Ara duduk berdua bersama Nayla sementara Jesica dan Tante Vani menenangkan ibu Santi yang menangis haru melihat ketiga cucunya. Dia tak henti mengeluarkan air matanya.
"Nih Mau dari Dariel.." Ara mengeluarkan sebuah cek yang sudah ditulis sebuah nominal.
"Ini apa kak?"
"Dariel pingin kamu sama ibu lepas dari ayah kamu sama Jian. Dariel ga mau mereka ngelukain kamu dan ibu." Ara menjelaskan maksudnya.
"Jangan kak. Kita bisa pergi sendiri."
"Ga papa terima aja. Dariel pingin ngebalas kebaikan kamu sama ibu dulu yang nyisihin tabungannya supaya Dariel tetep hidup."
"Tapi ini jumlahnya.."
"Jangan liat jumlahnya tapi liat niat Dariel. Dia pingin kalian membuka lembaran baru. Apalagi kamu udah ga kerja. Dia pingin kamu ngerawat ibu tapi tetep bisa cari uang pake cara lain. Nay...Dariel pingin yang terbaik buat kamu, buat ibu. Dia itu ga pernah punya adik. Dulu dia selalu iri sama aku karena aku punya adik yang bisa aku sayang tapi dia engga. Mungkin ini cara dia ngasih perhatian sama kalian. Ini tabungan Dariel sendiri loh Nay. Bertahun-tahun dia ngumpulin ini masa kalian tolak?" Ucapan Ara membuat Nayla terharu. Dia menangis sekarang.
"Aku padahal ga pernah bantuin Kak Dariel. Dia disiksa pun aku diem. Dia dimarahin pun aku diem."
"Ya udah, yang kaya gitukan udah berlalu. Biarin aja Nay. Sekarang kamu kemasin barang-barang kamu sama ibu. Kita pergi."
"Pergi?pergi kemana?"
"Dariel takut setelah hari ini mereka bakalan macem-macem sama kalian jadi sampe situasinya aman mending kalian tinggal di Apartemen aku aja."
"Kita bertahan aja disini kak.."
"Jangan nekat Nay, Ga ada kesempatan kedua kamu nolak kita ga akan bisa tolongin kamu lagi." Ara mengingatkan bahwa ini adalah pilihan terbaik dan tak ada ajakan lainnya jika Nayla tidak menurut. Wanita itu kini mengangguk dan langsung memeluk Ara mengucapkan terimakasih berpuluh-puluh kali dalam tangisannya. Sementara itu di depan Kenan masih berbicara dengan ancamannya.
"Pak...saya ga bermaksud menganggu Keluarga bapak. Saya kembalikan uangnya pak.." Ikhsan dengan nada melemah padahal sebelumnya dia begitu angkuh. Kenan tertawa kecil meledek. Diraihnya lagi cek itu.
"Cukup segini pak?" Tanya Kenan pada Pak Stefan. Orang tua itu kini menggelengkan kepalanya.
"Katanya ga cukup pak ganti ruginya." Kenan dengan puas membuat Ikhsan bingung.
"Duh...pegel duduk terus." Kenan mulai berdiri dan tak menanggaoi pernyataan ikhsan tadi. Dia kini melihat keseliling ruangan seolah menelisik rumah itu.
"Bagus juga rumahnya, pasti design sendiri ya. Hm....saya punya penawaran bagus pak. Saya ambil rumah bapak dan semua lunas." Kenan tanpa ampun mengambil semua harta bendanya.
"Ja..jangan pak nanti saya tinggal dimana?"
"Tinggal dimana?kamu ga pernah pikirin itu dulu!!kamu pikir Dariel dulu tinggal dimana waktu kamu usir?!!" Pak Stefan geram dengan pernyataan lelaki tua itu. Jian yang sedari menyaksikan pun tak bisa berbuat apa-apa.
"Saya kasih waktu seminggu pak buat tinggalin rumah ini, dalam seminggu saya masih liat wajah bapak dan Jian bapak tanggung akibatnya. Pertama urusan hutang piutang kita belum selesai yang entah berapa nominalnya, kedua semua orang tahu tentang kejahatan bapak." Kenan tak mau berlama-lama bersama orang terkutut itu.
"Riel..panggil Ara.."
"Iya dad.." Dariel bergegas pergi meskipun dia belum tahu seluk beluk rumah ini. Kini keluarganya datang dan keluar.
"Kamu mau kemana?" Tanya Jian pada Nayla. Mata dia juga terkejut melihat ibunya sudah membawa tas.
"Udah masuk aja ke dalam mobil." Kenan langsung memberi perintah.
"Heh...kamu ga bisa ninggalin saya kaya gini!!ini semua gara-gara anak kamu!!" Ikhsan menarik istrinya. Kenan langsung menatap Reno seakan memberi instruksi. Kini Reno dan Erik memegai Ikhsan dan Jian agar tak mengganggu siapapun yang lewat. Dariel melindungi ketiga anaknya.
"Semua urusan jual beli rumah ini silahkan diurus dengan dua orang kepercayaan saya. Saya ga mau ada yang tertinggal sedikitpun. Ini adalah pertama dan terakhir saya menginjakkan kaki dirumah ini." Kenan segera berlalu menyusul pak Stefan.
"Pak..saya mohon pak kasih kesempatan." Teriak Ikhsan memanggil Kenan. Langkahnya kini terhenti. Dia lalu berbalik dan menghampiri Ikhsan.
"Pak...waktu bapak tinggalin Dariel dia bahkan ga pernah tahu. Dia bangun lalu dia sadar ga ada seorangpun dirumahnya. Tiba-tiba ada beberapa orang datang ngusir dia tanpa tahu apa yang terjadi. Saya, hari ini datang ngasih tahu bapak untuk pergi bahkan saya kasih waktu seminggu. Apa itu ga lebih dari cukup?saya bisa aja pake cara bapak dulu tapi saya lebih manusiawi. Saya ga benci bapak atau pun Jian tapi saya pingin kasih tahu tindakan itu salah. Gimana posisinya dibalik sekarang pak?ga enak?bayangin waktu itu anak 14 tahun bapak tinggalin setelah disiksa habis-habisan. Dia bahkan ga pernah punya kesempatan buat memohon sama bapak. Harapan saya setelah ini bapak berubah. Diusia kita pak perbanyak ibadah ketimbang dosa." Kenan kini menceramahi Ikhsan dengan argumennya.
"Saya ga mau ada pertemuan kedua diantara kita kalau pun harus bertemu dijalan, saya harap bapak sudah menjadi manusia yang lebih baik lagi dan mengajari anak bapak sendiri bagaimana bertanggung jawab." Kenan menatap dengan yakin kedua bola mata ikhsan yang kini berkaca-kaca. Kini Kenan melangkah dengan senang hati keluar rumah sambil menyobek kan kertas cek yang sempat ditulis Ikhsan tadi. Bagi Kenan tak boleh ada sepeserpun yang keluar dari uang Dariel. Penderitaannya bahkan sudah lebih dari cukup untuk membayar semua biaya hidupnya dulu dan penderitaan itu kini dibayar Lunas tak bersisa.
"Ayo pak.." Kenan menutup pintunya dan membuat pak Kahar langsung pergi dari tempat terkutuk itu.
"Gimana Mas?"
"Udah selesai sayang. Ga usah khawatir lagi ya."
"Mereka ga akan berniat ganggu kita lagikan?mungkin mereka sakit hati."
"Insyaallah engga. Mas liat dari matanya juga kayanya mereka nyesel. Mereka udah salah orang ganggu kita."
"Reno sama Erik ga akan ngapa-ngapain kan Mas?jangan pake kekerasan loh Mas."
"Engga sayang, mereka cuman gertakan aja. Mas suruh mereka urus jual beli rumahnya aja."
"Terus rumahnya mau diapain?"
"Kasihin sama Nayla dan ibunya. Biar mereka tinggal disitu berdua."
"Kalo mereka datang lagi gimana?"
"Engga sayang. Mas udah lapor polisi soal kejahatan ikhsan. Gimanapun dia udah pake uang rakyat, dia udah berbuat salah. Belum ketahuan aja sekarang. Jian juga ternyata ada riwayat pencurian uang dikantor sebelumnya makannya dia susah cari kerja. Mereka juga bakalan dapat rumah baru. Daripada bingung tinggal dimana, Mas kasih rumah baru yang lebih menyenangkan dan banyak orang, mana makan gratiskan." Canda Kenan.
"Pulang dari Mekkah jadi Mekkah bener deh makin bijaksana.."
"Berarti doa Mas disana dikabul. Mas minta dimudahkan hari ini eh beneran dimudahkan. Yang penting masalahnya udah selesai sayang. Sekarang tinggal urus Jay sama Kay. Katanya mau ngerayain ulang tahun mereka di Australi."
"Iya, kita kesana ya Mas.."
"Iya sayang, nanti Mas siapin keperluannya apalagi bawa Triplets." Kenan akhirnya merasakan lega dengan terselesaikannya masalah Dariel dengan ayah Tirinya.
****To be continue