Keesokan harinya Randika dan Inggrid berangkat bersama menuju kantor. Hal pertama yang Randika lakukan adalah pergi ke ruangan khusus di perusahaan ini yang memproduksi ramuan X.
Namun, Randika sedikit kecewa ketika sesampainya di sana. Ramuan X sama sekali tidak mengalami kemajuan dan masih membutuhkan waktu.
Randika berharap apabila ramuan X sudah jadi, dia akan menggabungkannya dengan obat merah yang diberikan kakeknya itu. Tetapi karena ramuan X tidak ada kemajuan sama sekali, dia harus melepaskan angan-angannya itu.
Kemudian Randika segera menuju lift dan hendak pergi ke ruangannya. Sesampainya dia di lantai 9, Viona hendak masuk.
"Randika!"
Melihat Randika di depannya, Viona tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Randika lalu membalas senyumannya dan keluar dari lift.
"Vi, tunggu!"
Melihat Viona yang mau turun itu, Randika langsung menahan pintu lift dengan kakinya.
"Kenapa?" Viona terlihat bingung.
Tatapan mata Randika terkunci di dada Viona, behanya sedikit longgar.