Suara mesin mobil terdengar, dengan cepat Fahri membuka tirai jendela rumahnya. Dia dan Dena mengintip apa yang terjadi diluar. Dari atas mereka lihat Jay sempat memeluk Tiara lalu mencium puncak kepalanya tanpa malu bahkan anaknya itu kini masuk melewati pagar dengan bibir penuh senyum.
"Wah…ini artinya dilanjut, kasih tahu Sica sayang…" Fahri tersenyum dan mulai menjauh dari balik Tirai dan langsung menuju kamar lagi bersama Dena. Kini istrinya itu menelpon sang sahabat.
- Halo Na.
- Udah tidur lu?
- Lu nelpon cuman mau nanya gw udah tidur apa belum?
- Engga, gw sengaja mau gangguin lu sama Mas Ken.
- Pasti mau ngomongin Jay sama Tiara ya?anak gw masih ngurung diri na dikamar.
- Ngurung diri?lah yang gw liat sekarang emang siapa?
- Maksudnya?
- Jay baru aja nganterin Tiara.
- Hah?masa sih?
Jesica dibalik telepon langsung bergegas menuju kamar anaknya. Diketuknya pintu kamar Jay namun tak ada yang menyahut.
- Beneran ada disini kan?
- Duh, lagi ribut ya?gw mesti kesana ya?.
- Ka…ka…tenang dulu. Mereka ga ribut kok.
- Hasilnya gimana na?
- Gw minta maaf ya sama lu…
- Na jangan bilang gitu..
- Gw minta maaf kalo ternyata kita jadi besanan.
- Maksud lu?
- Mereka udah baikan sekarang tadi peluk-pelukan paling besok-besok cium-ciuman.
- Eh lu ya, anak lu tuh…
- Ya emang, kaya ga pernah muda aja. Kalo udah berantem hebat ngapain lagi kalo bukan mesra-mesraan.
- Pantau gitu loh na
- Tenang…ga akan berani bablas.
- Ah…syukur deh masalahnya udah selesai. Keluarga udah siap nih mau pergi ke Bali.
- Besok bisa dong sebar-sebar undangan.
- Tanya dulu anaknya.
- Iya, punya besan galak bener.
- Ya udah na makasih ya infonya, Kris nyariiin nih.
- Kris atau Mas Ken?
- Kris Dena…..
Jesica menutup teleponnya sementara Dena tertawa kecil. Benat saja sesampainya dirumah Jay segera berlari kearah pintu kamar orang tuanya. Dia mengetuk cukup keras seolah sedang melakukan penggerebekan.
"Mommy....mommy....Daddy...Bangun...." Teriak Jay membuat Ara dan Dariel yang mendengar juga segera membuka pintu.
"Ada apa?" Tanya Ara bertepatan dengan Kenan dan Jesica membuka pintu.
"Kenapa bang?ada apa?"
"Aku jadi nikah sama Tiara dad, aku harus sebar undangan dad.."
"Iya nanti besok bang, ini udah malem.."
"Duh..bikin heboh aja. Kirain ada apa. Berantem heboh, baikan apalagi." Ara kembali menutup pintunya.
"Persiapannya udah sampe mana dad?"
"Bang..udah malem, besok lagi ya kita bahas."
"Ga bisa mommy, besok kita udah mau berangkat."
"Udah tenang aja bang, Daddy udah urusin. Udah selesai. Abang sama Tiara tinggal duduk manis aja."
"Bener?"
"Bener bang.."
"Awas ya Daddy bohong."
"Mana ada Daddy bohong. Udah tidur sana. Istirahat yang cukup."
"Iya, maaf ganggu malem-malem.." Jay menurut dan mulai berjalan menuju kamarnya. Dia tersenyum girang sekarang. Kali ini dia berlari lagi kearah cermin. Menatap bayangannya atau sebenarnya dia sedang mengecek hasil cupang Tiara.
"Ini merah. Ini kaya kakak dulu..." Jay entah kenapa begitu senang dengan tanda kemerahan itu.
***
Sejak pagi Jay sudah disibukkan dengan meetingnya. Dia benar-benar sampai lupa untuk memegang handphonenya. Dia begitu fokus pada pekerjanya. Kini setelah melihat jam ditangan menunjukkan pukul 11 siang. Jay segera meraih jaketnya dan keluar ruangan. Dia pergi menghampiri Chandra.
"Nih..semuanya udah saya review dan saya kasih catatan. Kita ketemu lagi seminggu ke depan."
"Baik pak.." Chandra menerima tumpukan laproannya. Jay kini mengeluarkan amplop coklat di saku jaketnya.
"Buat kamu. Bonus udah repot ngurus jadwal saya. Makasih." Jay meletakkan amplop berisi uang itu dan pergi dengan begitu saja dengan senyuman tipis. Chandra jelas kegirangan bukan main. Dia tak menyangka akan mendapat bonus dadakan. Sepertinya mood bosnya sudah kembali. Jay segera mencari motornya dan pergi dari kantornya. Dia menjemput Tiara yang sedang bersama teman-temannya. Hari ini dia sengaja menggunakan sepeda motor agar cepat menembus kemacetan dan tak terlambat.
- Kamu dimana?Aku udah nyampe.
- Aku masih di dalem, ini aku mau bayar. Bentar ya..
Tiara masih memegangi teleponnya. Dari balik jendela Jay dapat melihat punggung Tiara sedang berdiri di meja kasir. Dia tak sendiri ada temannya juga disana termasuk Tommy yang berdiri di belakang Tiara dengan seorang pria. Kini Jay menyimpan helmnya lalu berjalan masuk untuk menemui Tiara.
"Masih ngantri?" Jay sudah ada disamping Tiara membuatnya dan Risa terkejut.
"Iya bang.."
"Ya udah aku temenin." Jay seakan ingin menujukkan kemesraannya dengan Tiara. Dia merangkul bahunya di depan Tommy.
"Bayar pisah aja ya mba table 10." Risa sambil mencari keberadaan dompetnya.
"Ga usah, berapa semuanya?" Jay dengan lantang dan mengeluarkan dompetnya.
"483.500 pak.."
"Nih..ambil kembaliannya." Jay mengeluarkan lima lembar uang kertas berwarna merah. Tiara terkejut.
"Makasih kak.." Kasir itu memberikan struknya.
"Sama-sama..." Jay meraih struknya.
"Makasih..." Risa sekarang yang berucap sambil tersenyum.
"Iya sama-sama.."
"Bang..kenapa dibayar semua?."
"Pingin aja. Udah yuk. Keburu siang.."
"Aku berapa?" Kim datang dengan Sheila.
"Tadi dibayarin Jay.." Risa langsung mengadu.
"Wah...makasih..."
"Iya sama-sama." Jay berucap lagi. Kini hampir semua orang mengucapakan terima kasih termasuk Tommy.
"Ya udah kita duluan ya. Bye.." Tiara berjalan disamping Jay sambil melambaikan tangan. Tak lupa satu tangannya menggenggam tangan Jay seakan mengkonfirmasi bahwa hubungan mereka baik-baik saja.
"Abang kesel?" Ucap Tiara karena merasa aneh tiba-tiba Jay membayarkan semua makanan mereka.
"Engga, aku ga kesel. Aku ga suka aja kamu ngantri. Kalo kamu ngantri kamu jadi harus deket dia terus."
"Aku udah coba ngehindar ga berduaan kok bang. Aku ga tahu tiba-tiba dia antri dibelakangan aku sama Angga."
"Iya ga papa.."
"Kemejanya jangan dibuka-buka dong sayang, keliatan.." Tiara dengan mesra sambil menutupi bekas merah akibat dirinya.
"Ga papa, biar orang tau. Kamu habis cupang aku." Jay tanpa malu mengatakannya.
"Ish...aku yang malu.."
"Udah yuk naik. Nanti telat.." Jay sudah siap di motornya. Tiara kini memegangi bahu Jay lalu naik perlahan dan duduk disana. Kepalanya sudah dilengkapi dengan helm. Setelah semuanya dirasa siap. Jay mulai menjalankan motornya. Kini Tiara memberikan pelukan dari belakang.
"Kamu tahu, aku paling suka naik motor bareng kamu."
"Kenapa?"
"Kalo naik motor kamu bisa peluk-peluk terus."
"Ih modus..." Tiara senyum-senyum tapi malah mengeratkan pelukannya. Ah...Jay semakin senang dibuatnya. Mereka akan pergi ke Bali untuk mempersiapkan pernikahannya. Jay semakin dibuat tak sabar sekarang.
***To Be Continue