ดาวน์โหลดแอป
36.66% I don't know you, but I Married you / Chapter 191: Penyakit Jay

บท 191: Penyakit Jay

Kay kembali bekerja di cafenya namun kali ini dia memilih duduk di ruang kerjanya sambil membaca laporan penjualan usahanya itu.

"Akhir tahun mau buka 24 jam Kay?" Tanya Randi yang juga duduk disana.

"Ga kasian sama pegawainya apa?"

"Gw udah pikirin kok, gw udah cari pekerja partime, lumayan kan mahasiswa-mahasiswa yang butuh duit bisa kerja selama sebulan."

"Wah mantep tuh, kalo gitu boleh deh.."

"Lumayan Kay penjualan kita 3 bulan ini, belum lagi cafe kita udah mulai dikenal orang.."

"Gw jadi ga enak mau ninggalin kalian.."

"Ih apaan sih lu, tenang aja kali. Siapa tahu dengan lu disana, lu jadi lebih baik.."

"Kalo gw pulang pasti gw kesini.."

"Udah ga usah dipaksain, kalo pun engga minimal lu kabarin kita.."

"Pastilah..."

"Eh kemarin-kemarin siapa tuh ya namanya gw lupa, Doni yang tahu, pokoknya cewek nanyain lu.."

"Cewek?siapa?"

"Duh gw lupa, Doni yang kenal soalnya. Katanya temen kampus lu dulu.."

"Kiran?"

"Nah iya itu.."

"Nanyain gw?dia bilang apa?" Kay terlihat antusias.

"Dia cuman nanya lu kemana, biasanyakan lu ikutan kerja disini.."

"Masa sih?"

"Gw seurius, liat CCTV kalo ga percaya."

"Ya udah gw kedepan deh.." Kay segera beranjak dari kursi lalu mengambil apron dan bekerja seperti biasa berharap Kiran akan datang hari ini. Dilain tempat Jesica dan Kenan sedang berbicara dengan dokter yang sudah memeriksa Jay sejak tadi pagi.

"Kalo boleh tahu Jay ini kesehariannya gimana?kegiatannya apa aja?"

"Saya kuliah, dirumah, main diluar pun jarang.."

"Biasanya kalo dirumah ngapain?"

"Hm...main laptop, main games, main HP.."

"Berapa lama biasanya?"

"Bisa seharian, bisa setengah hari."

"Jadi berdasarkan pemeriksaan tadi anak bapak ibu ini terkena Neuralgia Oksipital. Neuralgia oksipital itu sendiri adalah kondisi di mana saraf oksipital yang terdapat di atas sumsum tulang belakang hingga dasar leher mengalami peradangan. Gejala kondisi ini mirip dengan migrain atau sakit kepala kronis.

"Tapi bisa disembuhkan dok?"

"Dikit-dikit bisa hilang sakitnya, asal Jay ini mengurangi atau memperbaiki kebiasaannya yang bisa memicu peradangan. Kita coba liat aja perkembangannya selama sebulan ini ya pak, Bu, saya kasih obat dan Jay juga bisa ikut terapi. Harapan saya sih ada perubahan setelah itu kita liat lagi apa perlu sampe dilakukan operasi atau tidak.."

"Jadi anak saya masih harus dirawat?"

"Hari ini boleh langsung pulang, silahkan diurus dengan perawat tapi sebelum pulang nanti saya suntik dulu sekitar lehernya mungkin efeknya akan ada nyeri sedikit tapi wajar.."

"Oke..makasih dok.."

"Iya sama-sama.." Sang dokter lalu menyuntikkan steroid ke leher Jay dan setelah itu pergi meninggalkan mereka di dalam ruangan.

"Aku telepon kakak dulu supaya ga usah kesini.."

"Mas urusin dulu administrasi kepulangannya.." Kenan lalu pergi bersama perawat sementara Jay masih terbaring lemas.

"Mom..sakit.."

"Iya sabar, kata dokter apa tadi." Jesica mengusap lembut rambut Jay sementara dia tak mau diam karena rasa nyeri sekitar kepala belakangnya. Kini dia duduk dan mengusap lembut kepalanya yang sakit.

"Sini sama mommy..." Jesica memeluk anaknya membiarkan kepala Jay tertunduk dalam pundaknya lalu membelai kepala belakang Jay dengan lembut.

"Yang sabar Jay nya pasti sembuh..." Jesica menunjukkan sosok keibuannya pada anak istimewanya itu. Dia cukup sedih mendengar Jay mengeluh kesakitan seperti ini.

***

Ara dan Dariel masih bermain dengan Kris saat orang tua dan adiknya itu pulang. Jesica langsung menuntun anaknya itu untuk beristirahat dikamarnya sementara Kenan menghampiri anak bungsunya.

"Uh...kasian anak Daddy ditinggalin..." Kenan mencium pipi gembul Kris.

"Jadi Jay kenapa Dad?"

"Dokter sih bilangnya kena peradangan syaraf di kepala Kak, apa ya istilahnya lupa Daddy kak.."

"Kenapa bisa?"

"Gara-gara kebiasaan Jay katanya, entah itu main HP sambil nunduk terlalu lama, posisi tidur, atau posisi duduk dia pas lagi main laptop. Kakak kan tahu sendiri Jay kalo main laptop atau HP udah anteng banget.."

"Bisa sembuhkan?"

"Bisa insyallah, doain aja..."

"Tuh anak emang paling-paling deh.."

"Tadi kalian kerja disini?"

"Iya dad.."

"Hari ini nginep lagi aja Riel..."

"Iya dad.."

"Jangan Riel, aku harus persiapan buat pergi dinas nanti."

"Kan lusa, bisa besok.."

"Pokoknya pulang aja, ada yang harus aku urusin.."

"Dirumah emang ada apa?" Dariel merasa bingung sementara Ara langsung mencubit pinggangnya.

"Ya udah tapi nanti aja, tungguin Kris dulu Daddy mau mandi.." Kenan berdiri dan berjalan menuju kamarnya dimana sudah ada Jesica disana.

"Jay tidur sayang?"

"Iya kayanya efek obatnya juga jadi ngantuk. Nanti aku coba tanya-tanya katerina Mas soal terapi Jay.."

"Cape?kayanya..berendam air anget enak.." Kenan berbisik di area cuping telinga istrinya.

"Ada maunya..."

"Engga ada, Mas siapin ya. Mas tunggu di dalem.." Kenan dengan tersenyum menuju kamar mandi. Menyiapkan air panas untuk mereka berendam. Perlahan Kenan membuka kancing kemejanya lalu menurunkannya sembarang dilantai. Begitu selesai dengan baju dia segera menurunkan celananya dan memastikan tidak ada sehelai benangpun yang menutupinya sekarang. Seluruh badannya terasa lengket akibat sejak kemarin dia belum mandi dan sibuk menunggui Jay.

"Udah siap airnya?" Jesica sambil menutup rapat pintu kamar mandi.

"Udah..." Kenan mulai melangkahkan kakinya menuju bathtub lalu bersandar nyaman disana disusul oleh Jesica yang duduk tepat di hadapannya. Punggungnya kini menempel erat di dada Kenan.

"Kemarin-kemarin udah cape, nemenin Jay mana Mas ketiduran lagi. Jadi ini hadiah buat mommy." Kenan sambil memijat pelan pundak istrinya.

"Kencengan dikit Mas, ga ada tenaganya nih." Jesica menjahili Kenan.

"Masa sih?Mas udah kenceng juga."

"Kenceng tapi lembut gitu loh Mas, jadi ga bikin tambah pegel.."

"Banyak requestnya nih, dikasih hati minta jantung.." Kenan menghentikan aksinya lalu memeluk Jesica.

"Mas.."

"Iya sayang..."

"Jay sembuh ga ya?"

"Sembuh sayang, optimis dong.."

"Aku ga mau kalo sampe dia dioperasi segala."

"Asal dia ilangin kebiasaan buruknya, nurut ikut terapi pasti bisa.."

"Aku ga tega kalo liat Jay sakit gitu Mas.."

"Sabar, itu awal-awal doang, nanti juga engga kalo udah dapet pengobatan..."

"Mas..tidur sama dia dong, temenin dia dikamar.."

"Kamarnya kan deketin sayang, kalo ada apa-apa juga tinggal lari Mas. Udah tenang sayang, Jay ga papa-papa. Ini pelajaran buat dia kalo main apapun tuh ada waktunya.."

"Anak manja aku kasian..."

"Udah ini kamu istirahat ya, biar Mas yang nemenin Kris.."

"Ga papa aku aja, kasian juga Kris udah aku tinggalin aku cuekin lagi."

"Kemarin kamu kurang tidur sayang, jadi mending istirahatin dulu sebentar. Jangan ngeyel deh nanti kalo kecapean kamu sakit lagi gimana?"

"Iya Mas sayang, biasa aja dong ngomongnya." Jesica memutar wajahnya sebentar untuk memandang ke arah Kenan.

"Habis gemes Mas, kamu kalo dikasih tahu susah nurutnya."

"Ini aku nurut Mas.."

"Nanti tidurnya biar Mas kelonin.." Perkataan Kenan membuat Jesica tertawa.

"Udah ga usah modus kelonin, kalo mau ayo..." Jesica langsung berbicara sesuai isi hati Kenan saat ini.

"Mommy emang paling tahu kepinginnya Daddy." Ucap Kenan sambil tangannya menggerayangi badan istrinya.

***To Be Continue


ความคิดของผู้สร้าง
Keyatma Keyatma

Hati-hati ya denggan kebiasaan menundukkan kepala akibat memainkan handphone/di depan komputer terlalu lama.

Jangan lupa leave comment and vote ya :)

Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C191
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ