Hari demi hari telah aku lalui bersama teman teman ku. Aku mulai pergi ke sekolah seperti biasa lagi.
"Hai" ucap Ratih
"Hmhh?" Ucapku malas
"Lo kenapa? PMS?"
"Enggak apa apa ko". Jelasku
"Please deh gak usah bohong, Lo galau diantara dua pilihan". Ucap Ratih menebak.
Mataku tiba tiba melotot seperti telor.
"Apaan sih".. ucapku
"Udah nyebar kali.. kamu diem aja, mereka tau." Ratihpun menjelaskan.
"Hemh yaudah diem aja." Ucapku jutek
Bel masuk pun berbunyi.. (nada lagu ulang tahun).
"San, Lo basket hari ini?" Tanya Diki
"Iya emang kenapa?" Ucap Sandi
"Gak apapa cuma mau bilang ka Dito ngajak futsal aja." Ucap Diki enteng
"Kapan?" Tanya Sandi
"Hari ini, jam 4 sore". Jelas Diki
"Oke.." jawab Sandi
"Apanya yang oke?". Tanya Diki
"Pikir aja sendiri". Ucap ketus Sandi sambil meninggalkan Diki.
"Itu anak kenapa? Aneh banget, kemaren baik baik aja" gumam Diki sambil kembali ke bangku nya untuk duduk.
Suasana kelas pun canggung, entah apa ada yang salah dengan hari kemarin. Aura begitu mencekam seolah olah pertempuran di medan perang akan segera dimulai.
"Anak anak.. hari ini kita akan mulai diskusi di lab Biologi" ucap Guru Bilogi.
"Baik Bu" ucap anak anak serempak.
"Ci, tungguin gue dong".. ucap Ratih
"Iya, buruan" ucapku
"Ci, bareng gue aja, kalau bareng kura kura ninja nanti Lo telat". Kkkkk.... Ucap Novi dengan nada ngejek.
"Sialan dibilang kura kura ninja, Lo kura kura kurang kerjaan. Masih mending gue jadi ninja. Nah Lo kura kura pengangguran". Ucap Ratih dengan nada tinggi sambil nahan tawa.
Akupun tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.
"Vi, Lo ga bareng sama Sandi?".
ucap Ana tiba tiba.
"Enggak, gue males deket sama orang yang rajin marah gak jelas. Kesemprot mulu." Jelas Novi
Suasana pun jadi canggung. Karena rasa penasaran ku tinggi, aku diam diam melirik Sandi. Dan kurasa tebakanku benar, dia masih marah atas kejadian kemarin. 'aku benar benar bingung harus bilang apa dan menjelaskan bagaimana'. Ucapku dalam hati. Dan.. "tak tak tak" suara langkah Sandi terdengar, dia melewati ku begitu saja dengan wajah dinginnya.
"Puk" tepakan Ratih membuatku sadar kembali, sepertinya dia mengerti keadaanku sekarang ini.
"Ci, ayo pergi ke lab" ucap Ratih mengajakku. Akupun mengangguk mengiyakan.
Di ruang laboratorium sains..
"Anak anak coba kalian membentuk kelompok sebanyak 6 kelompok acak.. berhitung dimulai"
1 2 3 4 5 begitu seterusnya sampai akhirnya aku menemukan kelompok ku.
Aku dan Ana sekelompok. Dia pun memulai pembicaraan.
"Ci, akhirnya gue punya temen ngobrol". Akupun tak sengaja tertawa keras. Semua orang melirikku. Aku benar benar malu dilihat banyak orang, lagi lagi aku ber tatap muka dengan Sandi sambil menahan malu. 'Apa Sandi tertawa? apanya yang lucu? Apa dia menertawakan ku?' gumamku dalam hati
'Lo bener bener buat gue tertawa merinding, kenapa lucu banget kalau Lo ketawa gitu' ucap Sandi dalam hati
Praktek biologi pun dimulai, tak henti hentinya aku dan Ana bercanda.. sesekali aku melirik ke arah jendela. Karena serasa ada yang memperhatikan ku dari pinggir jendela.
Akupun kembali bercanda, tak terasa praktek biologi pun selesai.
"Ci, gua duluan ya kebelet banget"
Ucap Ratih sambil lari. Akupun mengiyakan. aku dan Ana membereskan semua peralatan..
"Ci Lo tungguin gue ya, gue beresin alat ini dulu."
"Iya" jawabku sambil bantuin beres beres dan berjalan ke sebuah lemari.
Terlihat ruang kelas yang kosong penghuninya. Aku melihat sebuah lukisan kartun yang terpampang jelas disebrang sana.
"Ci, ayo.. gue udah beres". Ucap Ana
"Hmhh" Akupun mengangguk tanda mengiyakan. Lalu pergi dari ruang laboratorium sains. (Lukisan sebrang terlihat memperhatikanku). Akupun berjalan sesekali melihat lukisan diarah sebrang jendela.
Di kelas..
"Ci, jadi kan sekarang kumpulan?" Tanya Ratih.
"Jadi ko, kita kan harus bikin properti buat hiasan nanti". Ucapku.
"Tapi anak anak minta ganti kelas, soalnya kelas kita dipake, jadi kita pindah kelas di lantai 2 kelas ujung"
"Oke"
"San, dicariin Chiko dilapang basket." Ucap Novi.
"Iya" jawabanya singkat.
Dilapang basket
"Ayo mulai, gua nanti mau futsal." Ucap Sandi. Sandipun latihan basket dengan teman temannya.
*Sandi adalah seorang atlet basket, dan jago disemua bidang olahraga, tak terkecuali futsal. Dia tinggi, hitam manis, terlihat cuek tapi sebenarnya dia seseorang yang sangat care jika sudah mengenal dekat*.
Diruang kelas ujung..
"Ci, apa ini ruang kelasnya?" Ucap Ana
"Iya, Ratih tadi ngasih tau, bentar lagi dia dateng. Kita mulai aja dulu apa yang bisa kita kerjakan sekarang". Ucapku..
Setengah jam sudah berlalu, aku dan Ana mengerjakan properti yang ada. Tak lama kemudian..
"Hai" ucap Novi bersamaan datang dengan Ratih.
"Lo udah lama nunggu? Here maafin gue, tadi gue beli kertas kref nya jauh." Ucap Ratih.
"Hemh gak apapa, ayo bantuin beresin, biar cepet selesai nih" ucap Ana.
"Ra, kamu gambar dulu yang ini ya, nanti aku gunting bagian akhir, biar aku nyantei dulu" ucapku sambil ketawa.. (maklum kaum rebahan kalau kerja kelompok).
"Yaya gua kerjain, lagian kalau udah beres bagianku aku mau pulang duluan, mau ngedate bareng pacar gue, gak apapa kan?". Ucap Ratih bersemangat.
"Terserah Lo, gua juga mau pulang kali.." sambung Novi dengan ketus sambil bercanda.
"Yaudah gua ke kantin dulu ya, Ci Lo mau ikut atau nitip? Kalian nitip gak?" Ucap Ana semangat.
"Iya nitip hee" jawabku. Anapun pergi dengan semangat ke kantin sekolah membeli cemilan pengganjal perut.
Hari ini aku, Ana, Novi, Ratih mengerjakan tugas kelompok seni rupa. Aku dan Ana sudah mengerjakan tugas duluan jadi bisa nyantei sedikit, hanya untuk sekedar makan dan rebahan.
Akupun merebahkan diri diantara kursi kursi yang berjajar sambil menutup mataku menunggu pesanan makanan datang.
"Wahhh enaknya, aku tidur dulu ya". Ucapku sambil meledek.
"Yaya" ucap Ratih dan Novi bersamaan. Akupun sempat tertidur sebentar, kemudian bangun karena aku rasa ada orang yang menepuk pundak ku..
"Ci, nih makanan Lo" aku mendengar namun susah membuka mata. Mataku masih terpejam dan aku sempat melihat lukisan itu melirikku dan mengeluarkan cairan merah seperti darah tepatnya di arah kedua matanya.
"Ci ci ci bangunan, makan dulu". Itulah yang sepat kudengar. Lukisan itu semakin mendekat dan berhadapan dengan wajahku seolah olah lukisan itu menempel dilangit langit dan aku tiduran dikursi menatap langit langit itu, lalu lukisan tersebut mengeluarkan air mata darah, dan darahnya menetes semakin banyak kearah wajahku. Akupun menjerit dan panik secara bersamaan dalam mimpi itu.
"Ci ci ci? Bangunan woyyyy"
Akupun terbangun dengan dengan keringat dingin yang membasahi wajahku.
"Lo gak apapa?" Tanya Ana.. sambil membawa makananku.
"Gak apa-pa" ucapku terbata bata.
"Ci, makan dulu keburu dingin, Ana dari tadi udah selesai makan tinggal kamu" ucap Ratih sambil menghentikan pekerjaannya.
"Lagian gambaran ku hampir selesai, aku tinggal nunggu Novi". Ucap Ratih
"Iya makan dulu ci, nanti sakit, tadi gua lihat Lo kaya kesakitan, jadi gua nyuruh Ana bangunin Lo, kali aja Lo lapar sambil tidur" ucap Novi mencairkan suasana.
"Oh iya, sekarang jam berapa? Aku tidur lama?" Ucapku
"Jam 15.03 bentar lagi kita pulang, hehe setengah jam Lo tidur. Kebo lu, dari tadi dibangunin gak bangun bangun." Ucap Ratih mengejek
"Yayaya maaf, hehe.. yaudah aku makan dulu ya" Akupun makan sambil memperhatikan sekitar, benar dugaan ku, lukisan yang tadi dalam mimpiku dan yang aku lihat di sebrang lab ternyata sama dan ada dikelas ini, Akupun tersedak sehingga batuk keras karena kaget melihat lukisan itu. Dan jika dilihat lihat, lukisan itu baik baik saja tidak ada darah atau apapun.
"Minum minum, nih minum punya gue. Gue udah abis 2 Aqua gelas karena haus, dan ini yang ketiga belum aku buka, hehe buat lo. Nih minum, ini makan bukan balapan nyantai aja, lagian ini bentar lagi beres, bagian kita juga tinggal sedikit lagi". Ucap Ana.
"Hehe iya, makasih banyak Na. Eh aku gak enak sama kalian jadi buru buru deh makan nya. Ra, kamu udah beres? Kalau mau pulang, pulang aja gak apapa, nanti telat lagi ketemuan sama pacar kamu." Ucapku sambil ngeledek.
"Iya pulang aja, lagian gua juga udah selesai nih. Ayo pulang, gue ada acara juga." Ucap Novi
"Hemh ya kalian duluan, gua sama Citra yang ngerjain sisanya" tambah Ana.
"Oke gua beres beres dulu. Tapi gak apapakan kita duluan?" Ucap Ratih.
"Gak apapa, aku udah selesai makan, ini mau lanjutin sisanya". Ucapku
"Iya gak apapa, eh bentar gua kebelet pipis gua kebawah dulu ya."
"Dasar, kenapa pada beser sih tadi kamu Ra pas di lab Sains sekarang Ana." Ucapku
"Yaiyalah gua sama Ana adalah unta dari gurun pasir yang membutuhkan air minum untuk cadangan cairan tubuh. Hehe nah Lo, sehari aja Lo minum 1 gelas itupun gak penuh". Ucap Ratih
"Hehe tau aja." Ucapku. Telepon Novi pun berdering, dan dia mengangkat telepon keluar.
"Ra, kalau mau pulang, pulang aja kayanya Novi udah ada jemputan"
"Lo gak apapa Ci, bentar lagi, gua nunggu Ana dateng kesini aja" ucap Ratih.
"Gak apapa lagian nanti Ana kesini ko bentar lagi, udah pulang gih.." ucapku sedikit memaksa Ratih.
"Ci, gua pulang duluan gak apapa? Udah ada yang jemput" ucap Novi merasa tak enak.
"Gak apapa, lagian Ratih juga sama, iyakan Ra? Sekalian jalan kedepan gerbang bareng Novi" ucapku.
"Lo gak apapa Ci" ucap Ratih
"Gak apapa" ucapku
"Kita duluan ya"
"Hati hati ya.. " ucapku.
Kriettt.. suara lukisan bergerak. Akupun sedikit tidak mempedulikan yang aku inginkan adalah keluar dari kelas ini dan pekerjaanku segera selesai.
"Kriettt.. prang" lukisan itupun terjatuh dari dinding tempat asalnya. Perasaanku mulai tak enak, untung saja pekerjaanku hampir selesai, aku mencoba terus fokus menggunting kertas kertas gambar itu.
Akupun menengok kearah bawah dimana sepatuku berada dan sedikit demi sedikit ada cairan merah itu datang mendekati sepatuku. Tanganku bergetar hebat. Aku mencoba mengabaikan dan terus melanjutkan pekerjaanku.
Namun cairan merah itu semakin banyak dan datang kearahku. Aku mencoba memberanikan diri untuk melihat dimana sumber cairan merah itu berasal.
Akupun bergegas dari tempat duduk ku dan berjalan mundur ke arah pintu, sambil penasaran dimana sumber cairan merah itu berasal. Langkah demi langkah terus aku lakukan.
Tak tak tak begitulah suara sepatuku. Ternyata cairan itu bersumber dari lukisan yang jatuh. Dan cairan merah itu terus mengikuti langkahku.. Akupun mencob mempercepat langkahku keluar sambil berjalan mundur.. dan tiba tiba ada yang menutup mataku diarah belakang. Seketika Akupun menjerit sekuat tenaga...
"Aaaaa".. Akupun mencoba memberontak dan melarikan diri.
"Ci, ci Lo tenang, ini gua Sandi".. Sandipun mencoba menenangkan ku. Tak terasa air mataku berjatuhan secara tidak damai. Kaget dan takut secara bersamaan.
"Ci, Lo gak apapa? Maafin gue karena udah ngagetin Lo" ucap Sandi. Akupun mencoba memberanikan diri dan membuka mataku.
"Hei, lihat ini gue" ucap Sandi.
Akupun membuka mata sambil bergetar menangis tak bersuara.
"Maafin gue ya" ucap Sandi sambil menggenggam tanganku.
"Ayo beresin barang barang Lo, ini udah sore. Ayo kita pulang bareng" Akupun diantar Sandi masuk kembali ke ruangan kelas.
"Ayo" ucap Sandi, namun aku menolak dan menggelengkan kepala. Sepertinya Sandi mengerti bahwa aku tidak mau masuk karena ketakutan. Sandipun pergi ke dalam membereskan semua barang barangku yang berserakan di lantai.
Di lorong kelas terlihat Ana berlari dan berteriak ke arahku.
"Ci, Lo ngapain diluar udah berrr.. ehh Lo gak apapa? Lo nangis? Kenapa?" Ucap Ana
"Gak apapa, aku kelilipan" ucapku menenangkan.
"Eh bentar gue kedalem dulu" Akupun menganggukkan kepala.
"San, Lo sejak kapan disini?" Ucap Ana sambil membereskan barang barangnya.
"Sejak Lo teriak teriak gak penting di lorong kelas" ucap Sandi ketus.
"Yee gua nanya bener. Udah beres ya? Hehe makasih banyak.. udah dibantuin. Gue tau, Citra galau dan nangis sekarang tuh karena Lo kan? Lo diemin dia beberapa hari ini. Jadi gue tadi memberikan sedikit ruang, buat Lo dan Citra. Kebetulan banget karena gue kebelet mau ke WC hehe. Akhirnya Lo dateng kesini juga" Ucap Ana sambil bercanda.
"Yaya, gua tau, tapi gua heran apa iya penyebab Citra nangis itu karena gue ngagetin dia" ucap Sandi penasaran.
"Ya kali, Lo kan orangnya keterlaluan kalau udah jail. Ayo keluar, Citra udah nungguin kita diluar" ucap Ana.
"Ci, maafin gue tadi lama di WC nya. Lo gak apapa kan? Sebagai gantinya gua mau pulang duluan, biar Lo bisa bicara nyaman sama Sandi. Bye.." Ucap Ana sambil menyenggol badanku.
Akupun mengangguk sambil mengiyakan.
"Ci, ayo pulang" ucap Sandi.
"Hemhh".. jawabku
"Ci, maafin gue, kalau gue udah ngagetin Lo keterlaluan. Tadinya gue mau ngasih kejutan, karena hari ini gue main futsal dan berhasil ngalahin kelasnya ka Dito." Ucap Sandi menjelaskan.
"Gak apapa, ayo pergi" Akupun sedikit membuka pembicaraan selama perjalanan pulang. Hari hariku semakin dihantui dengan rasa takutku secara bersamaan, namun lagi dan lagi Sandi selalu bersamaku dan dia melindungi ku. Akupun jalan berdampingan dengan Sandi menuju gerbang luar sekolah. Rasanya seperti Dejavu.
Sekali kali aku melirik wajah Sandi sambil mengobrol masalah pelajaran. 'Tuhan, lindungi aku, dan orang orang terdekatku' ucapku dalam hati sambil melirik wajah Sandi. Akupun tersenyum melihat kearahnya.
To be continue