ดาวน์โหลดแอป
50% Permata Keluarga Wilson / Chapter 2: 2. Memutuskan

บท 2: 2. Memutuskan

Di kediaman Wilson, Antony Wilson sedang duduk santai di ruang tengah ditemani oleh anak, menantu dan juga cucu-cucunya. 

"Kakek hanya mau menyampaikan pada kalian. Malam ini kita ada acara makan malam keluarga. Semua anggota keluarga akan berkumpul, tak terkecuali Arvind beserta keluarganya akan hadir!" 

"Kenapa mereka harus datang, Kek? Rumah ini sudah tenang kalau tidak ada mereka," sahut Rayyan yang tidak suka

"Rayyan, jaga ucapanmu. Bagaimana pun dia adalah Pamanmu sekaligus kakak kandung Bibi!" bentak Evita 

Agatha yang melihat dan mendengar putranya dimarahi, merasa tidak terima.

"Evita. Beraninya kau membentak putraku. Apa hakmu, hah?!" bentak Agatha

"Kalau kau tidak mau aku membentak putramu. Kau bilang pada putramu itu kalau rumah ini bukan miliknya saja. Tapi milik bersama. Jadi kakakku Arvind Wilson dan keluarganya juga punya hak yang sama di rumah ini!" bentak Evita balik

"Cukup! Aku masih hidup. Tapi kalian sudah beraninya bertengkar di depanku. Apa kalian sudah tidak memandangku lagi sebagai ayah kalian?!" bentak Antony Wilson

"Dan kalian berdua Rayyan dan Kevin. Tolong jaga sikap kalian disaat mereka ada disini. Jangan kalian melakukan apa yang pernah kalian lakukan empat bulan yang lalu pada Darel?" 

FLASHBACK ON

Darel berada di dalam kamarnya. Ia sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya, karena sebentar lagi dirinya akan menghadapi ujian kelulusan. Disaat tenggorokannya merasa haus, Darel memutuskan untuk keluar kamar untuk menuju dapur mengambil minuman.

Saat Darel sudah berada diluar kamarnya, ia berpapasan dengan Rayyan dan Kevin. Tapi Darel berusaha menghindar, karena dia tahu kalau kedua saudara sepupunya ini pasti akan mencari masalah dengannya.

Ketika Darel ingin menghindar, dengan gesitnya tangan Kevib sudah terlebih dahulu menahan bahu kirinya. 

"Kau mau kemana, Darel? Mau menghindari kita, ya?" tanya Kevin dengan senyuman liciknya. 

"Kau takut, hah? Tenang! Kami tidak akan memakanmu, kok. Kami hanya ingin bermain-main sebentar denganmu. Hehehe!!" tutur Rayyan dengan tawa khasnya.

"Lepaskan! Aku tidak pernah takut dengan siapa pun, apalagi dengan kalian? Aku hanya tidak mau bertengkar dengan kalian. Bagaimana pun kalian adalah saudaraku? Dan kalian lebih tua dariku," jawab Darel.

"Ooohh! Sudah berani melawan rupanya, hah!" bentak Kevin.

PLAAKK! 

Kevin memberikan tamparan keras di wajah Darel sampai menimbulkan luka di sudut bibirnya. 

"Aakkhh." Darel meringis kesakitan disertai air matanya yang sudah jatuh.

"Cih! Dasar cengeng. Baru ditampar sedikit saja sudah nangis. Dasar anak manja," ejek Rayyan. 

"Sudah sana pergi! Kami jijik melihat wajahmu!" bentak Kevin.

"Awas saja kalau kau berani macam-macam. Kami akan menyakitimu lebih dari ini!!" ancam Rayyan.

Saat Darel melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Rayyan dan Kevin saling memberikan tatapan dan setelah itu mereka melihat kearah Darel. Dan mereka dengan tega mendorong Darel. Seketika tubuh Darel berguling-guling di anak tangga dan berakhir naas di lantai keramik yang dingin dengan darah yang mengalir dari kepalanya.

Tanpa Rayyan dan Kevin sadari, perbuatan mereka disaksikan oleh semua kakak-kakaknya Darel. Karena pada saat itu mereka memang berencana ingin memberikan kejutan untuk sibungsu. 

"Darel!" teriak mereka semua dan berlari mengerubungi Darel. 

Mereka menatap Kevin dan Rayyan dengan tatapan amarah mereka. Sedangkan Kevin dan Rayuan sudah berlari masuk ke kamarnya Kevin.

Davian mengangkat tubuh Darel dan berlari menuju mobil dan disusul oleh Daffa, Vano, Alvaro dan Axel. Mereka membawa Darel ke rumah sakit. 

Sedangkan Nevan dan Ghali dengan amarah yang sudah memuncak mengejar Kevin dan Rayyan. Keduanya mengedor-ngedor pintu kamar Kevin seperti orang kesetanan. 

BRAKK! 

BRAKK! 

"Rayyan, Kevin. Buka pintunya!" teriak Ghali.

BRAKK! 

BRAKK! 

"Rayyan, Kevin. Kalau kalian tidak membuka pintunya sekarang, kami akan menghancurkan pintu ini!" ancam Nevan.

"Rayyan, Kevin! Jangan buat kesabaran kami habis. Buka pintunya sekarang juga!" teriak Nevan lagi.

Nevan dan Ghali saling pandang, lalu mereka mengangguk. Dan mereka pun mendobrak pintu kamar Kevin dengan sekali tendangan.

BRAKK!

Dan pintu kamar itu pun terbuka. Mereka dengan penuh amarah menarik kasar Kevin dan Rayyan keluar dari kamar.

Mereka terus menarik Kevin dan Rayyan sampai menuruni anak tangga. Saat tiba di bawah mereka berdua mendorong dengan kuat tubuh Kevin dan Rayyan sampai keduanya tersungkur ke lantai dan bertepatan dengan datangnya orang tua mereka masing-masing. 

Melihat kedua putranya diperlakukan buruk oleh Nevan dan Ghali, membuat Agatha murka.

"Apa yang sudah kalian lakukan? Apa kalian ingin membunuh putra-putraku, hah?!" bentak Agatha.

"Tanyakan saja pada kedua putra kesayanganmu itu!" teriak Nevan.

Nevan tidak peduli dia sedang berbicara dengan siapa? Sementara Agatha melihat kearah kedua putranya.

"Kami hanya bermain-main dengan Darel," jawab Kevin enteng.

"Hah! Bermain-main katamu! Bermain-main dengan cara kalian mendorong adikku dari atas tangga dan sampai tidak sadarkan diri. Apa itu yang kalian bilang hanya bermain-main, hah?!" bentak Andre.

"Apa? Darel!" lirih Adelina, lalu tatapannya beralih pada Kevin dan Rayyan. "Apa yang sudah kalian lakukan pada Darel? Kenapa kalian selalu menjahatinya?" tanya Adelina.

"Heeiiii!" teriak Agatha sambil menunjuk ke wajah Adelina. "Jangan beraninya kau memarahi kedua putraku. Hanya aku yang berhak memarahinya!" teriak Agatha.

"Kalau begitu. Lakukan tugasmu. Hukum mereka karena mereka sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal!" teriak Adelina yang tak mau kalah.

"Untuk apa aku menghukum mereka. Aku tidak melihat langsung kejadiannya. Yang melihatnya hanya kalian," jawab Agatha dengan entengnya.

"Kau tidak bisa seperti itu, Agatha. Kau harus bersikap adil. Jangan hanya anak-anak kami saja yang selalu kau salahkan. Tapi disaat anak-anakmu melakukan kesalahan, kau malah membelanya," ujar Evita.

"Kau jangan ikut campur Evita. Ini masalahku dan Adelina!" bentak Agatha.

"Kau...!!" ucap Evita terhenti saat melihat Adelina menahannya.

"Sudah aku bilang. Aku tidak melihat langsung kejadiannya. Jadi aku tidak akan menghukum putra-putraku," ucap Agatha tersenyum puas.

"Kalau aku menunjukkan buktinya padamu, Nyonya Agatha yang terhormat. Apa yang akan kau berikan padaku sebagai imbalannya?" tutur Arga yang tiba-tiba datang.

"Kenapa diam Nyonya? Ayoo, jawab pertanyaan dari adikku!" bentak Nevan.

"Atau begini saja. Aku akan perlihatkan rekaman ini ke polisi. Jadi biar polisi saja yang memberikan hukuman pada kedua bocah sialan ini! Adilkan!" ancam Arga.

"Jangan!" teriak Kevin dan Rayyan bersamaan.

"Sudahlah, Arga!! Ayoo, kita ke kantor polisi dan serahkan rekaman itu pada pihak kepolisian," sahut Nevan dan setelah itu, mereka pun segera pergi meninggalkan Agatha dan kedua putranya.

"Tunggu!" teriak Agatha. 

Arga membalikkan badannya dan menatap Agatha. "Ada apa?" 

"Apa yang kau mau dariku? Aku akan menurutinya. Asal masalah ini jangan dibawa ke polisi," pinta Agatha. 

"Aku mau kedua putramu ini jadi babu untuk adikku, Darel. Mereka berdua harus melayani Darel selama dua bulan penuh. Kalau mereka sampai melakukan kesalahan lagi, hukuman akan ditambah!" seru Arga.

"Apaa?" teriak Agatha.

"Tidak usah teriak-teriak, Bibi Agatha. Semua keputusan ada di tangan Bibi dan Bibi tinggal pilih polisi atau Darel, adik kami." Arga berucap sembari menatap remeh Agatha.

"Baiklah," jawab Agatha pasrah.

"Oke! Hukuman berlaku mulai besok," ucap Nevan.

Setelah itu, mereka semua pun pergi meninggalkan Agatha dan kedua putranya untuk menuju rumah sakit. 

"Setelah hukuman itu berakhir. Kita akan pindah dan tinggal di rumah kita sendiri, Ma. Kami tidak mau tinggal disini dan satu rumah dengan iblis!" tutur Elvan sinis.

FLASHBACK OFF

"Baik, Kek." Kevin dan Rayyan menjawab bersamaan.

"Kalau kalian tidak bisa menjaga sikap kalian, Kakek akan langsung mengambil tindakan tegas dan kalian semua tidak akan bisa melarang ataupun protes! Berlaku untuk kalian semua," ancam Antony.

***

Kediaman Arvind Wilson, Davian dan saudara-saudaranya sedang berada di kamar sibungsu Darel. 

"Kita akan pergi makan malam di rumah Kakek. Hanya makan malam saja. Setelah itu kita akan pulang ke rumah kita lagi," ucap Davian.

"Darel maukan ikut makan malam di rumah kakek??" tanya Davian. 

"Aku.. aku terserah kalian saja, Kak. Aku menurut saja bagaimana baiknya?" jawab Darel.

"Tapi Kak Davian. Bagaimana kalau mereka menyakiti Darel lagi?" tanya Evan khawatir.

"Itu tidak akan terjadi lagi, Evan. Selama kita mengawasi Darel. Tidak akan terjadi apa-apa pada Darel?" jawab Elvan.

"Hanya makan malam sajakan, Kak?" tanya Axel.

"Iya! Hanya makan malam saja," jawab Davian tersenyum. 

"Baiklah. Kami akan ikut!" seru Vano dan diangguki oleh yang lain. 

Akhirnya mereka memutuskan untuk ikut makan malam di rumah kakek mereka, Antony Wilson.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C2
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ