ดาวน์โหลดแอป
52.63% Petarung Handal / Chapter 10: Freshman War III

บท 10: Freshman War III

Pertarungan itu berlangsung lebih lama daripada yang mereka kira, di pintu masuk muncul sebuah kelompok yang besar dengan jumlah puluhan orang siswa. Kelompok besar ini dipimpin oleh seorang pemuda dengan raut wajah yang mirip seperti seorang pengecut namun memiliki mata yang terlihat dingin.

Saat Karano melihat datangnya kelompok besar itu, dia mengerutkan dahinya. Apalagu ketika dia melihat sang pemimpin kelompok, Karano menggertakkan giginya sambil menahan amarahnya. Dia memberikan tatapan mata yang tajam ke arah mereka dan ia juga menyipitkan matanya, Karano sangat mengenal orang itu dengan sangat baik.

"ANJING!!! Kenapa dia datang kemari, bukankah orang itu tidak tertarik dengan Freshman War bahkan pada tahun-tahun awalnya dia tidak ikut dalam perebutan gelar ini, sialan... jangan sampai ada bentrok antara kelompokku dengannya, jika itu terjadi pasti orang itu akan ikut campur," gumam Karano saat melihat kedatangan Hiroma, rival utamanya yang sama-sama berasal pada tahun kedua.

Hiroma sama-sama menguasai dua kelas mirip dengan apa yang Karano lakukan, Hiroma sendiri menguasai kelas 2-B, dan 2-E. Hiroma datang ke aula sekolah hanya untuk memanas-manasi Karano saja yang saat ini terus menatap dirinya dengan dingin, Hiroma menyunggingkan senyumnya dengan puas saat melihat wajah Karano.

Hagin dan Buya yang tidak berkelahi melihat adanya dua kelompok besar saling menatap dengan dingin dan percikan api tampak akan muncul dari keduanya, setiap sisi sudah bersiap-siap untuk bertempur. Selain itu pertarungan antara Narikata dan Park Hun hampir menemui titik akhir dimana Narikata lebih unggul begitu pula dengan Binta dan Buyencul yang seimbang, keduanya terlihat tidak bisa bergerak banyak karena mereka sudah sangat lelah.

Hagin dan Buya hendak meninggalkan aula sekolah dan mereka telah bergerak menuju ke pintu aula, namun mereka dicegat oleh anak buah Hiroma, mereka berdua mendapatkan tatapan mata yang dingin.

Siswa yang mencegatnya memang tidak bicara namun mereka menunjuk ke arah pertarungan, Hagin dan Buya mengerti tujuan pelajar yang mencegatnya namun mereka berdua tidak mengindahkannya. Mereka tidak peduli akan tatapan mata yang datang dari banyak siswa, meski tatapan mata mereka menusuk, Hagin dan Buya tetap saja mengabaikannya.

Saat mereka berdua terus melangkah dan mengabaikan bawahan Hiroma, mereka dihentikan oleh sebuah tangan yang memegang pundak. Orang yang dihentikan ialah Buya, tak lama kemudian setelah Buya berhenti dia melayangkan tinju yang kuat dan dia arahkan pada orang yang menghentikannya.

Siswa yang memegang pundak Buya tidak mampu menghindari tinju yang mengarah ke wajahnya dan dia hanya bisa menerimanya mentah-mentah. Pada saat melihat temannya jatuh tak berdaya, emosi dari para bawahan Hiroma tersulut dan mereka mulai mengerumuni Hagin dan Buya, lantas mereka menyerang Hagin dan Buya.

Buya menghindari dua tendangan yang hampir bersamaan mengarah pada lututnya, Buya tidak menunggu mereka untuk menyerangnya lagi dan ia menggunakan kekuatannya untuk merobohkan lebih dari empat orang. Hagin sendiri juga mempertontonkan kemampuannya, dia menjatuhkan lebih dari lima orang yang mengelilingnya.

Kecakapan mereka berdua dalam bertarung menarik perhatian Hiroma dan Karano. Mereka hanya mengamati gerakan yang ditunjukkan oleh Hagin dan buya dari lantai dua, dia tidak mengambil langkah dan hanya menontonnya saja. Hiroma sendiri cukup marah melihat bawahannya tersungkur tak berdaya, dia tersenyum kecut seraya menatap Hagin dan Buya dengan dingin.

"Bocah-bocah ingusan ini berani mengacaukanku... apa kalian hanya akan diam saja melihat teman kalian dihabisi seperti itu. Apa aku harus memberikan perintah untuk melakukannya?" tanya Hiroma dengan dingin, bawahannya pun membalas dengan melancarkan serangan balasan pada Hagin dan Buya.

Hagin dan Buya langsung menjadi sasaran amukan bawahan Hiroma, mereka berdua dikepung dan terus menerima serangan tiada henti. Hagin dan Buya terus bertahan dari kerumunan itu, mereka berdua berjuang untuk menghadapi setiap serangan yang mengarah kepada mereka.

"Hoi... Buya berhati-hatilah beberapa di antara mereka tidak dapat kau remehkan, cobalah untuk bertahan, aku akan segera menghabisi... keparat-keparat ini!!!" teriak Hagin yang melayangkan tinjunya dan tepat menghancurkan wajah pelajar itu.

Buya terus berhadapan dengan bawahan Hiroma dan Ia bertahan sekuat tenaga, beberapa kali ia menerima pukulan dan tendangan yang kuat. Bukannya jatuh dan berteriak, Buya malah menyerang dengan ganas, dia melayangkan tinjunya dengan sekuat mungkin.

Buya membuat siswa-siwa yang menyerangnya menjadi tak berdaya bahkan pingsan. Hagin sendiri sangat kuat, dia telah membuat seluruh lawannya tak berdaya dan terlentang di lantai yang dingin. Dia berjalan pelan dan raut wajahnya sangat dingin, Hagin tidak menerima luka fatal, dia hanya menerima luka-luka kecil saja namun tidak ada satu pun luka di wajah tampannya.

Dengan beberapa luka kecil di wajahnya, Buya mampu menumpas habis para pelajar yang mengepungnya, meski dia tidak menerima bantuan dari Hagin. Melihat hampir semua bawahannya terlentang tak berdaya, Hiroma menggertakkan giginya dengan marah, urat-urat di dahinya muncul dan terlihat dengan jelas, sorot matanya menajam dan dia berjalan pelan menuju Hagin.

"Bocah ingusan seperti kalian berani mengacaukanku... MATI BEDEBAH!!!" teriak Hiroma seraya mempercepat langkahnya untuk melayangkan sebuah pukulan pada Hagin. Dia melompat dan tampak seperti terbang, menggunakan kepalan tangannya, Hiroma meninju Hagin.

Tinju yang cepat itu mengenai dengan telak wajah Hagin dan membuatnya bergoyang, kehilangan keseimbangan. Hagin langsung menggunakan sebuah tendangan untuk membalas serangan Hiroma, mereka berdua beradu pukulan dengan sengit, Hagin tidak memberikan waktu Hiroma untuk menghindari serangannya.

Buya menghajar sisa bawahan Hiroma yang hendak membantu Hiroma saat berduel dengan Hagin. Tanpa mengharapkan serangan yang membahayakan dirinya, Buya terus menggunakan tinjunya untuk merobohkan mereka dan membuat sisanya terdiam bak patung.

Hagin dan Hiroma masih saling berbalas serangan, Hagin tidak memberikan waktu untuk Hiroma bernafas begitu pula sebaliknya. Mereka saling menghindar dari setiap serangan yang mereka berdua lancarkan.

Sebuah tendangan cepat bak kilat mengenai dengan tepat wajah Hagin dan membuat dirinya terhuyung-huyung lemah. Secepat mungkin Hagin mengembalikan fokusnya, dia langsung memberikan sebuah pukulan kuat yang membuat Hiroma terdorong beberapa langkah ketika menahannya.

"Serangan yang bagus bocah ingusan... sayang ini akan menjadi serangan terakhirmu." Hiroma mengucapkan kata-kata final untuk Hagin, lantas dia lari dan menerjang Hagin dengan sebuah tendangan lutut, dan Hagin menggunakan tinjunya untuk memukul wajah Hiroma.

Hagin berlutut sambil memegangi perutnya, dia menahan rasa sakit dari serangan Hiroma, serangan yang Hiroma lancarkan dengan telak mendarat di perut Hagin sedangkan serangan yang dihadapi Hiroma mampu dinetralisir.

"Sudah aku bilang bukan... kau masih bocah ingusan... jadi ikuti perintah seniormu ini, jangan membantah bocah!!!" teriak Hiroma dengan marah.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C10
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ