Hagin dan Buya, mereka diam tidak menengok apa yang sebenarnya terjadi pada situasi di atas panggung. Awalnya mereka memang memperhatikan ucapa dari guru yang dikatakan dengan sangat baik di atas panggung. Namun, melihat situasi yang tak kondusif itu, mereka malah bingung dan menatap heran pada pelajar yang berbadan besar yang menginterupsi pidato guru.
Buya hendak menyalak untuk memberikan peringatan pada pria berbada besar itu, namun dia dihentikan oleh Hagin.
Hagin menggelengkan kepalanya dan dia memberikan tatapan tajam pada Buya, dia sangat mengerti dengan apa yang akan Buya lakukan sehingga Hagin memelototinya untuk memperingati Buya. "Jangan... biarkan saja, Bro. Ini bukan waktu tepat untuk kamu ikut campur... lihat tatapan siswa-siswa lainnya, aku rasa mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
Buya hanya bisa duduk diam dan menggerutu, meski dia ingin sekali menghajar pria itu, Buya mengerti jika apa yang Hagin lakukan itu demi kebaikannya sendiri sehingga dia mengikutinya dan memperhatikan keadaan dengan teliti. Meski begitu raut wajahnya tetap muram dan tidak sedap di pandang, dia masih memberikan tatapan tajam ke arah panggung, tepat mengarah ke pria berbadan besar itu.
Tak jauh dari perkiraan Hagin, pelajar berbadan besar itu kembali melakukan gerakan. Pria berbadan besar itu naik ke atas podium dan mengambil mikrofon yang dipegang oleh guru, lantas dia menatap setiap wajah para murid baru di depannya dengan semangat.
Pria itu berteriak dengan lantang dan penuh semangat, juga senyum besar terpampang di wajahnya. "Hei... Hei... suram sekali suasana penyambutan ini. Hahaha... lebih baik kalian memeriahkannya bukan?"
Selesai berbicara, pria itu turun dari podium dan mengambil sebuah kursi lantas menghantamkannya ke salah satu murid baru yang memiliki badan besar dan tinggi, apalagi pria itu memiliki wajah yang tampak sangat sombong.
Bruaak...
Suara yang amat nyaring terdengar di seluruh aula, beberapa saat setelah datang bunyi itu, entah dari mana asalnya tiba-tiba saja keributan terjadi. Setiap dari para murid di sana mulai saling berkelahi, Hagin dan Buya ikut terjebak di dalamnya. Walaupun terjebak di situasi yang tidak menyenangkan mereka berdua tetap duduk dengan tenang, walaupun ada banyak murid yang berkelahi di depan matanya, mereka sama sekali tidak menggubrisnya dan tetap duduk dengan tenang sambil melihat situasi yang ada di sana.
"Hagin... apa kita tidak ikut dalam pertarungan ini? Aku rasa ini pasti yang mereka sebut sebagai penyambutan siswa baru di SMA Hanju untuk menentukan sosok Freshman baru. Kalau kita ingin membuat nama di sini dan hidup dengan tenang, aku rasa kita perlu ikut dalam acara ini dan mendapatkan posisi paling puncak." Buya mencoba untuk mengajak Hagin ikut dalam perkelahian ini.
"Ya, Bro. Ini memang penyambutan itu... apa kau pikir kita harus terlibat dalam hal ini? Jika kita terlibat, kau harus ikut dalam perebutan kekuasaan di dalam SMA ini, Buya. Aku merasa itu tidak perlu, Bro, kita bisa bertahan saja dan itu sudah bagus. Tapi—jika mereka menyerang, ya apa boleh buat... habisi saja mereka," ujar Hagin dengan tenang dan suaranya mendingin.
Saat mereka berdua duduk dengan tenang dan mengamati perkelahian yang kacau, tak jauh dari mereka berdua, ada satu sosok siswa yang berlari kencang membawa potongan kayu dari kursi mengarah pada Buya lantas mengayunkan kayu tersebut.
Buya menghindarinya dan memelototi murid itu dengan tajam dan marah, mengepalkan tinjunya sambil mengarahkannya ke kepala murid itu, Buya menarik kerah seragam siswa itu dan mengayunkan tinjunya dengan kuat. Siswa itu terjatuh dengan sangat kuat sampai mengejutkan siswa di sekitarnya setelah menerima bogem mentah dari Buya.
"Tch... Huft... aku memang harus terlibat kali ini, Buya... oh... Buya, kau benar-benar," ujar Hagin yang mulai berdiri dan bersiap-siap untuk melayangkan tinjunya, dia terlihat seperti dewa perang ketika berdiri diam dan mengamati para siswa yang hampir mengerumuni Buya. Tatapan mata Hagin yang dingin dan tajam menggetarkan hati siswa-siswa yang berada di hadapannya, sehingga mereka menghindari dua orang ini.
"Seperti biasa, Bro, matamu memang mengintimidasi. Hahaha... mau bagaimanapun mereka akan tetap datang. Kau masih bisa tenang di situasi seperti ini, aku heran lho... kenapa kau memiliki mata seperti itu padahal Ayahmu... sangat biasa?" seru Buya tanpa berpikir.
Agha mengetuk kepala Buya lalu berkata, "Harus berapa kali aku bilang... jangan bahas mataku, sialan. Lebih baik kau perhatikan sekitarmu Bro... jangan sampai lengah."
Buya segera mengalihkan matanya dan melihat siswa yang saling beradu tangan dengan tenang, mereka sungguh berkelahi dengan serius, sudah banyak siswa yang berjatuhan dengan muka lebam dan mengerang kesakitan.
Buya tidak bisa menahan tawanya ketika melihat siswa yang bertubuh pendek menendang selangkangan siswa yang berbadan tinggi, meski dia memiliki tubuh pendek, kelincahannya menutupi kekurangan tersebut.
Alangkah hebatnya jika ia memiliki tubuh yang lebih tinggi sedikit, Buya memperkirakan tinggi yang orang itu miliki, Buya merasa jika siswa itu memiliki tinggi 160 cm sedangkan orang yang ia tendang selangkangannya memiliki tinggi 180 cm.
Hagin menyenggol pundak Buya dan berkata, "Bro... lihatlah orang itu." Hagin menunjuk seorang siswa yang berpenampilan cukup nyentrik dengan rambut yang dicat pirang dan seragam tak dikancingkan, selain itu wajahnya yang cukup sangar makin membuat siswa itu aneh.
Buya memperhatikan murid itu dengan serius. "Ya... dia bertarung dengan baik, sial!!! Tinjunya sangat cepat... tidak heran... ouch... itu pasti sakit sekali, keparat itu benar-benar menendang bola itu dengan kencang."
"Ya... itu pasti lebih sakit daripada yang dilakukan bocah pendek itu bukan, Buya?" tanya Hagin pada Buya yang mengomentari pria nyentrik itu.
"Sialan kau Bro... rupanya juga memperhatikan orang itu, hahaha pasti itu sangat sakit... lihat saja ekspresi di wajah itu... kau pasti akan merasakannya juga."
Hagin dan Buya tidak ikut serta dalam perebutan gelar Freshman dan memilih untuk menyingkir, sayangnya harapan mereka pupus setelah Buya mendapat tendangan keras di punggungnya.
Buya berbalik dan dengan kakinya dia menyapu siswa yang menyerangnya, tendangannya membuat siswa itu terbang beberapa meter, Buya segera berlari mengejar siswa yang ia buat terbang dan memukulnya beberapa kali sebelum ikut terlibat dengan siswa lainnya.
Hagin sendiri juga mulai bertarung dan membuat dua orang terkapar tak berdaya, tinjunya sangat cepat dan kuat. Hagin juga cukup gesit tatkala menghindar, dan dia terus berkelahi hingga membuat dirinya menjadi sorotan utama dalam perkelahian yang kacau itu.