Suara motor yang saling beradu semakin nyaring, terlebih motor bobrok Randika suara mesinnya sudah bagaikan guntur. Ketiga belas pembalap ini masih meneruskan perjuangan mereka.
Pinpin masih ada di posisi pertama sedangkan Randika mengekorinya dengan ketat.
"Bajingan, orang itu masih tidak melepas pegangan gasnya?"
Pinpin terus memantau Randika dari kaca sampingnya. Tekanan yang dia rasakan semakin besar tiap detiknya dan rasa ragu mulai muncul dari dalam hatinya.
Sebelum ini, ketika pertama kali Pinpin melihat sosok Randika di kacanya, mereka sudah melewati sebuah tikungan. Ketika dia sedikit menekan remnya, dia melihat sosok Randika yang terus memacu motornya tanpa mengerem sama sekali. Jarak di antara mereka berdua langsung menipis drastis dan satu kesalahan akan membuat Pinpin terbalap.
Randika benar-benar memberikan tekanan batin bagi dirinya.
"Bagaimana caranya dia mengimbangiku dengan motor seperti itu?"