaa benar kah' ucap Alex seolah ingin menyulut kemarahan rivalnya, menjawab seadanya namun bernada meremehkan

"mobil lo akan jadi milik gue kalau lo kalah, dan Lexsa"Alex mengeram marah, matanya menatap tajam Alcio, setelah mendengar kata-kata terlarang itu terucap dari bibir rivalnya,

"Lexsa is Mine" Alex menatap tajam rivalnya seolah ingin membunuh lelaki didepannya itu.

"sepertinya Mobilmu itu akan jadi hadiah terbaik untuk gadis ku, Alexsa Wilshon" Alex sengaja menekankan kata gadisku seolah ingin mengatakan kepada Al, kalau Alexsa Wilshon adalah miliknya.

"Ok boy, are you redy'" suara wanita sexy yang berdiri di depan mobil mereka, mulai memberikan intruksi, mencuri perhatian mereka utuk fokus pada balapan malam ini.

Suara deru mesin mobil mulai menggema di ikuti suara dentuman musik yang seolah semakin keras volumenya, teriakan orang orang di sana semakin memeriahkan malam ini, sampai akhirnya seutas kain yang berada di tangan wanita tadi jatuh menyentuh aspal, saat itu pula ALEX maupun AL langsung melajukan mobil mereka secepat mungkin membelah gelapnya malam yang seolah semakin terang dengan bantuan lampu mobil mereka.

Al berdecih tak suka, saat Mobil Alex sudah mendahuluinya, dia jelas mendengar kalau Lexsa menginginkan mobilnya, tapi bukan itu yang mengganggu nya, dia bisa saja memberikan mobil ini pada gadis yang di taksirnya jelas itu bukan masalah untuknya. Tapi ekspresi gadisnya, expresi Alexsa yang seolah gadis itu sudah melupakannya, seolah gadis itu tidak pernah mencintainya, seolah dia tak pernah ada di hati gadis itu.

Itu sangat mengganggunya.

"Apa semudah itu kau melupakanku Princess" Ucap Al sambil terus berusaha melewati mobil rivalnya. Sekali dia bisa melewati mobil Alex, sesaat kemudian dia sudah di lewati lagi. Terus seperti itu. Sampai dia mulai gelisah, apa dia juga akan kalah kali ini.

Alex menyeringai penuh kemenangan , dia tahu ada yang menggangu pikiran Rivalnya itu. Dan itu pasti ada hubungannya dengan adiknya tercinta .

"lo akan kalah kalau lo tak Fokus Corner"Ucap Alex saat mobil Al tepat berada di sampingnya seolah ingin mendahuluinya. Tapi telat karena garis finish sudah berada di depan mata mereka.

"Lo kalah lagi Corner" ucap Alex penuh kemenangan, diikuti teriakan meriah dari semua yang ada disana.Al mengumpat tak jelas, kini dia kehilangan mobilnya dan juga gadisnya.

"Sial' umpat Al lagi

"terima saja kekalahan lo Corner"ucap Alex yang sudah berdiri di depannya, sambil merangkul Lexsa yang tadi berhambur ke pelukan Alex saat melihat Rivalnya itu kalah

Al melempar kunci mobilnya, dia sudah kalah, taruhan tetap akan jadi taruhan, benda mewah itu bukan lagi miliknya, sekarang sudah berpindah tangan.

"Sesuai permintaan mu Princes' ucap Alex sambil mencium pipi Lexsa mestra. Al menggepalkan tangannya marah, dia sudah tidak tahan lagi. Dia tahu Rivalnya ini ada hubungan dengan kandasnya hubungannya dan Lexsa. Siapa lagi kalau bukan

Rivalnya itu, tidak ada yang lain, selama ini yang mengganggu hubungannya dan Lexsa. Kalau Beny dia masih harus berpikir ulang, karena selama ini dia tidak pernah melihat musuh dari rivalnya itu ikut campur dalam hubungan mereka,

BUKKKKK

"Aaa"Lexsa menutup mulutnya ini diluar dugaannya, dua lelaki bodoh di depannya sekarang sedang terlibat baku hantam.

"Berhenti" teriak Lexsa mencoba menghentikan mereka

"Brengsek lo' geram Alex sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya yang robek.

Seolah tidak mendengar teriakan Lexsa yang berusaha menghentikan mereka, Al semakin gencar melayangkan tinjunya, dia boleh saja kalah malam iini, tapi dia tdak boleh pulang sebelum menghajar Rivalnya ini.

"Daniel hentikan mereka, Reno kenapa lo diam saja' Teriak Lexsa kehabisan Akal, sahabat kakaknya maupun sahabat mantannya itu, hanya melihat saja perkelahian dua lelaki di depan mereka,. Mobil yang tadi menjadi hadiah kemenangan kakaknya kini sudah lecet akibat perkelahian mereka.

"OOO come on Bro, kalian merusak malam yang indah ini" Ex datang menengahi, setelah memisahkan kedua lelaki yang sekarang sudah berada dalam kungkungan tangan para Bodyguard yang entah datang dari mana itu

"sorry gue ganggu Lex, tapi lo tahu kan, tidak ada yang boleh main otot disini, dan Lo Al jangan memberi tantangan baru setelah lo kalah setelah menantang" ucap Ex penuh arti kemudian menarik Al menjauh dari sana, meninggalkan Alex yang sepertinya masih ingin menghajar Lelaki yang dibawanya itu.

"kakak gak apa' Lexsa bertanya khawatir, wajah tampan kakaknya kini sudah babak belur, walaupun tidak separah itu, hanya lebam di pipi, dan luka di bibir, tapi tetap saja dia khawatir.

"kita pulang' ucap Alex kesal, kemudian memberikan kunci mobil yang di menanginya tadi kepada Xarly,

"gue" tanya Xarly tak percaya. Dia yang harus mengantar mobil sahabatnya ini kerumahnya, untung dia punya sopir., kalau tidak acara kencannya pasti sudah ternganggu sekarang.

"sabar ya' ucap Reno yang kemudian menghilang dengan Bella. Diikuti Feby yang sedari tadi rasanya ingin pergi dari sana, dan semua itu karena Devon yang sedari tadi menatap membunuh kearahnya

"wah muka lo' ucap Bram saat melihat sahabat nya itu di seret oleh Ex

"diam lo" ucap Al jengkel. Tentu wajah nya juga lecet akibat beberapa pukulan yang dia terima dari rivalnya . tapi paling

tidak dia puas karena sudah menghajar lelaki Brengsek itu

"kita pulang' ucap Al sambil berlalu masuk kedalam mobil Bram

"jadi gue harus antar lo dulu gitu' ucap Bram tak percaya. Dia harus memutar arah kalau harus mengantar Al, sudah jelas jelas Davit yang satu komplek dengan sahabatnya, malah dia yang harus mengantar lelaki bermarga Corner ini.

"jangan mengeluh, terima saja nasib lo" Davit tersenyum mengejek. Dia tahu Bram pasti akan semakin jengkel kalau tidak ada yang membelanya, tapi ini sangat menyenangan seperti sebuah hiburan tersendiri untuknya.

Di tempat yang tak jauh dari mereka, sepasang mata memperhatikan mereka penuh minat, tangannya sedari tadi menari menari di udara, membentuk ketukan berirama, seolah sedang memainkan piano kesukaannya.

"sangat menarik" Beny Kear seolah menjadi tokoh pengamat dalam cerita ini, sedikit sedikit menghancurkan lawannya, sedikit demi sedikit ikut bergabung dalam kehancuran kedua lelaki yang baru saja menyungguhkan tontonan yang menarik untuknya.

"apa kita harus mengikuti mereka tuan" seorang lelaki berstelan hitam duduk di belakang kemudi, sedari tadi setia menemani tuannya.

"tidak perlu Jont, utus seseorang untuk memata matai mereka, kita masih punya perkerjaan lain yang harus kita selesaikan' ucap Beny kemudian memberikan kode kepada tangan kanannya untuk segera pergi dari sana.

Bagaikan pinang di belah dua, bagaikan budak yang selalu mengikuti majikannya, begitulah JontSkhe Bethnard, lelaki berkeperawakan tinggi dengan kulit sawo matang itu selalu setia berdiri di samping Beny, seorang tangan kanan yang sangat setia, selalu melindungi tuannya, perintah Beny adalah keharusan baginya.

***

Suara Pintu yang dibuka kasar, bergema nyaring, suasana rumah yang sudah sepi seolah memantulkan bunyi sepatu yang beradu dengan lantai kesegala penju rumah. Seorang ggadis yang mengikuti langkah lebar lelaki di depannya menghela nafas lelah. Sampai mereka memasuki kamar dengan wangi maskulin menguar di seluruh kamar dengan interior kayu dan kaca itu.

"Brengsek' umpat Alex tak terima, Lexsa yang sudah memengang kotak P3K di tangannya mulai membersihkan darah yang sudah mengerik di sudut bibir kakaknya.

"Aku akan membunuhnya' ucap Alex lagi

" diam lah kak, kau mengganggu ku" ucap Lexsa yang kesusahan membersihkan luka di wajah kakaknya.

"kamu membelanya." Ucap Alex emosi.

Lexsa menghela nafas lelah, selalu saja seperti ini, lelaki di depannya ini selalu saja salah paham padanya,..

Cupp

Lexsa menutup mulut nya tak percaya, dia pasti sudah gila, dia mencium kakaknya. Alex menatap tak percaya, Adiknya menciumnya,

"kamu menciumku karena aku ingin membunuh mantan mu itu" ucap Alex semakin emosi

Lexsa menatap tak percaya kearah lelaki di depannya, sebenarnya apa yang di pikir kan lelaki di depannya ini, dia hanya ingin membuktikan kalau dia tidak membela rival kakak nya itu, tapi kenapa lelaki ini malah salah paham

"apa kakak tidak bisa berpikir dengan kepala dingin, kalau memang kakak ingin membunuhnya silahkan, tapi ingat aku tidak ingin kakak menjadi pembunuh' ucap Lexsa emosi, tanpa sadar dia meninggikan suaranya.

"kau membentakku" dari sekian panjang kata-katanya, hanya itu kesimpulan yang bisa ditangkap oleh kakaknya ini, Lexsa mengusap wajahya frustasi, sungguh menyebalkan lelaki di depannya ini

Lexsa menggenggam tangan kakaknya, setelah terlebih dahulu menyingkirkan kotak P3K yang di bawanya tadi

" kak, aku tidak pernah membelanya, kakak tahu aku tidak mencintainya, untuk apa aku membela orang yang sudah mempermainkanku, aku hanya tidak ingin kakak melakukan hal kotor hanya untuk menyingkirkannya, hanya itu' ucap Lexsa lembut.

Alex menatap dalam bola mata Lexsa mencari kebohongan di setiap kata-kata adiknya itu, tapi seakan terlalu sempurna, tidak ada kebohongan dalam setiap kata yang diucapkan adiknya itu.

"kamu tidak mencintainya, kamu tidak membelanya" ucap Alex seolah mencari kepastian

" iya kak" balas Lexsa

" Promise to me!" tuntut Alex lagi

" Im Promise" balas Lexsa mengucapkan janjinya

Sebuah janji yang sudah di ucapkan mana mungkin bisa diingkarinya lagi, janji yang berhubungan dengan hati dan perasaan, yang entah sampai kapan perasaaan itu akan tetap sama, dan entah sampai kapan janji itu akan tetap di pegangnya

***


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C43
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ