Seperti mesin pemutar waktu mundur... Zara seakan kembali pada masa dimana Aura terbaring lemah di kamar rumah sakit karena kecelakaan. Aldi seperti hilang akal ingin segera sampai pada seseorang yang begitu terpatri di hatinya.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan lumayan jauh mereka tiba ada gadis yang overdosis obat tidur. Nafas Aldi tersengal karena berjalan setengah berlari agar cepat sampai dikamar tempat Aura dirawat.
"akhirnya kamu datang Al.." lega nyonya Lidya mendapati Aldi dan Zara disana.
"kenapa Aura Tante...??"
"entahlah... semalam asisten nya menelpon Tante katanya Aura terlihat kacau beberapa hari ini, sampai nekat minum obat tidur berlebihan..." kenang nyonya Lidya berkaca "sebenarnya Aura sudah bisa berjalan normal lagi, Tante tidak habis pikir kenapa dia nekad begini... sejak semalam dia belum bangun Al..."
deg!
Aldi disergap rasa bersalah.. apa karena dirinya Aura jadi senekad itu???
Aldi memasuki kamar tempat Aura berbaring.. Zara mengekori dari belakang. Ia mengambil posisi berdiri disebelah Aldi yang duduk sambil menggenggam jemari lentik Aura.
Ikatan mereka mungkin cukup kuat,, tak lama Aura membuka matanya perlahan.
"Aldi...." bibir pucatnya membisikkan nama Aldi.
"Aura.. kamu sudah sadar..."
Desainer itu menangis
"akhirnya kamu datang Al...." lirihnya kemudian, Aldi meminta agar Aura tidak membuang energi untuk menjelaskan, saat ini kondisinya masih lemah.
"aku seneng akhirnya kamu mau nemuin aku..."
"sudah jangan berfikir macam-macam..."
"ngga Al.. aku kangen sama kamu...,"
deg!
Hati Zara merasa sedih mendengar kata 'kangen' dari wanita lain untuk suaminya. Ia tidak ingin disana dari pada hanya menambah luka hati. Namun Aldi menahannya, ia genggam kuat tangan Zara.
"kamu tau.. beberapa hari aku berusaha cari kamu... aku sudah bisa jalan lagi...tapi kamu menghindari aku Al..."
"Aura kumohon jangan begini..."
"apa kamu sudah tidak mencintai aku lagi??"
Zara tidak sekuat itu untuk mendengarkan semua yang akan diucap oleh Aura. Ia tepis kan genggaman Aldi dan membiarkan apapun akan terjadi nanti. Baginya segera keluar dari kamar itu adalah pilihan yang tepat., Aldipun tak kuasa untuk membiarkan Zara untuk tetap disana.
"Aura.. dengar.. kau tau disana orang-orang membicarakan mu.. mengatakan kalau kau seorang pelakor..." Aldi coba menjelaskan.
"aku ngga perduli Al.. apapun yang mereka katakan..,"
"Aura aku mohon,, aku tidak ingin kau terluka.. aku sudah punya istri..."
Aura melengoskan Wajah,, ada luka tapi tak berdarah. Begitu sangat menghujam jantungnya. Benar kah ini pertanda bahwa ia akan kehilangan Aldi??
"apa ini artinya kau menyukai gadis itu...??" desis Aura melelehkan air mata
Aldi menarik nafas panjang,, tidak ingin kesehatan sahabat yang dulu ia cintai akan terganggu nantinya.
"jangan berfikir dulu.. kau harus banyak istirahat..." ujarnya memperbaiki posisi selimut yang menutupi tubuh Aura
"katakan Al... apa masih ada aku dihatimu??" desaknya
Aldi menelan ludah, ia tau sifat Aura... jika ia katakan bahwa mereka tidak mungkin bersama dalam kondisi begini Aura akan lebih nekad lagi.
"tentu kau selalu di hatiku Aura..." ujarnya mengelus rambut gadis berwajah oriental yang sempat menjadi pencuri hatinya selama bertahun-tahun.
***
Duduk di kursi taman rumah sakit akan jauh lebih baik bagi Zara ketimbang harus dikamar mendengar semua yang tidak ingin ia dengar.
Seharusnya setelah semua yang terjadi dan terlewati beberapa hari terakhir hubungan nya dengan Aldi sudah seperti rumah tangga pada umumnya.
"ternyata disini..,"
Zara menengadah keasal suara, ia coba tersenyum walaupun terpaksa.
"Zara.. maaf.. apapun yang kau dengar tadi.. aku mohon jangan salah paham...."
Mata Zara mulai berkaca,, bagaimana ia tidak salah paham pada mereka, setahunya Aldi sangat mencintai Aura!
"dengar.. kita akan memulai semua dari awal... kau mau kan?? " Aldi menggenggam jemari Zara ,,, menatap penuh harap gadis itu akan bilang iya.
Sungguh ia tidak ingin kehilangan gadis itu lagi.
"ya aku mau Al..."
Aldi menyandarkan kepala Zara dibahunya.
"aku akan selesaikan urusan ku dengan Aura.. aku harap kau akan tetap bersabar..."
Zara menjawab dengan anggukan... ia berharap apa yang diucapkan Aldi sungguhan.
"terimakasih...."
Hening sejenak, mereka larut dalam perasaan masing -masing. Baru mengecap indahnya masa bersama, ada saja batu sandungan menghadang perjalanan mereka.
"Al... aku ke apartemen kak Shanum dulu ya.. mau ambil barang-barangku disana..."
"baiklah.. aku antar ya.."
"tidak usah.. kau sudah disini temani dulu kak Aura.. "
"ya.. nanti aku menyusul,, jangan pulang duluan tunggu aku datang..."
"ya..." Zara segera beranjak meski berat tapi ia harus berusaha percaya pada suaminya.
***
Untung Zara masih punya kunci serep apartemen Shanum jadi tidak sulit untuk masuk kedalam. Gadis itu mulai berkemas, lalu menyiapkan sedikit masakan untuk kakaknya, hitung-hitung dari pada tidak ada yang dikerjakan sambil menunggu Shanum pulang.
Dari luar Zara mendengar sayup-sayup seperti suara Shanum berbicara dengan seorang laki-laki didepan pintu. Zara menempelkan telinganya ke daun pintu.
"jadi kamu tinggal disini nak..."
"ya.. terimakasih sudah mengantar ku pulang..." ketus Shanum pada Derry.. sosok ayah yang ia dan Raihan lupakan.
"apa kita tidak bisa bicara dulu..."
"maaf aku lelah.. " tolak Shanum .