Hari ini adalah hari pertama dimana Aku masuk SMP, mungkin petualangan ku sudah dimulai, banyak sekali kejanggalan yang sering ku alami.
Teng nong teng nong tanda jam masuk dimulai.
Aku pun mulai belajar dengan teman teman ku. saat jam istirahat tiba, Aku melihat suatu bangunan tua yang dirobohkan sebrang lapangan, lalu ku melihat bayangan hitam yang banyak bertebaran menuju lorong dan pintu terlarang "kemana mereka" gumamku.
Akupun melanjutkan langkahku ke lorong tersebut, lalu tiba tiba Aku terjatuh, kakiku membentur sebuah meja. Di lorong tersebut ada sebuah pintu besi yang dihalangi meja, tanpa sadar kakiku menabraknya, dan "aww sakit" jeritku. lalu Aku kembali ke kelas, dan belajar kembali.
Saat istirahat kedua, Ratih teman sebangku ku menepuk pundakku "Ayo istirahat" Aku mengangguk sambil mengiyakan, setelah sampai diluar Aku lupa membawa uang "Ratih, Aku ke kelas dulu ya, lupa gak bawa uang, nanti Aku nyusul duluan aja sekalian nyimpen pulpen" . Ratihpun mengangguk, Tiba tiba pulpenku terjatuh dan tanpa sengaja orang orang berbisik lalu Aku diam diam pelan mendengarkan perkataan mereka.
Sandi : "woy, lu denger kan sekolah tetangga kita banyak yang kesurupan, lebih dari 50 siswa yang kesurupan."
Novi :"sumpah? Gua punya temen disekolah Bhakti Angkasa, apa gua sms aja ya, buat ngebuktiin kalau emang terjadi sesuatu."
Sandi : "Rumornya, itu gara gara sekolah Kita, lo tau apa?"
Novi :"Mana Gua tau? Kan Gua tau juga dari lo? Gimana sih"
Sandi : "iya juga sih, tapi Gua masih penasaran"
Mereka pun pergi ke kantin, gak lama dari situ Aku bangkit dan mengambil pulpenku. Lalu ke kelas mengambil dompet dan uangku.
"Citra" akupun mempercepat langkahku, karena Ratih memanggilku
"Sebentar" akupun tersenyum dan melanjutkan langkahku. Kitapun ke kantin dan makan bersama.
Ratih adalah sahabat terbaik, terbilang sahabat baru, karena Kita baru kenalan pas Mos kemarin.
Jam masukpun dimulai. "Ra, aku mau ngerjain dulu tugas matematika disini, kamu mau ikut?" ucap sopanku.
"Sorry Ci, aku mau pulang duluan, udah ada janji mau main sama Pacar ku". Akupun tersenyum menganggukan "oke, kapan kapan Kita belajar bareng".
Ratih pun mengangguk "baik bos, duluan ya, oh ya jangan pulang kesorean, katanya kalau udah dari jam 5 Kita harus pulang."
Aku pun mengiyakan "oke, hati hati juga ya, salam sama orang tua dan Pacar kamu" mata ku pun tiba tiba genit saat menyebut 'pacar' nya.
"Aaa..." jeritku karena tiba tiba Ratih menjitak kepalaku "Rasain, jangan genit sama Pacar orang" . "Woyyy kenal juga enggak, okelah gak bakalan genit, tapi kalau ada orangnya gak apa apalah sekali- kali".
Dan "aaaaa. . ." jitakan kedua yang dihadiahi Ratih untukku "oke oke" Aku pun menyerah, Ratihpun hanya tersenyum sambil mengejek ku yang kesakitan lalu dia pergi.
"Dasar bocah" gumamku.
Aku pun melanjutkan mengerjakan tugas. Tak terasa ini hampir jam 16.35. "kriet" terdengar dari bangku belakang. Tiba tiba pundakku merinding akupun segera mengambil peralatan dan buku untuk dimasukan ke tas dengan buru buru dan "dug" suara tempat pensil jatu "huh" gumamku, "woyyy, kenapa harus jatuh" dalam hati.
"Kriet" kursi belakangpun tiba tiba berbunyi keringatku mulai bercucuran dan Aku merasa panik Aku langsung membereskan tempat pensil yang sial nya harus jatuh saat jam jam segini. "Kriet" kursi belakangpun bergerak kembali. Akupun tak berani menoleh ke belakang, Aku langsung membawa tas lalu membuka pintu kelas, Aku lari sekeras mungkin "huh huh huh" ucapku terengah engah.
Aku menoleh ke belakang pintu kelas sambil lari lari, dan "aaa.." jeritku, lagi lagi Aku terjatuh, Aku takut, panik secara bersamaan. Aku melihat disebrang lapangan bayang hitam itu bermunculan, dan Aku ingin berteriak namun Tak bisa, Aku menahan rasa sakitku, sambil pura pura tak melihat apapun, lalu aku bangkit, dan mencoba lari dan "puk" tepukan pundakku dari belakang, kaki ku bergetar hebat, Aku gak bisa berteriak, mulutku kaku hanya untuk sekedar menangis karena getaran hebat "ci, lo gak apapa".
Aku pun memberanikan diri menoleh kebelakang "Riz" akupun menyambut tangan fariz yang menepuk pundakku. "Lo, gak apapa?" Ucap fariz, menanyakanku lagi.
"Gak-apa-pa" ucapku gugup, tak terasa tetesan air jatuh di pipiku. "Kakiku cuma keseleo"
Fariz pun mengangguk, mencoba membantuku "Ayo, Aku antar sampai gerbang sekolah" Aku terheran heran "Ayo, Aku antar Aku udah selesai latihan futsalnya" akupun mengangguk.
Karena sekolah sepi, kitapun merasa canggung, karena kakiku keseleo Aku dibantu fariz untuk jalan, dan tasku dibawa oleh dia, dia pun membuka suara "Ci, Gua tadi lihat lo lari lari di depan kelas, Gua mau teriak tunggu dan bareng, tapi lo lari kenceng banget, lalu Gua lihat lo jatuh, jadi mungkin sedikit mengagetkan lo".
Akupun tersenyum mengiyakan "iya, Aku kaget, hehe Aku kira disekolah ini udah gak ada siapa siapa, oh ya makasih banyak udah dibantuin, maaf ngerepotin".
Fariz pun mengangguk "gak apapa, nyantei aja, oh iya itu mobil jemputan lo, hati hati".
Akupun mengangguk "duluan ya, makasih banyak bantuan nya, bye".