Suara hak sepatu Ara terdengar saat berjalan kearah Lift yang berada di Lobi. Beberapa pasang mata memandanginya kagum sementara yang lainnya iri. Dengan gaya casualnya Ara mulai memasuki liftnya dan ditemani sang satpam karena dia tahu jika memasukin gedung Aderald group ini harus menggunakan akses kartu yang sama persis dengan sistem keamanan di kantornya. Ini bukan pertama kalinya Ara berkunjung ke gedung Adelard Group tapi entah kenapa dia selalu merasakan perubahan-perubahan di area tempat kerja suaminya itu.
"Siang Bu..." Sapa Jonathan dengan tersenyum begitupun Nayla yang ada disampingnya langsung berdiri dan tersenyum. Selesai dengan sambutan itu Ara mulai membuka pintu ruang kerja Dariel.
"Halo sayang..." Sapa Dariel sebentar lalu kembali melihat dokumennya.
"Katanya Jonathan yang mau jemput aku dibawah tapi malah satpam yang bantuin aku."
"Oh gitu?maaf deh lain kali kamu ga usah gitu lagi, abang udah minta kartu akses khusus buat kamu sayang."
"Mana?"
"Katanya nanti dianterin kesini."
"Bang, sini dong ngobrolnya."
"Iya bentar sayang, Abang tanda tangan dulu dokumennya." Dariel dengan cepat membaca duku lalu mendatangi setelah itu dia memangil Nayla.
"Nay udah saya tanda tangani, ada lagi ga yang masih ngegantung disaya?"
"Udah selesai pak.."
"Ya udah, tolong bikinin jadwal meeting sama tim HC dan sysdur ya.."
"Siap pak." Ucap Nayla. Diliriknya Ara sebentar yang masih memainkan Handphonenya. Sepertinya Ara memang sudah cuek dengan kehadiran Nayla.
"Ya udah kamu boleh balik lagi, makasih."
"Sama-sama pak." Ucap Nayla kemudian pergi dari ruangannya. Dariel berdiri sekarang lalu menghampiri istrinya.
"Kenapa sayang?" Dariel sambil mengecup puncak kepala Ara.
"Sibuk banget kayanya..."
"Udah engga kok. Kamu tumben pingin kesini sayang, kenapa?"
"Ngecek suami aku selingkuh ga." Canda Ara.
"Ya ampun masa sih abang gitu."
"Katanya Abang mau ngenalin aku sama Nayla." Suara Ara membuat Dariel terkejut. Kenapa Ara mengatakan hal itu?bukankah dia tidak mau?kenapa sekarang dia berubah pikiran?. Rasanya baru kemarin telinga Dariel mendengar Ara membenci keluarganya.
"Kemarin-kemarin katanya kamu ga mau sayang."
"Ga papa, mana panggil sini orangnya."
"Ga usah. Abang ga maksa."
"Maafin aku, kayanya kemarin aku terlalu kasar sama Abang." Ara lalu mengecup pipi Dariel dan setelahnya mengelus dengan lembut pipi merona itu.
"Engga kok, Abang ngerti."
"Ya udah panggilin orangnya atau aku yang samperin."
"Bentar..." Dariel lalu memanggil sekretarisnya itu lagi. Nayla datang dengan secepat kilat. Kini Ara berdiri dan memandang sosok Nayla yang selama ini selalu dia lewatkan. Dia memang ke kantor tapi dia sama sekali tak memperhatikan Nayla setelah jnsiden salah paham itu. Butuh waktu cukup lama bagi Ara untuk menerima anggota keluarga Dariel yang dia benci.
"Nay, kayanya kemarin-kemarin belum kenalan resmi ya, kenalin ini istri aku..." Dariel sambil merangkul Ara.
"Arabella." Ucapnya sambil mengulurkan tangan. Kini tangan itu disambut baik oleh Nayla. Dia menjabat sambil menyebutkan namanya sendiri. Tidak lupa dia tambahkan senyuman diwajahnya untuk menunjukkan kesan ramah.
"Udah mau jam istirahat nih, kita makan bareng aja yuk, mau ga?"
"Hm..." Nayla berpikir.
"Udah yuk, ga papa Nay.." Dariel memaksa sambil mencari kunci mobilnya.
"Iya pak, saya ambil tas dulu." Nayla masih malu-malu. Dia tak tahu harus berbuat apa, yang ada dihadapannya sekarang adalah anak pemilik perusahaannya bekerja. Jelas Dariel sangat beruntung bisa menikahinya.
"Makasih sayang." Dariel mendekap tubuh Ara dengan bahagia. Dia senang Ara bisa menerima Nayla.
"Masa gitu doang?"
"Iya-iya." Dariel lalu mengecup bibir Ara dengan penuh senyuman menghiasi bibirnya.
***
Sambil memperhatikan si kecil Kris Kenan bermanja-manja kepada istrinya. Sekarang ia tampak duduk memeluk Jesica yang ada didepannya. Sementara Jesica bersandar di dada suaminya sambil memperhatikan acara tv.
"Mas jangan lupa transferin uang bulanan buat anak-anak."
"Udah sayang.."
"Kay cerita bulan ini mau pulang katanya Kiran wisuda."
"Wah Kiran udah wisuda aja."
"Mas mau ngasih hadiah apa?"
"Hadiah apa ya?Mas belum kepikiran sayang. Menurut kamu apa?"
"Aku pingin kasih hadiah sepatu."
"Ya udah bilang aja dari kita."
"Ga kreatif nih Mas."
"Kalo soal hadiah, udah bingung mau ngasih apa yang."
"Mommy...." Kris berlari menghampiri ibunya kemudian duduk diatas karpet dan mulai mencurat coret buku gambarnya.
"Kris tuh kaya Jay, kalo nulisnya pake tangan kiri udah aku ajarin pake tangan kanan balik lagi ke tangan kiri."
"Kalo Jay lebih hebat, nulis aja kanan kiri bisa cuman kayanya emang dia enak pake tangan kiri."
"Jadi kangen sama Abang Jay.." Jesica segera mengambil handphonenya dan melakukan video call. Cukup lama Jesica menunggu akhirnya anaknya itu muncul dalam layar kaca.
- Iya mommy...
- Abang lagi apa?
- Aku baru selesai mandi.
- Bang ih jangan kebiasaan ya mandi malem sakit loh ntar.
- Iya mommy,
"Kris, Kris sini ada Abang..." Panggil Jesica membuat Kris segera berlari kearahnya.
- Halo Kris.
- Abang Jay mom, Abang Kay?
Kris sambil memandang kearah ibunya. Dengan segera Jesica melakukan panggilan juga kepada anak kembarnya yang lain.
- Halo
Suara Kay terdengar disertai wajahnya.
- Abang....
Kris berteriak membuat Kay tersenyum.
- Kris lagi apa?
Tanya Kay gemas dengan adiknya.
- Lagi nulis.
- Udah bisa nulis emang?
- Udah.
- Gimana sama Ran kemarin di Australia sayang?
- Kita jalan-jalan aja kok mom, belanja-belanja, wisata kuliner...
- Abang Kay pulang bulan depan, kalo Jay kapan?
Kini giliran Kenan berbicara.
- Ada acara apa Kay pulang?
- Ran wisuda Jay, aku mau datang.
- Ya udah nanti aku usahain pulang.
- Aku cuman 2 hari di Indonesia.
- Abang-abangnya mommy suaranya tambah macho aja.
- Mom Klis macho mom.
- Iya Kris juga.
- Mom Klis Abang mom..
- Abang?Kris tuh ade.
Kay sambil tertawa meledek adiknya.
- Dad Klis pingin jadi Abang.
- Iya nanti sayang.
- Mommy mau hamil lagi?.
Jay terkejut dengan Jawaban Kenan tadi.
- Engga Abang, masa mommy hamil.
- Uang udah Daddy transfer ya, pake baik-baik.
- Iya dad, makasih.
- Hati-hati ya kalian disana, jangan macem-macem.
- Iya mom...
Jay dan Kay kompak.
- Dad...uda wisuda Ran, dia aku lamar ya.
- Hah?lamar?nanti ajalah Kay, kamu lulus aja dulu.
- Ayolah dad supaya aku ada temen disini.
- Tanggung Kay, 2 tahun lagi. Kenapa?Kiran udah nanya-nanya?.
- Engga, ini keinginan aku.
- Ntar aja deh kita bicarain, kalian pokoknya sekolah aja.
- Iya dad.
Kay menjawab sementara Jay hanya mengangguk. Dia tak tahu kenapa kembarannya mendadak ingin menikahi kekasihnya.
- Dad...kalo Kay boleh, aku juga boleh dong.
- Abang Jay... Tiara masih kuliah loh,
Jesica langsung menolak.
- Tapikan bentar lagi juga selesai mom.
- Iya Tiara, Abang bukannya mau lanjut?
- Iya tapi... Aku pingin nikah aja, hidup bahagia kaya dongeng-dongeng.
- Nih duo aneh mulai deh yang satu pingin ini yang sau ikutan. Udah kata Daddy sekolah dulu, kaya udah bisa berkeluarga aja, emang gampang apa?
Kenan menghentikan perdebatan mengenai pernikahan kedua anak kembarnya.
- Dad...Klis pingin nikah.
- Nih apalagi bocah kecil. Pipis aja masih suka dicelana minta nikah.
Kenan mendekap pinggang Kris yang ada dipangkuan Jesica dengan gemas sementara Abang-abangnya hanya tertawa. Kris selalu mengikuti ucapan yang menurutnya menarik. Mungkin dia pikir menikah itu nama makanan.
***To Be Continue