Jesica memandang foto yang diberikan Katerina padanya. Dalam foto itu terlihat jelas Kenan berjalan berdampingan dengan Marsha. Sudah gila kali kenan malah mencari api baru dengan menggoda calon besannya sendiri. Pikir Jesica yang kini hanya senyum sinis saja.
- Ka, mau gw samperin?
Katerina kini menelpon Jesica. Rupanya kejadian itu sempat terlihat dimata Katerina tadi yang berada dimall yang sama dengan Kenan berada.
- Ga usah kat biarin aja.
- Yakin?
- Gw udah ga peduli deh Mas Ken mau ngapain. Mau main cewek kek, mau main judi kek. Yang gw pikirin sekarang cuman anak-anak gw aja.
- Sabar kak, lu lagi diuji nih.
- Gw udah pasrah, terserah deh mereka mau main dibelakang gw juga.
- Gw sih ga ga mau berpikir jelek awalnya tapi kalo jalan berdua sama Marsha kaya kurang pantes aja gitu.
- Gw ga tahu harus gimana Kat, dirumah kacau banget. Gw ga betah tapi…kalo gw tunjukkin itu semua Kay pasti mikir yang macem-macem. Belum anak-anak gw yang lain Kat, tadi pagi aja kakaknya udah berantem tuh sama Mas Ken.
- Kok jadi gini ka?
- Gw juga ga paham Kat. Gw pikir Respon Mas Ken ga sampe kaya gini tapi dia sekarang jadi mudah marah, moodnya selalu jelek. Kris aja berani dia bentak sekarang.
- Badai pasti berlalu ka.
- Ya udah, gw tutup dulu ya, ini anak gw Kris ga mau diem.
- Iya ka, sabar ya…
- Iya makasih Kat.
Jesica menyimpan Handphonenya dan Kembali mengasuh Kris yang terus bertingkah di depannya sementara pembantunya bi Tini sudah pulang sejak jam 4 sore tadi.
"Kris mandi dulu yuk, ntar mommy kasih ice cream."
"Ice cream mom?" Kris langsung berhenti memainkan robotnya.
"Iya sayang tapi Kris mandi dulu. Bau asem ih udah nemenin mommy seharian."
"Iya mommy tapi 2 ice creamnya."
"Iya 2 sayang.." Jesica menuntun Kris menuju kamarnya. Disaat yang bersamaan Kenan baru saja sampai begitupun Jay yang keluar dari kamarnya. Kenan duduk dengan lelah sambil menyimpan tas belanja yang dibawanya.
"Baru pulang dad?"
"Iya, mommy mana?"
"Kayanya tadi keatas sama Kris."
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau lihat kebun aku dibelakang, udah lama ga aku urusin."
"Oh iya daddy juga lupa." Kenan bersandar lagi.
"Daddy…" Jay kini mendekati ayahnya. Dia duduk disamping Kenan.
"Apa daddy ga bisa maafin Kay?"
"Jay..daddy lagi cape bahas itu."
"Kay itu pelindung aku dad. Dia itu satu-satunya orang dirumah yang selalu bilang ga papa sambil senyum padahal sebenernya dia kesakitan. Daddy selalu bilang boleh bikin anak tapi kalo udah nikah, nyatanya kata-kata daddy itu dilanggar Kay. Kay ceritain ke aku itu salah, dia nyesel. Dad..Kay ga berniat bikin ulah dan nyontohin itu ke aku, tanpa harus liat Kay pun aku ga akan pernah ngelakuin itu. Buat aku Kay udah jadi kakak yang baik. Dari kecil dia banyak berkorban buat aku tapi daddy ga pernah tahu dan aku ga pernah bilang. Aku pasti nurut sama daddy jadi boleh sekarang aku minta daddy dengerin aku?aku pingin daddy baikan sama Kay, aku pingin daddy baikan sama mommy sama kakak. Aku ga bisa liat itu. Tujuan aku pulang bukan itu. Biasanya kita kalo ada masalah dihadepin bareng-bareng dad. Kita ga akan tinggalin Kay sendiri kan dad?" Tanya Jay membuat Kenan duduk tegak sekarang.
"Kayanya daddy punya anak-anak yang pinter. Kakak sama Jay udah berani tegur daddy. Ga papa itu bener, daddy yang salah. Makasih ya daddy udah diingetin. Jay yang daddy liat sekarang udah jauh lebih dewasa. Jay udah mandiri, pola pikirnya juga udah beda. Makasih. Kasih daddy waktu ya. Daddy janji hari ini pasti beres dan yang pasti kita ga akan pernah ninggalin Kay. Semarah-marahnya daddy ga mungkin daddy ninggalin istri sama anak daddy sendiri apalagi kesusahan."
"Janji ya dad.."
"Janji."
"Aku ga mau liat daddy marahin Kay lagi atau berantem sama kakak apalagi sama mommy."
"Kalo gitu bantuin daddy."
"Apa?"
"Pesenin tempat buat kita makan bareng, kita udah lama ga kumpul-kumpulkan? Dibanding berantem mending kita seneng-seneng."
"Iya dad.." Jay tersenyum sekarang dia langsung mencari handphonenya sambil berjalan menuju kebunnya. Hari ini rasanya banyak teguran-teguran yang menampar diri Kenan secara tidak langsung. Kenan Mukai tersadar sekarang. Dia sudah salah memaki terus Kay. Menyalahkannya berulang kali bahkan mencampakkan anaknya begitu saja. Dia hampir kehilangan kepercayaan keluarganya. Jesica jelas orang pertama yang sudah tak terlalu mempedulikan Kenan. Selama ini dia hanya berusaha menjalankan tugasnya sebagai seorang istri di hadapan Kenan dan hal itu membuat rumah tangga mereka sedikit hambar. Tak ada lagi sapaan romantis atau tindakan yang menyentuh hati sekarang. Belum lagi kedua anaknya ikut menegur Kenan dengan caranya masing-masing membuat Kenan semakin tahu bahwa dia hanya melihat sisi terburuk Kay tanpa melihat begitupun banyak kebaikan yang dia juga sudah lakukan. Kenan menyesali perbuatannya sekarang. Dia sudah bertindak terlalu jauh. Kini kakinya melangkah untuk mencari istrinya terlebih dahulu dan baru saja sampai anak tangga teratas Kenan melihat Jesica sedang menyisir rambut anaknya di teras balkon. Kris dengan lahap memakan ice creamnya. Menyendokkan ice cream sampai penuh untuk segera dia masukkan kembali kemulutnya. Tampilan Jesica sudah tak karuan. Dia masih memakai kemeja kerjanya dengan rambut diikat setengah sementara celana jinsnya tampak dibasahi oleh handuk yang ada dipangkuannya.
"Sayang…" Panggil Kenan sambil berjalan menghampirinya.
"Kris ayo ikut mommy ke dapur. Mommy mau bikin minum dulu buat Daddy."
"Biar Mas aja yang jaga Kris."
"Ga papa aku aja. Mau minum apa?"
"Ga usah, Mas ga haus." Kenan menolak. Dilihatnya lagi Jesica yang tak sekalipun memandangnya. Dia sibuk memperhatikan Kris yang kini tampak belepotan karena ice cream cairan berada di sekitar mulutnya. Jesica mengelap mulut Kris dengan handuk yang masih ada dipangkuannya.
"Jay....Jay...." Teriak Kenan membuat anaknya datang.
"Iya dad."
"Jagain Kris dong bentar. Daddy mau ngobrol dulu sama mommy."
"Kris ayo main sama Abang .."
"Ga mau."
"Abang punya ice cream lagi ayo buka.."
"Bohong."
"Makannya ikut jadi tahu..."
"Ikut Abang dulu sebentar ya sayang nanti mommy nyusul." Jesica segera membujuk Kris yang kini berjalan dengan wadah ice cream ditangannya. Kris benar-benar menjadi anak penurut jika sudah Jesica yang meminta. Setelah keduanya pergi Kenan duduk semakin dekat dengan istrinya. Kedua tangannya kini memegangi tangan Jesica.
*** To Be Continue