"Kartu ini jangan sampai hilang. Kalau hilang, kau akan berurusan dengan polisi."
Kalimat itu terus terngiang di kepala Alexa saat dia sedang mengganti pakaiannya. Hari ini adalah hari Sabtu, akhir pekan, dan juga hari pertamanya dia diperbolehkan keluar dari hotel itu untuk berjalan-jalan di sekitar sana. Lebih tepatnya, Alexa disuruh menemani Sophie jalan-jalan, karena anjing itu tampak stres terlalu lama ada di dalam ruangan.
Alexa tidak bisa bohong jika masih kepikiran dengan kalimat tuannya. Dia hanya tidak tahu jika Skylar sedang membohonginya. Dia tidak akan berurusan dengan polisi hanya karena kehilangan kartu akses naik kemari. Hanya saja, mungkin karyawan di bawah tidak akan mau memberinya kartu akses lagi seperti sebelumnya.
Saat ini pukul 11 pagi. Alexa sudah selesai berganti pakaian dan kini mengenakan mantel barunya yang berwarna krem, serta sepatu boots putih. Semua pakaiannya adalah pakaian baru yang dibelikan oleh tuannya beberapa hari lalu. Syal berwarna abu-abu sudah melilit di lehernya.
Dengan tali kekang di tangan, Alexa pun masuk ke dalam lift bersama Sophie. Anjing itu terus menggoyangkan ekornya dengan girang saat berada di dalam lift. Alexa terus memastikan kartu akses untuk naik selalu berada di dalam saku mantelnya. Tentu saja, dia sangat khawatir jika katunya sungguhan hilang.
Dingin, adalah yang pertama kali menyambut gadis itu setibanya dia di depan hotel.
"Uff, dingin." Gadis itu menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan. Jalanan di depan hotel adalah jalanan yang lebar, tapi tidak terlalu banyak dilewati kendaraan. Jalan masuk ke dalam hotel memang terpisah dari jalan raya, sehingga orang-orang yang lewat biasanya adalah calon pengunjung, atau yang memiliki tujuan di sekitar sana. Komplek tempat hotel berada adalah komplek bisnis dengan bangunan berlantai tinggi. Tentu jalanan di sana tidak seramai jalan raya, apalagi saat ini adalah akhir pekan. Hari di mana para pekerja kantoran menikmati hari libur di rumah.
Alexa sama sekali belum mengenal daerah sekitar hotel. Saat awal dia datang kemari, hari sudah malam, dan dia tak begitu tahu apa saja yang ada di sekitar sini. Sekarang, Alexa ingin menjelajah apa saja yang ada di sekitar sini. Senyumnya terpulas lebar ketika dia menyeberang jalan dan menyusuri trotoar menuju selatan.
Sekitar 25 meter dari seberang hotel, jalanan menikung ke kiri. Di sisi kiri, terdapat taman bermain. Ada kursi-kursi yang terbuat dari kayu maupun besi dan terletak di tempat rindang. Di bagian tengah taman, terdapat air mancur yang sedang tidak mengalir. Di sana, Alexa bisa melihat ada beberapa orang sedang mengajak jalan-jalan anjingnya pula. Beberapa juga sedang beristirahat dan duduk di kursi.
Karena taman itu dibatasi oleh tanaman sebatas paha, Alexa tidak bisa langsung menuju ke sana. Alih-alih, dia harus mencari jalan masuk dahulu. Dia harus berjalan sejauh 15 meter untuk menemukan jalan masuk menuju taman.
Di pinggir trotoar yang lain, Alexa bisa melihat ada beberapa truk penjual makanan. Di antaranya, ada truk penjual hot dog dan crepes. Barangkali karena mencium aroma daging yang sedang dipanggang, Sophie pun menyalak dan mulai berlari menghampiri.
"So-Sophie! Tunggu!" Karena anjing itu kelewat bersemangat, Alexa sampai tidak bisa menahannya agar Sophie tetap berada di sampingnya. Tarikan dari Sophie yang berlari bahkan nyaris membuat Alexa terjungkal. Pada akhirnya, mau tak mau Alexa pun jadi sedikit berlari untuk mengimbangi langkah Sophie, sebelum anjing itu kabur dan meninggalkannya.
Napas Alexa terengah-engah ketika langkahnya sudah berhenti di depan sebuah truk yang menjual hot dog. Aroma hot dog yang menguar, semakin membuat Sophie menyalak. Ekornya bergoyang semangat, lantas menarik-narik bagian bawah mantel Alexa, meminta dibelikan.
Pandangan mata keduanya sempat bertemu, kemudian Alexa menggeleng pada Sophie. Sebagai balasan, Sophie menyalak lagi.
"Tidak, Sophie. Aku tidak punya uang. Ayo kita jalan lagi."
Saat Alexa keluar dari tempat pelacuran, dia sedang tidak punya uang sepeser pun. Sementara itu, tuannya tadi juga tidak memberikan uang untuk jaga-jaga jika Sophie meminta dibelikan makanan. Lalu untuk gaji, Alexa jelas belum menerimanya, karena dia belum bekerja selama satu bulan di tempat itu.
Gadis itu pun berusaha menarik Sophie agar ikut pergi bersamanya. Namun seekor anjing besar yang sedang merajuk akan sangat sulit diajak berkompromi. Sophie pun mempertahankan dirinya agar tetap di sana, melawan tarikan Alexa pada tali kekangnya.
"Tidak, Sophie. Nanti saja, jalan-jalan berikutnya akan kubelikan. Ya? Ya?"
"Woof!"
Seolah tak memedulikan Alexa yang bersikeras menariknya pergi, Sophie kini mulai menaikkan kaki depannya, mencoba meraih jendela truk. Bahkan, penjual di sana pun sampai terkekeh geli. Pemandangan seperti itu bukan satu dua kali dilihatnya. Tapi tetap saja terasa menggelitik.
"Kau orang baru di sini? Atau salah satu tamu hotel?" tanya penjual hot dog. Penjual hot dog adalah seorang laki-laki berkepala gundul dan memiliki kumis tipis. Pria tersebut memberikan senyum ramah pada Alexa yang segera terlihat kikuk saat disapa.
"I-Iya. Aku baru pindah ke sini…" Alexa menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Kenapa paman tahu?"
"Hanya menebak. Lagipula, aku sedikit hafal orang-orang yang sering mengajak jalan-jalan anjingnya," balas pria itu sambil mengambil sosis di depannya dan diselipkan pada roti di tangannya. Dia pun mengulurkan hot dog tersebut ke depan Alexa. "Silakan, Nona."
"Eh? Tapi saya tidak membelinya. Saya tidak punya uang." Tangan Alexa dikibaskan di depan, berniat menolak. Dia tidak punya uang sepeser pun, mana mungkin bisa membayar. Apalagi di papan di belakang penjual tertera jika satu hot dog harganya 8 pounds.
Tapi alih-alih menarik kembali hot dog-nya, penjual itu malah memberikan pada anjing yang sedari tadi berusaha meraih jendelanya. Sophie pun menggigit hot dog itu dan mulai memakannya dengan lahap.
Sebelum Alexa meminta maaf dan berjanji untuk membayar, si penjual terkekeh, kemudian berkata, "Tidak usah bayar. Itu gratis, untuk salam perkenalanku, karena aku punya firasat kalau kita akan sering bertemu. Namaku Bob. Siapa namamu, Nona?"
"Namaku Alexa." Sepasang mata coklatnya pun menatap Sophie yang sedang menghabiskan hot dog dengan lahap. Di dalam hati, dia berpikir apakah tuannya akan marah jika dia memberi tahu apa yang dimakan Sophie saat jalan-jalan hari ini? Tak lama, dia pun tersadar dan menatap kembali pada Paman Bob. "Terima kasih hot dog-nya, Paman."
Pria itu hanya tersenyum, kemudian melambaikan tangannya ke samping, seperti memanggil orang di dekatnya. Seseorang dari truk makanan di sebelahnya pun muncul. Lebih tepatnya, orang itu hanya melongokkan kepalanya di jendela.
Orang yang melongok dari truk crepe di sebelah truk hot dog ini adalah seorang wanita berkulit hitam dengan rambut ikal. Usianya sekitar empat puluh tahun. Begitu wanita tersebut melihat Alexa, dia pun tersenyum, lantas keluar dari truk dan berjalan menghampirinya.
"Dia istriku, namanya Grace," kata Bob dari dalam truknya. "Kami sama-sama berjualan di sini, dan terkadang akan bertukar tempat kalau bosan." Setelah mengenalkan istrinya pada Alexa, kini gantian dia mengenalkan kenalan barunya pada sang istri. "Grace, ini Alexa."
"Halo, Alexa. Semoga kita bisa lebih sering bertemu." Wanita itu mendekat dan memberikan pelukan pada Alexa. Untuk pertama kalinya, Alexa bertemu dengan orang yang sangat ramah, bahkan rela memberikan hot dog gratis untuk anjing yang baru saja mereka temui.
Gadis itu pun terkekeh pelan. "Kuharap kita bisa lebih sering bertemu juga. Aku merasa seperti punya teman baru."
Untuk beberapa saat, mereka bertiga berbincang-bincang ringan, berhubung masih belum banyak pembeli yang datang. Bagi tiga orang yang baru pertama kali bertemu itu, mereka sudah bisa menciptakan suasana hangat. Bahkan, Sophie saja sampai duduk melingkar di sebelah kaki Alexa.
Meski begitu, Alexa tetap tidak mengatakan dia tinggal di mana dan apa pekerjaannya. Malah, sepertinya kedua orang di sana mengira Alexa masih sekolah, karena memang dengan umurnya sekarang, Alexa harusnya masih duduk di bangku high school.