ดาวน์โหลดแอป

Welcome Home

"Welcome Home…" Seru Kay dengan semangat sementara Tiara hanya bisa tersenyum-senyum dari kursi rodanya.

"Ini Zidannya.." Dariel langsung mendudukkan Zidan dipangkuan Tiara. Perempuan itu begitu senang akhirnya bisa mendekap anak sendiri. Zidan meronta-ronta dan melihat keselilingnya. Mungkin dia heran kenapa banyak orang disini, Karena terlalu terkejut dia pun menangis.

"Eh…kenapa nangis?, ini Mama…" Tiara mencoba meredakannya namun anak itu masih belum mau diam malah merentangkan tangan kearah Dariel.

"Dia kaget…" Jay kini yang mengambil alih Zidan sementara Fahri langsung mendorong kuri rodanya agar mereka segera bisa masuk. Tiara merasa ini adalah pertama kalinya dia ke tempat ini. Dia tak ingat bahwa sebenarnya dia tinggal disini bersama sang suami.

"Kita bikin perayaan kecil dibelakang, jadi kita bisa makan-makan disana."

"Padahal ga usah mom…"

"Harus dong Tiara, ini perayaan kamu pulang, kita ada chef disini jadi jangan khawatir…" Kay yang sebenarnya belum tidur dari kemarin terus ceria. Mereka sama-sama berjalan kehalam belakang dimana sudah ada meja yang tersedia untuk mereka duduk bersama.

"Ravin…Ravin jangan lari-lari…" Ara melihat betapa lincahnya Ravin yang sedang bermain dengan kembarannya. Dia tertawa-tawa tak mengerti apa yang terjadi dengan para orang dewasa. Suara Ravin tertawa pun semakin keras saat melihat Davin terjatuh dari kursi akibat kejahilannya.

"Eh…eh..ga boleh gitu nanti Davin sakit. Ga lucu Ravin.."

"Dia ga liat mami…."

"Udah kamu duduk, ini mau dimulai nih makannya."

"Ga mau, aku mau berenang…" Ravin segera membuka bajunya.

"Ravin, orang-orang mau makan bukan berenang. Bang itu Ravin mulai lagi deh…" Protes Ara melihat tingkah Ravin. Hari ini mereka tak membawa sang pengasuh jadi Ara sedikit kerepotan mengurus anak-anaknya.

"Allahu akbar, Ravin pake bajunya." Dariel yang segera menghampiri anaknya. Dia menurunkan lagi baju Ravin.

"Ravin mau berenang pi…"

"Ga malu apa, itu semua udah duduk mau makan, masa kamu berenang sendiri?."

"Papi temenin.."

"Nanti lagi berenangnya, Ayo duduk…" Dariel menggiring anaknya menuju kursi miliknya. Ravin duduk dengan bibir manyunnya.

"Kenapa lagi ini?."

"Ravin pingin berenang dad…"

"Dia emang suka gitu dad, beda sendiri, cari perhatian. Kalau aku sama Dariel sibuk dia lakuin apa aja supaya keliatan."

"Makan dulu nanti boleh berenang." Kenan dengan santai membuat Ara menatap ke arahnya.

"Bener Apa?, Ravin boleh berenang Apa?."

"Daddy…"

"Udahlah kak ga papa…"

"Ravin mau makan sekarang."

"Ravin, Ravin ini belum mulai, orang berdoa dulu sebelum makan." Dariel benar-benar gemas dengan tingkah anaknya. Ravin duduk manis lagi begitu melihat mata Dariel menatap tajam kearahnya. Rupanya dia sudah mulai takut. Chef dan pelayan khusus yang siap melayani mereka dan tanpa berlama-lama Fahri langsung memimpin doa agar acara makan-makan di mulai.

"Kamu mau makan apa? Aku ambilin…" Tanya Jay penuh perhatian."

"Aku pingin Zupa-Zupa aja."

"Kamu tadi pagi makan dikit mending makan nasi."

"Ga mau, lidah aku ga enak."

"Ya udah aku ambilin…" Jay mengalah dan menuruti keinginan istrinya. Dia melangkah maju bersama Zidan dalam gendongannya.

"Itu Mama sayang, bukan orang lain."

"Ma..ma.."

"Iya mama, Zidan kan kenal mama, sayang mama masa nangis.."

"Mam…"

"Iya makan, Zidan mau makan apa? Biar Papa suapin hem…"

"Tu…" Zidan menunjuk ke salah satu makanan disana. Itu hanya sebuah pangsit dengan isian udang.

"Biar Zidan sama saya pak.." Pengasuhnya datang untuk membantu Jay.

"Ga usah bi, biar sama saya aja. Bibi makan aja.."

"Tapi pak…"

"Ga papa bi, Mama nya lagi kangen sama Zidan."

"Iya pak.." Pengasuhnya itu langsung pergi dan membiarkan Jay mengurus Zidan. Ini memang diluar kebiasaanya. Rasanya jarang-jarang Jay bisa mengasuh seperti itu. Dua pasang mata sedang mengamatinya dan tentu saja itu Tiara. Mata itu langsung beralih saat menyadari orang yang diperhatikan mulai berjalan kearahnya.

"Simpen aja disitu pak.."

"Iya pak…"

"Makasih.." Ucap Jay pada pelayan yang membawakan makanannya.

"Kamu ga makan?."

"Ini bareng Zidan.."

"Papa kaget kamu pulang sekarang Tiara.."

"Aku bosen dirumah sakit Pah, pingin dirumah aja deh pemulihannya."

"Ini adik-adik kamu, Tara sama Farel…"

"Aku inget kok sama mereka Pah.."

"Wah bagus, ingetan kamu udah semakin bertambah." Fahri senang sementara dalam hati Jay berbeda, Dia heran dari semua ingatan Tiara yang bersangsur membaik hanya dirinya yang belum benar-benar Tiara ingat. Hanya dirinya yang belum muncul dikepala Tiara. Kenapa?, kenapa bisa begitu?.

"Tadi malem dia udah inget Zidan om.."

"Pasti inget, Zidan kan anaknya.." Lagi-lagi perkataan Fahri membuat Jay merenung. Ya Zidan anaknya dan Jay adalah suaminya. Mereka berdua sama-sama memiliki hubungan dengan Tiara tapi kenapa hanya Zidan saja yang dapat Tiara ingat. Apa yang salah dengannya?.

"Mam…"

"Eh iya, Papa belum ambil lagi." Jay mengambil pangsitnya lagi dan menyuapinya sedikit demi sedikit pada mulut sang anak.

"Nanti tidurnya di depan aja dulu bang jangan di dalem, kamar abang kan kosong jadi kalo ada apa-apa bisa mommy bantuin."

"Ga papa kok mom, aku bisa.."

"Abang juga harus istirahat."

"Iya mom…"

"Suami siaga emang nih Jay…" Puji Dena yang disambut senyuman oleh menantunya.

***

Acara memang tak selesai begitu malam tapi acara ngobrol-ngobrolnya begitu memakan waktu. Jay yang ingin tidur jadi harus menahannya karena tak mungkin membiarkan Tiara sendiri. Kini setelah hari semakin gelap barulah dia bisa masuk kedalam kamarnya. Zidan sendiri sudah tertidur akibat kelelahan main.

"Sini aku bantuin.." Jay kembali meraih tangan Tiara dan membantunya berjalan menuju tempat tidur setelah sebelumnya membantu Tiara ke kamar mandi. Setelahnya giliran dia yang pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur. Belum juga pergi suara handphonenya berbunyi. Tiara sempat melihat sekilas ke arah layar handphone yang menunjukkan nama Kak Cindy. Jay segera meraihnya dan berjalan menuju balkon kamarnya.

- Halo kak,

- Malem Vier,

- Iya kenapa?

- Gimana keadaan istri kamu?.

- Ini baru pulang kerumah.

- Wah syukur deh, tadinya besok aku mau jenguk untung aku telepon dulu.

- Kondisinya sekarang udah membaik kok, makasih kak do'anya.

- Semuanya juga pasti doain buat keluarga kamu.

- Kakak sekarang gimana di kantor?, ga ada masalahkan?.

- Ga ada kok, disini juga semua berjalan dengan baik.

- Bagus deh, udah lama kayanya aku ga masuk kantor.

- Kamu kan pemiliknya mending fokus sama istri dulu.

- Iya, tapi..dia belum inget aku kak.

- Pelan-pelan juga inget vier, kamu kan suaminya.

- Hampir semua orang yang ada disini udah dia inget kecuali aku.

- Belum kali vier, sabar..

- Iya kak.

- Ya udah aku cuman mau mastiin itu aja, selamat malam.

- Malam kak.

Jay menutup teleponnya dan sejenak diam disana sendiri.

***To Be Continue


ความคิดของผู้สร้าง
Keyatma Keyatma

Author kasih spoiler dikit bibit nakalnya Ravindra hehehe

Don't forget leave comment and vote ya

Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C512
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ