Hagin bergegas meninggalkan gang bersama Buya yang berhasil mengatasi lawannya, mereka bergegas dengan langkah lebar dan cepat menuju ke SMA Hanju, mereka sudah cukup terlambat ditambah dengan kejadian ini, makin terlambatlah mereka. Hagin tidak pernah menyangka jika di hari pertama mereka masuk sekolah, mereka akan mengalami kejadian seperti ini dan harus berkelahi dengan murid yang tidak mereka kenal.
Hagin dan Buya segera tiba di depan gerbang sekolah, namun apa yang mereka lihat benar-benar mengejutkan dan tidak bisa dipercaya, di mana ada sebuah kelompok pelajar yang memiliki wajah garang serta mengenakan seragam yang sama seperti yang mereka kenakan tengah asyik menghirup rokok dan bercengkerama. Akan tetapi di waktu yang sama, mereka memelototi pelajar yang hendak masuk ke dalam sekolah.
Salah satu dari pelajar yang berada di dalam kelompok itu menghampiri Hagin dan Buya, dia tampak hendak melakukan sesuatu dan sisa dari kelompok pelajar itu melangkah untuk melindungi pelajar tersebut. Hagin dan Buya melangkah seperti tidak ada yang terjadi di depannya, mereka berdua mengabaikan kehadiran kelompok pelajar tersebut. Mereka sudah malas untuk merespons kelompok ini setelah kejadian sebelumnya, mereka jadi makin malas untuk meladeninya.
Hagin dan Buya berada tepat satu langkah di depan pintu gerbang dan tiba-tiba saja Hagin merasakan jika pundaknya telah dipegang, ketika ia berbalik, Hagin melihat pelajar yang tadi menghalanginya menatapnya dengan tatapan tidak ramah dan ada sedikit kemarahan dimatanya.
"Hei... hei... siapa bajingan ini? Sombong sekali, berani-beraninya kau masuk ke dalam tanpa permisi pada kita, kalian pikir kita inu hanya patung ya? SIALAN... dengar tidak!!!"
"Hahahaha... bodoh kali kau ini... dia tidak mendengarmu... hoi.. lihat Aru, dia diabaikan murid baru... sayang sekali tampaknya dia sudah tidak dihormati lagi," ujar pelajar lain yang sedang bersandar di bahu salah satu pelajar.
Mereka yang ada di dalam kelompok itu menertawakan Aru yang diabaikan oleh Hagin dan Buya, meski mereka tertawa terbahak-bahak dapat dilihat jika mereka juga kesal dengan apa yang telah Hagin dan Buya perbuat. Mereka segera mengelilingi Hagin dan Buya lalu membuat lingkaran, mereka memelototi Hagin dan Buya seraya mengambil posisi untuk bertarung.
Hagin dan Buya terkepung di dalam sebuah lingkaran, ada enam siswa yang mengelilingi mereka dengan tatapan dingin, Hagin tidak melihat para siswa sebagai sebuah ancaman dan mendengus pelan sedangkan Buya tampak bosan ketika menatap kelompok itu. Mereka berdua sudah sangat hafal dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mereka berdua sangat tenang ketika dikelilingi, terlihat juga pelajar-pelajar lain tengah keluar masuk ke dalam sekolah dengan kelompoknya masing-masing. Para pelajar yang masuk ke dalam sekolah ada yang memiliki tampilan garang, rambut di cat serta penampilan yang tak jauh berbeda dengan seorang preman. Beberapa di antara mereka juga menonton Hagin dan Buya yang tengah dikepung, dari setiap sorot mata mereka terlihat jika adegan di depan pintu gerbang sudah menjadi makanan sehari-hari.
Pada saat pelajar-pelajar itu hendak mengayunkan tinjunya ke arah Agha, datang seseorang dari arah jauh berjalan pelan masuk ke dalam sekolah dan dia di ikuti begitu banyak pelajar yang memiliki tampang sangar serta terlihat kuat dibandingkan dengan pelajar biasa. Saat orang itu lewat pelajar yang hendak memukul Hagin mengurungkan niatnya dan memilih untuk kembali ke tempat semula begitu pula kawan-kawannya.
Hagin dan Buya segera masuk ke dalam sekolah setelah mereka lolos dari kepungan kelompok itu. Mereka berdua berjalan santai sambil menengok dan melihat begitu banyak pelajar yang ada di halaman sekolah, hampir semua pelajar yang ada di sana memiliki penampilan yang seram dan urakan.
Para pelajar itu bermain-main sambil sesekali beradu tinju, tidak hanya itu terlihat juga sekelompok dari mereka bertarung setelah bermain basket. Hagin dan Buya menghindari segala konfrontasi di sana dan langsung memilih menuju kelasnya dan melihat situasi di sana.
Kelas mereka berada di lantai 1 dan mereka berada di dalam kelas C, kelas di SMA Hanju di bagi menjadi lima kelas dimulai dari A-E. Hagin dan Buya segera menemukan kelas mereka. Pada waktu mereka jalan di lorong menuju kelas, beberapa pelajar tengah asyik merokok dan bergurau. Semakin mereka berdua melangkah ke dalam sekolah semakin terlihat kekacauan yang ada di sekolah itu, bahkan mereka belum melihat seorang guru pun di lingkungan sekolah ini.
Segera pintu dengan sebuah label kayu kecil yang bergantung di atas dan bertuliskan 1-C terlihat. Hagin dan Buya mendorong pintu tersebut lalu terlihatlah situasi kacau yang tidak enak dilihat, di mana beberapa siswa tengah bergulat namun mereka tampak seperti pasangan homoseksual. Para pelajar itu saling berpelukan meski gerakan yang mereka gunakan memang untuk bergulat, hanya saja itu terlihat seperti pasangan yang saling berpelukan yang tengah mengungkapkan rasa sayangnya satu sama lainnya.
Mereka berdua mengambil bangku yang saling berdekatan dan menaruh tas yang mereka bawa. Hagin berada di paling belakang dan pojok serta tepat di samping jendela, sedangkan Buya berada di depannya. Tak lama setelah mereka duduk terdengar sebuah suara dari pengeras suara yang meminta seluruh murid untuk pergi ke aula sekolah.
"Diharapkan... untuk seluruh murid kelas satu untuk datang ke Aula Sekolah. Segera berkumpul untuk melaksanakan upacara peresmian." Suara parau dan serak terdengar jelas dari pengeras suara.
Hagin dan Buya segera pergi menuju Aula Sekolah bersama dengan pelajar lainnya, mereka terlihat telah membentuk kelompok masing-masing begitu pula pelajar yang ada di kelasnya. Hagin dan Buya masih seperti awal, berdua, mereka tidak mencari atau membentuk kelompok baru dan langsung bergegas menuju Aula Sekolah.
Mereka masuk ke dalam Aula Sekolah dan kegaduhan terdengar dengan keras di sana, begitu banyak siswa baru yang bada di Aula Sekolah. Hagin dan Buya mencari tempat duduk dan mereka berdua tenang begitu mendapatkan tempat duduk lalu seorang laki-laki paruh baya dengan penampilan biasa naik ke atas podium.
"Selamat datang untuk para murid baru... Kami mengharapkan kalian untuk belajar dengan giat dan meraih prestasi serta masa depan yang lebih baik. Kami para pendidik akan terus—" sebelum pria itu selesai berbicara, sebuah teriakan keras terdengar tepat di pintu masuk Aula Sekolah.
Teriakan itu datang dari pelajar yang memiliki badan besar bak atlet binaragawan, rambut panjang, mengenakan kacamata hitam dengan seragam yang seluruhnya berwarna hitam. Pelajar itu tersenyum sambil mengunyah permen karet, suaranya yang begitu nyaring dan serak menghapus konsentrasi para murid baru terutama isi dari perkataannya.