Siang hari Kiran sudah sibuk memasak di dapur penthouse milik pacarnya itu. Dia benar-benar ingin menyajikan yang terbaik untuk makan malam mereka. Kini Kiran mulai memakai apron dan menentukan pilihan makanan yang ingin dia masak. Untuk menu appetizer Kiran berencana memasak canape. Ini adalah pertama kalinya dia membuat canape dan dia berharap Kay akan suka meskipun dari segi rasa hentahlah bagaimana jadinya. Canape sendiri adalah hidangan yang berasal dari Perancis. Canape di potong dalam ukuran kira-kira 3 atau 4 cm dan ukuran ini di sesuaikan dengan ukuran mulut. Menu appetizer itu bernama canape Cheese Mustard. Selesai dengan pemilihan appetizer Kiran beralih ke menu main course bernama Fettuccine Carbonara. Kiran tahu sekali jika Kay sangat suka keju makannya setiap menu dia selalu menyelipkannya sebagai salah satu bahan. Apalagi Fettuccine Carbonara adalah makanan favorit Kay jadi jelas Kiran akan berusaha membuat Fettuccine yang lezat dan spesial hari ini. Santapan mereka nanti akan diakhiri dengan kue lava coklat yang sudah pernah beberapa kali Kiran buat dirumahnya. Ini seperti menyiapkan makanan untuk tamu restoran. Kiran sangat antusias. Dia ingin menciptakan makanan yang enak dan berbeda.
"Assalamualaikum...." Kay sudah pulang dan mencium aroma yang begitu menggoda melewati hidungnya.
"Walaikumsalam..." Jawab Kiran yang masih bergelut dengan masakannya.
"Enak banget nih wanginya...." Ucap Kay lagi sambil berjalan menuju dapur. Dia melihat Kiran sudah sibuk disana bahkan meja dapurnya sudah berantakan oleh berbagai macam peralatan masak.
"Aku siapin 3 menu buat makan kita."
"Mau aku bantuin?"
"Jangan, aku tahu masakan kamu pasti enak tapi aku pingin masakin sendiri buat kamu nanti kamu yang komen."
"Apapun masakannya selama kamu yang bikin aku pasti makan."
"Hm...gombalan aja..."
"Engga cantik.." Kay kemudian mengambil gelas untuk minum. Dia lumayan lelah hari ini. Ada praktek memasak yang cukup membuatnya pusing. Lagi-lagi mata Kay hanya memperhatikan wajah Kiran yang begitu fokus untuk mengolah semua bahan yang ada dihadapannya.
"Kamu kenapa?"
"Bisa ga sih kalau masak cantiknya biasa aja?" Gombalan Kay membuat senyuman lebar terlukis diwajah Kiran. Pacarnya itu merona lagi.
"Udah ah kamu sana, ngapain kek gitu."
"Ya udah aku mandi dulu oke, selesai mandi makanannya harus udah selesai loh.."
"Aku usahain, aku kan bukan chef handal."
"Iya-iya..." Kay tak banyak protes lagi dia segera naik menuju kamarnya. Dia akan berdandan serapi mungkin seolah ini adalah makan malam spesial disebuah restoran mewah. Dia ingin menikmati malam ini hanya berdua dengan Kiran.
***
Kiran sudah menyajikan semua makanannya dimeja makan yang langsung berhadapan dengan pemandangan indah diluar jendela yang begitu berkilau akibat lampu-lampu gedung atau jembatan yang kemarin dia lihat. Selesai memasak Kiran juga tak lupa membersihkan dapur dan dirinya sendiri agar ketika bersantap tidak ada aroma yang membuat selera makannya hilang. Kini Kay sudah turun lagi menemui Kiran. Dia mengenakan kemeja berkerah shanghai atau beberapa orang menyebutnya dengan kemeja mandarin collar. Kemeja berwarna biru muda itu dia padukan dengan celan jins warna gelap. Kulitnya yang putih kini terlihat lebih berkilau dikegelapan. Cahaya yang redup ditempat mereka makan membuat suasana semakin terasa syahdu. Kiran sempat terkejut dengan penampilan Kay karena dia pikir ini hanya akan menjadi makan malam biasa saja namun ternyata Kay mengharapkan lebih.
"Apaan sih dimatiin segala?"
"Supaya makin romantis gitu.." Kay segera bergegas menuju kulkas dan mencari wine yang sempat dia beli kemarin.
"Ayo kita mulai makan malamnya cantik." Kay membukakan kursi untuk Kiran yang masih berdiri terdiam seolah menunggu Kay yang tadi membuka botol minumannya.
"Jadi mana yang harus aku makan duluan sayang?"
"Yang itu, canape dulu.." Kiran menunjuk kearah piring yang berisikan beberapa potongan roti kecil yang sekali hap saja sudah lenyap dimulut Kay.
"Ehm....enak.." Puji Kay.
"Bohong, aku baru pertama loh masak ini."
"Baru pertama aja udah enak gini apalagi sering."
"Pasti kamu udah handal masak yang beginian."
"Aku masih belajar-belajar sayang."
"Kay...aku mau jujur sama kamu."
"Jujur apa?."
"Aku ngerasa kamu berubah.."
"Berubah?apa yang berubah?"
"Aku ngerasa kamu lebih dewasa sekarang, dulu kamu selalu marah ga karuan gara-gara hal kecil bahkan emosian dan bisa ancam sampai ngehajar. Sekarang kamu jauh lebih tenang kalau ada masalah. Kamu selalu minta maaf duluan meskipun tahu itu aku yang salah. Aku ga ngerti apa ini efek kamu hidup mandiri disini atau emang udah semestinya semakin tambah usia semakin dewasa tapi yang jelas perubahan kamu itu kearah yang lebih baik dan aku suka. Rasanya aku liat orang lain dalam diri kamu padahal cuman setahun kita ga ketemu."
"Karena aku ga mau kehilangan kamu lagi. Kalo sifat aku yang dulu cuman bikin kamu tambah kesel aku bakalan coba rubah itu dan kamu tahu apa? yang kamu omongin hari ini itu udah mommy omongin Minggu lalu." Kay sambil menarik piring yang lain untuk dia santap.
"Berarti banyak orang yang ngerasain perubahan sikap kamu."
"Aku seneng hidup disini bukan karena sekolah aku aja. Awal-awal aku ngerasa kesusahan karena ga ada mommy, ga ada Daddy atau siapapun yang bisa aku suruh tapi lambat laun aku mulai ngerti bahwa hidup mandiri itu ya harus begitu."
"Apa pernah kamu ngebohong sama aku selama disini?"
"Engga, aku ga pernah bohong."
"Tapi pasti ada hal yang kamu sembunyiin."
"Oke aku bakalan bilang."
"Tuh kan..."
"Eits... kita udah janji ga akan berantem selama disini."
"Oke aku inget."
"Aku pernah ketemuan sama Olive disini, sama Dara juga ga sengaja ketemu dikampus." Kay mulai berbicara membuat Kiran sedikit mengunyah pelan akibat cerita yang melibatkan mantan-mantan dari kekasihnya itu.
"Sayang..dengerin dulu ya.." Kay segera meraih tangan Kiran dan mengelusnya pelan seolah sedang meredam api yang mungkin saja sudah menyala di hati Kiran namun sejujurnya sebaliknya. Kiran yang memang dari awal bukan tipe pencemburu berat hanya menanggapinya dengan tenang.
"Olive hubungin aku dan nanya aku dimana. Aku bilang aku udah di Australia dan dia juga udah di German. Dia minta waktu luang aku buat ketemuan. Aku bilang oke tapi aku belum bilang kapan waktunya eh tiba-tiba 1 bulan yang lalu dia datang langsung ke Australia dan nelpon aku lagi. Kita ketemuan disebuah restoran dan cerita-cerita disana." Kay mulai menjelaskan panjang lembar mengenai pertemuannya dengan Olive sementara Kiran hanya mendengarkan sambil meneguk minumannya terus.
"Tapi sayang...aku berani sumpah dan kamu boleh liat CCTV disini. Aku ga pernah bawa dia masuk kesini. Cuman kamu, keluarga aku, sama temen-temen aku yang pernah datang itu pun temen-temen cowok walaupun kadang ada cewek pasti ramean."
"Oke, terus?." Jawab Kiran singkat. Dia menerima semua pengakuan Kay.
***To be continue