Hari ini adalah Hari Minggu, tepatnya kami memulai latihan gabungan antar anak organisasi. Tak terasa latihan gabungan dengan organisasi lain membuat ilmu, pengetahuan serta pengalaman ku bertambah.
Selain menambah ilmu, kita juga saling kenal antar organisasi, lebih dekat lagi.
Kusambut pagi ini dengan senyuman terbaik menyambut mentari yang sedang menari begitu gemulai, sengatan hangat mentari membuat tenggorokanku terasa kering disetiap kegiatan.
"Ci, minum dulu"
"Makasih banyak San"
"Sama sama"
"Ci, boleh minjem Sandi nya sebentar?" ucap Syifa
"Boleh" ucapku santai
Aku sendiri bukannya mau menutup mata tentang kedekatan Sandi dan Syifa akhir akhir ini. Tapi aku juga mencoba untuk berfikir positif.
"Kenalin gue Andre"
"Citra"
"Lo, sendirian? Latihan tadi kamu bagus dan penuh semangat"
"Karena masih muda" candaku sedikit garing
"Oh ya. Boleh minta nomer hp?" ucap Andre
"Buat apa?" tanyaku singkat
"Nanti kalau mau latihan gabungan lagi, aku akan bakalan kasih tau yang lain juga buat ikut" jawabnya
"Oh boleh 08..."
"Nomer gue aja Ndre, Citra jarang main hp" ucap Sandi tiba tiba datang dari arah samping Andre.
"Oh, boleh juga. Nih tulis nomor Lo di hp gue, ketik sendiri" jawab Andre ketus
"Oke" jawab Sandi sambil mengambil hp Andre buat mengetik nomer hp nya.
"Udah gue save nomer nya" tambah Sandi
"Oke, Ci, aku pergi dulu ya" ucap Andre tak mengindahkan Sandi yang ada didepan nya.
"Jangan ngasih nomer hp ke sembarang orang" ucap Sandi
"Bukannya kamu juga baru kenal dia? berarti kamu ngasih nomer hp ke sembarang orang?" jawabku.
"aihh, bukan gitu, maksud ku cowok yang belum dikenal" ucap Sandi dengan mengalihkan pandangan nya.
"Berarti aku harus kenalan dulu dong kalau belum kenal dan boleh ngasih nomer hp" jawabku meledek.
"Terserah" ucap Sandi sambil meninggalkanku dilapang.
Akupun tersenyum puas melihat Sandi marah, karena aku berhasil membuatnya kesal.
"San, Sandi. tunggu aku" ucapku sambil berteriak dan jalan cepat menyusul Sandi.
"Ci, kita kumpul dilapang buat latihan terakhir baris berbaris" ucap Novi menepuk pundaku.
"Oke, nanti aku nyusul". Novi pun kembali ke lapangan.
"San, Sandi kamu dimana? Kamu masih marah?" harap harap cemas aku mendekati Sandi di depan kelas.
"Gak tau" ucap Sandi jutek.
"Oh jadi gitu" ucapku sambil memegang telinga kiriku karena aku mendengar jelas suara jam dinding tua "teng teng teng" begitulah bunyinya.
"Kamu sakit?" ucap Sandi
"Iya aku sakit juga melihat kamu sama cewe lain" jawabku bercanda, mencoba mengabaikan suara jam dinding tua.
"Apa kamu balas dendam?" selidik Sandi melihat wajahku.
"Enggak" jawab ku singkat.
"Nah.. siapa ? aku deket sama siapa Ci? aku gak deket sama cewe lain"
"Udahlah, ayo ke lapang kita udah ditungguin" ucapku sambil mengajak Sandi kembali ke lapangan.
"Kamu belum jawab pertanyaan ku Ci" ucap Sandi.
Akupun jalan cepat sambil menggusur Sandi ke lapangan karena hari ini dia terlihat cerewet sekali. Akhirnya aku dan Sandipun berbaris secara terpisah dan mendengarkan arahan dari kakak kelas kami.
Di lapang.
"Adik adik sekarang kita mulai latihan baris berbaris nya, karena hari semakin siang, semoga kita bisa beres sebelum jam 11.00. Ayo siapkan" ucap kak Dito.
"Baik kak" ucap anak anak serempak.
Latihan baris berbaris pun dimulai.
Langkah demi langkah kami lakukan secara kompak dan bersamaan. Terik mentari begitu mendukung suasana siang ini.
"Teng teng teng" begitulah bunyi jam dinding tua terdengar kembali. Seperti sebelum sebelumnya, ketika jam dinding mulai menyamakan suara bayangan bayangan hitam bermunculan begitu saja. Apakah aku pernah bercerita pada seseorang? Bahwa aku sering bermimpi namun mimpi tersebut terlihat begitu nyata? Aku hampir setiap saat tertidur dalam keadaan apapun. Kenapa? karena ketika malam hari aku jarang tidur karena tidak ingin bermimpi.
Tapi entah itu siang atau malam mimpi tersebut tetap sama terkadang berubah menjadi kenyataan. Sehingga aku tak bisa membedakan apakah itu mimpi, nyata atau ilusi?
Tapi ketika aku bertemu dengan Sandi aku bisa merasakan lelapnya tertidur tanpa bermimpi buruk.
Aku mencoba memahami keadaanku, namun aku masih belum bisa menerima kenyataan tentang diriku yang sebenarnya. Apakah aku punya kesalahan dimasalalu sehingga aku tak bisa tidur dengan nyaman? Namun pendapat tersebut terpatahkan oleh kehadiran Sandi dalam hidupku.
Aku tau, suara jam dinding tua merupakan tanda keluarnya makhluk makhluk astral disekolah ini. Hanya saja aku selalu mencoba untuk mengabaikan dan berpura pura tidak tahu apa apa. Karena apa? Karena aku ingin hidup tenang tanpa ada yang tau kondisi aku yang sebenarnya.
Tetapi aku mulai menerima keadaanku ketika bertemu dengan Mbah Jono, dan teman sekelas ku mungkin memperhatikanku dan mengetahui kondisiku salah satunya Syifa.
Itulah mengapa, aku sedikit kurang nyaman ketika Sandi dekat dengan Syifa. Apakah Sandi akan menghindar dariku setelah mengetahui kondisiku? Itulah yang aku takutkan sekarang.
"Ci, Lo gak apapa" bisik Ana.
"Gak apapa"
"Kalau pusing, Lo istirahat aja"
"aku gak apapa, bentar lagi latihan nya juga selesai" ucapku meyakinkan.
Sepertinya kak Dito tau, dari tadi aku tidak berkonsentrasi, dan malah mengobrol dengan Ana.
"Citra ikut kakak" ucap kak Dito sambil memegang tanganku dan menyeretku ke ruang UKS.
"Kak, aku gak apapa". ucapku membuka suara.
"Kakak tau, kamu gak apapa, karena belum terjadi apa apa. Diam disini, tidur dan istirahat, nanti 10 menit lagi kakak bangunin."
"Baik kak" ucapku patuh mendengar kan kak Dito.
"Kakak pergi dulu ya, nanti Sandi nyusul setelah beres latihan" ucap kak Dito.
"Baik kak, makasih banyak"
Suasana ruang UKS pun hening, aku mencoba memejamkan mataku sejenak untuk beristirahat tidur. Lama lama mataku berat dan mulai terlelap sehingga tak mengingat apa apa.
*Dilain waktu
Di lapangan
"Adik adik, apabila ada yang pusing bisa istirahat di UKS dan berhenti dari latihan" ucap tegas kak Dito.
*aaaa..,* tiba tiba Syifa teriak nangis sambil tak sadarkan diri. (seperti orang kejang) namun tak lama kemudian tertawa
"ha ha ha ha... aku ingin sekali mengendus darahnya. Ini harum, aku selalu mengikutinya. Anak ini tak akan kembali". ucap Syifa dengan lantang. Kemudian dia tak sadarkan diri.
Semua orang panik mendengar perkataan Syifa, siapa anak yang dia maksud? darah? darah apa?
"Bawa Syifa ke ruang UKS". ucap kak Dito tegas.
"Semua anggota perempuan harap jangan ada yang berpencar, disini akan ada yang menjada 1 orang laki laki. Andre, Diki kalian jaga di lapangan"
Andre dan Diki menganggukkan kepala tanda menyetujui usul tersebut.
*Syifa dibawa ke ruang UKS bersama anak lainya, termasuk Sandi.
"Apa ini yang kamu maksud Syif, gue harap Lo baik baik aja" ucap Sandi sambil berbisik hampir tak didengar oleh siapapun namun seseorang memperhatikan dan mendengarkan ucapan Sandi.
*Syifa dan Citra tertidur di ruang UKS*
---------####-------- diwaktu yang lain
Aku berjalan kearah dimana jam dinding tua itu bersuara, dan benar itu ada di pintu biru tersebut. Aku berjalan dengan hati hati, rasanya seperti de Javu aku pernah mengendap ngendap ingin melihat isi dibalik pintu biru. Dan ternyata aku meliriknya kembali karena penasaran.
"Syifa?"
"Citra?" ucap Syifa sambil menangis.
"Kamu ngapain disini" ucapku.
"Kamu jangan kesini, tolong tinggalkan aku"
"Aku? aku gak bisa ninggalin kamu Syif"
"Tapi aku benar benar gak bisa keluar. Aku ngilangin kuncinya"
"Apa maksudnya?"
"Aku membuka pintu ini"
"Memangnya kenapa?"
"Mereka tak bisa membiarkan aku pergi begitu saja Ci. Ini salahku"
"Dimana kamu nyimpen kuncinya"
"Ini gak bisa dikunci begitu saja Ci, ini sudah terbuka dan mereka ada disekelilingku sekarang".
"Ci, Lo harus pergi dari sini"
"Aku gak bisa biarin kamu disini sendirian"
"Ci Lo bener bener gak bisa lihat apa apa? Cepat pergi" bentak Syifa.
*makhluk makhluk itu bergantian mengerumuni Citra*
Syifa mencoba mengalihkan perhatian nya .
Aku benar benar dilema, apakah aku bermimpi atau ini ilusi ku, aku mencoba berlari, namun hatiku menolak dan ingin menolong Syifa. Dengan tekadku yang kuat, aku membawa Syifa keluar dari pintu biru itu dan berlari secepat mungkin sambil memegang tangan Syifa. Kulihat lorong lorong yang pernah aku lalui sebelumnya rasanya aku pernah berlari seperti ini menyelamatkan seseorang, sampai akhirnya aku mengingat jejak darahku yang dulu sempat aku tinggalkan di gerbang portal ini. Aku dan Syifa mencoba mengikuti jejak itu, lalu Syifa menutup kedua mataku dengan tangannya. Dan...
--------####------
"Citra, Ci, bangu" ucap Sandi membangunkan ku dari tidur ku
"Akhirnya kamu bangun" ucap Sandi sambil memeluk ku.
"Kenapa bibirmu berdarah?" tanyaku
"Ka Dito? apa kian berdua berantem"
"Ci, kakak benar benar frustasi mendengar penjelasan Sandi"
"Kenapa kak?" ucap ku penasaran.
"Syifa membuka pintu biru itu, dia terjebak karena ulahnya sendiri". ucap Sandi
" Syifa tau, bahwa kamu punya kelebihan, dan satu satunya orang yang bisa membantu dia. Kakak tau, ini bukan hak kakak menjelaskan, salah nya Sandi dia gak bilang sama kamu dan gak bisa mempercayai perkataan Syifa. Syifa meminta bantuan kamu melalui Sandi, tapi Sandi mengabaikan nya, dia menganggap itu bukan hal serius. Seperti sebelumnya kenapa kamu bisa terhubung dengan dunia lain itu karena kelebihanmu, dan Syifa juga memiliki kelebihan yang sama. Dia tau kamu pernah menyelamatkan Sandi, sehingga gerbang portal itu terbuka sangat lebar untuk kamu Ci. Syifa tau, bahwa kamu bakalan menolong dia tanpa peduli resiko yang akan kamu hadapi"
"Tapi, tiba tiba tadi pagi Syifa berubah fikiran, dia gak meminta bantuan kamu lagi melalui aku Ci. Syifa sadar bahwa itu juga membahayakan nyawa kamu juga. Portal gerbang itu akan terbuka, karena kamu jembatan penghubung antara dunia manusia dan dunia mereka Ci. Maka dari itu Syifa nyerah, dan meyakinkanku bahwa aku akan selalu menjaga kamu"
"Syifa sekarang bagaimana keadaanya?"
"Dia pingsan Ci". ucap Sandi.
"Kakak tau kamu khawatir dengan keadaan Syifa, tapi cobalah khawatir kan diri kamu sendiri. Sandi hampir kalang kabut mendengar bahwa kamu bisa terhubung melalui mempimu. Dia merengek frustasi menyalahkan ku karena menyuruh kamu tidur istirahat siang Ci, maka dari itu aku memukul Sandi supaya dia sadar dan tak menyiksa dirinya sendiri karena merasa bersalah".
"Aku pernah berjanji. Bahwa aku akan selalu melindungi kamu. Dan aku baru tau kebenaran nya sekarang, bahwa penyebab pintu gerbang itu terbuka, ketika dulu kamu menyelamatkan ku. Maka dari itu aku menegaskan kembali izinkan aku melindungimu sampai batas akhir hidupku Citra. Aku gak tau kita benar benar berjodoh atau tidak, tapi aku akan memenuhi janjiku sebagai seorang sahabat, walaupun nanti kamu bersama orang lain, janjiku tak akan pernah aku ingkari untuk selalu melindungimu" ucap Sandi
Akupun mengangguk dan sedikit berkaca kaca sambil berucap "terimakasih San".
Sandilun memegang tanganku, satu isakan tangis pecah diantara kami
"Citra" Akupun mencoba melihat ke arah sumber suara
"Syifa". Akupun tersenyum
"Terimakasih" ucap Syifa sambil berlari memeluk kearahku menyeret posisi Sandi yang ada didepanku
"Sama sama" ucapku haru.
Di lapangan ...
Hari menunjukkan pukul 12.30 siang hari. Saat itu juga Kak Dito membubarkan pertemuan Latihan Gabungan antar organisasi.
"Adik adik terimakasih atas partisipasi dan kerjasamanya, semoga kita bisa bertemu dan latihan gabungan kembali di lain waktu. Terimakasih, sampaikan salam kakak kepada keluarga kalian dirumah. Hati hati pulang dan dijalannya"
"Terimakasih kak" ucap anak anak serempak.
Semua pun bubar
"Sandi, tunggu. Citra mana?"ucap Ana.
"Masih di UKS"
"Keadaan Syifa gimana?" ucap Novi membuka suara.
"Udah baikan, tadi sudah dijemput sama keluarganya" ucap Sandi.
"Lo yakin, Citra di UKS, itu yang bareng Andre siapa?" ucap Santi meledek.
"Iya di UKS, Andre? Andre??!!!" ucap Sandi sambil menoleh ke belakang. Lalu berlari kearah Andre
"Andre satu langkah lebih cepat daripada ka Dito dulu" ucap Diki enteng.
"Apaan Dik" ucap Ka Dito secara tiba tiba.
-semua orang kaget ketika kak Dito datang tiba tiba dari belakang mereka. Dan langsung membubarkan diri.
Disebrang lapangan
"Ci, ayo pulang. Mana tas kamu? aku bilang kan tunggu dulu di UKS" ucap Sandi dengan nada terengah engah
"Kamu lama San, jadi gue jemput Citra di UKS. Oops sorry gue duluan ya" ujar Andre sambil meninggalkan aku dan Sandi.
"Ayo pulang" ucapku.
"Iya iya" ucap Sandi ketus.
"Kamu marah lagi?"
"Enggak ko, hehe aku udah baikan" ucap Sandi tersenyum memaksakan diri, lalu memegang tanganku.