ดาวน์โหลดแอป
71.59% I don't know you, but I Married you / Chapter 373: Rujuk

ตอน 373: Rujuk

Ara merasakan dekapan Dariel tak sekuat tadi. Perlahan tapi pasti Dariel mulai melonggarkan pelukannya. Semakin lama bahkan tangan itu menjauh pergi. Tempat tidurnya bergetar lagi. Dariel kini tak bisa tidur jadinya. Dariel melipat salah satu tangannya dan dia letakkan dibawah kepalanya seakan menjadi tambahan bantal. Dia masih tidur miring memperhatikan punggung Ara. Matanya kini terpejam seakan mencoba menerima kenyataan pahit yang harus diterimanya. Ara membalikkan badannya dan tepat dihadapannya dua pasang bola mata memandangnya dengan sedih. Tatapan itu Ara balas dan kini giliran tangan Ara menyentuh rahang suaminya yang terlihat berbulu.

"Aku ga selingkuh bang. Dia yang ganggu aku. Aku selalu berusaha nolak tapi dia kejar aku. Abang salah paham waktu itu. Dia maksa aku dan aku berusaha bilang kalo aku ga mau berurusan lagi sama dia karena aku udah cukup bahagia sama Abang. Aku bahkan udah punya anak-anak yang selama ini aku tunggu." Ara menjelaskan sesuatu yang seharusnya Dariel dengan waktu itu.

"Apa Abang masih ragu sama aku?" Tanya Ara lagi. Dariel meraih tangan Ara dan membawanya kearah bibirnya lalu mengecupnya disana.

"Abang percaya sama kamu." Jawaban Dariel membuat Ara semakin mendekat.

"Kasih Abang kesempatan. Semarah apapun, Abang ga pernah kepikiran buat pake jalan pisah." Dariel memohon. Ara menjawabnya dengan anggukan kecil. Dariel mulai tersenyum.

"Abang sayang kamu." Dariel mengecup kening Ara lalu menariknya dalam dekapannya sementara istrinya itu meletakannya tangannya dipinggang Dariel.

"Abang denger kamu sakit."

"Kemarin lemes aja."

"Gara-gara Abang?maaf. Sekarang kamu istirahat." Dariel memberi usapan kecil dipunggung Ara.

"Maaf sikap aku bikin salah paham."

"Kita mulai lagi dari awal. Ga ada dia. Dia cuman penganggu aja. Abang bakalan lebih percaya kamu mulai sekarang."

"Makasih." Ara mulai tersenyum sekarang. Hari ini dia bisa tidur nyenyak lagi tanpa ada pikiran berpisah atau apapun yang membuatnya bermimpi buruk.

****

Selepas sarapan tadi entah ada angin apa Ara langsung memeluk Kenan mencium pipinya.

"Makasih Daddy. Aku sayang Daddy." Ara melingkarkan tangannya di pinggang Kenan.

"Daddy sayang kakak juga. Kenapa sayang?" Kenan tanpa merasa heran apapun membalas pelukan anaknya.

"Ga papa aku pingin peluk Daddy."

"Dariel ada macem-macem sama kakak?"

"Engga ga ada dad.."

"Udah ya jangan sedih-sedih. Daddy ga suka liatnya." Ucapan Kenan dijawab anggukan oleh Ara.

"Pelan-pelan Kris.." Suara Jesica terdengar. Dia berjalan mendekat mereka sambil menggandeng Putra kecilnya.

"Makasih mommy.." Kini giliran Jesica yang Ara peluk. Mata Jesica menatap Kenan yang langsung mengangkat bahunya.

"Udah ga sakit lagi kakak?"

"Udah engga. Makasih mommy udah bantuin. Aku sayang mommy."

"Ih..gemes ada angin apa kakak begini?" Jesica membalas pelukan Ara.

"Sehat-sehat ya kakak. Kalo kakak ga sehat gimana ngurus anaknya sayang."

"Iya mommy."

"Mommy sayang kakak.."

"Mom...Klis mau mom.."

"Mau apa?" Jesica melihat kearah Kris.

"Gendong mom, gendong.." Kris merengek.

"Ah...Kris, kali-kali kakak dong yang dimanjain mommy." Ara memanasi dengan tetap memeluk Jesica.

"Kakak awas..kakak sana.." Kris mendorong kaki Ara sementara Kenan senyum-senyum.

"Mommy gendong..." Kris melompat-lompat.

"Sini Kris sama Daddy."

"Ga mau!!pingin mommy. Mommy punya Klis."

"Enak aja. Mommy punya kakak."

"Udah kak nanti nangis anaknya." Jesica melonggarkan pelukannya.

"Mommy tuh udah jelas punya Daddy." Kenan lebih menggoda Kris dengan merangkulnya. Kini Jesica menggapai anaknya.

"Kris udah gede sayang. Berat kalo mommy Gendong-gendong."

"Kakak nakal." Kris mengadu.

"Iya ih udah mau masuk sekolah masih rewel." Ara meledek.

"Dariel mana?kok belum turun?"

"Masih tidur, ngantuk kali habis dari Medan kemarin mom."

"Anak-anak?"

"Ini aku mau keatas mau cek. Kalo tadi masih pada tidur."

"Mandiin dulu sayang."

"Iya mommy."

"Ran sama Kay kok belum Daddy liat?"

"Lagi prepare kali Mas, besok kita anter ke bandara ya."

"Oh iya lupa Mas kalo mereka mau ke Australia lagi."

"Iya mereka ke Australia, mommy sama Daddy ke Hawai."

"Kakak baik-baik dirumah ya. Sebelum Daddy ke Hawai pokoknya urusan kakak udah selesai. Kalo ada apa-apa bilang Daddy. Daddy udah suruh Mario sama Erik nemenin pak Nana sementara."

"Iya Daddy. Ah....Daddy the best. Daddy hati-hati ya sama mommy, sama Kris sampe pulang lagi." Ara menyelipkan lagi tangannya dipinggang Kenan.

"Apa ga mau cari baby sitter sayang?kamu ga bisa ngurus sendiri. Kecapean nanti mana dirumah cuman ada bibi yang bantu masak aja."

"Iya dad nanti aku cari."

"Kalo Dariel udah bangun suruh temuin Daddy."

"Iya dad.."

"Ya udah liat anak-anak dulu sana." Kenan membuat Ara segera naik ke kamarnya. Disana Dariel masih tertidur sementara sayup-sayup terdengar suara salah satu anaknya.

"Karin udah bangun sayang. Sini...bangunin papi." Ara menggendong anaknya lalu berjalan menuju ranjangnya. Dia duduk disana dan membaringkan Karin tepat disamping Dariel yang sedang tengkurap.

"Papi bangun...papi bangun..." Ara memainkan tangan Karin untuk menyentuk wajah Dariel sementara ayahnya itu masih terlelap.

"Bangun....papi...." Ara terus mengusap pelan wajahnya dengan tangan mungil Karin.

"Hem..." Jawab Dariel.

"Pi...Karin pingin jalan-jalan. Bangun..." Ara terus berusaha membangunkan Dariel. Suaminya itu kini membalikkan badannya. Meregangkan badannya. Mengusap matanya sebentar lalu perlahan menadang Karin yang ada disampingnya bersama Ara.

"Mau jalan-jalan kemana?"

"Belanja kek atau kemana gitu, anak-anak kan udah boleh keluar."

"Itu sih kemauan maminya." Dariel mengangkat Karin ke dadanya.

"Bosen dong udah sebulan ini aku dirumah."

"Iya sayang, sebelum pulang kita jalan-jalan dulu." Dariel mengusap-usap pelan punggung Karin. Tidak lama suara kembar lainnya mengikuti. Ara segera mengambil keduanya.

"Karin belum mandi bang, aku mandiin dulu deh satu-satu."

"Anak papi belum mandi?sama dong. Mandi sama papi yuk." Dariel perlahan mulai bangkit. Dia duduk sebentar lalu berdiri melihat Ravin dan Davin.

"Biar Abang yang mandiin Ravin sama Davin kamu mandiin Karin nih."

"Abang juga mandi, Daddy nyariin."

"Iya Abang mandi kalo udah anak-anak mandi." Dariel lalu menyiapkan air untuk anak-anaknya. Dariel meraih Ravin dulu. Dia membasuh anaknya dengan air hangat membuat anaknya bergerak-gerak.

"Ravin udah ga nangis lagi ya sekarang?Ravin pingin mami sama papi baikan ya?" Dariel mengajak bicara anaknya.

"Anak pinter, udah ini papi kasih hadiah." Dariel terus mengajak ngobrol anaknya sampai akhirnya dia selesai dan membawa anaknya dengan handuk.

"Nih kamu bajuin aja, biar Abang yang mandi-mandiin." Dariel sangat perhatian sekarang. Dia membaringkan Ravin di tempat tidur sementara Ara mengeringkan badannya.

"Ayo siapa lagi? Davin dulu ya..." Dariel gemas dengan kedua anaknya. Kini dia pergi menuju kamar mandi lagi. Ara senyum-senyum sendiri. Dia bahagia sekarang.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C373
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ