ดาวน์โหลดแอป
29.17% I don't know you, but I Married you / Chapter 152: Ayah dan Anak

บท 152: Ayah dan Anak

Sejak pulang dari berbelanja tadi Kenan tahu Kay sedikit badmood bahkan di mobil dia tak banyak berbicara. Kini Kay malah berenang padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Bukan tanpa alasan, Kay berenang untuk melampiaskan kekesalan pada dirinya sendiri akibat sikapnya pada Kiran tadi.

"Ga dingin berenang malem-malem?"

"Engga.." Kay menepi sebentar lalu berenang lagi sampai ujung dengan gaya dadanya sementara Kenan duduk dikursi dan memperhatikan tingkah anaknya. Selang beberapa menit Kay naik dan mengambil handuknya lalu duduk dikursi dekat ayahnya.

"Kalian itu pisah ga baik-baik ya?"

"Siapa?"

"Kamu sama Ran.."

"Aku ga mau bahas ini Dad.." Kay berdiri namun Kenan menarik tangannya dan menyuruhnya duduk.

"Harus dibahas. Keliatan kok dari tatapan dari mimik muka, dari gesture badan kamu. Sebenernya ada apa Kay?" Kenan yang masih penasaran dari beberapa hari lalu sejak Kay mengatakan dirinya putus dari Kiran.

"Perlu Daddy tanya Tante Marsha?om Arbi?Daddy punya nomernya loh.."

"Gimana Daddy aja.."

"Dari semua anak Daddy cuman kamu yang ga pernah jujur, kenapa?takut Daddy marah?"

"Engga, aku...aku..mikirin mommy."

"Kenapa mommy?mommy ga akan marah."

"Aku takut dia salah paham kalo denger ini, aku ga akan ngomong apapun."

"Ini Daddy Kay kamu boleh cerita apapun." Kenan memaksa dengan lembut namun Kay masih diam.

"Kay...Daddy ga mau ada jarak antara anak sama orang tua. Daddy bisa jadi Orang tua kamu, bisa jadi temen kamu, bisa jadi kakak atau bisa jadi apapun. Selama ini Daddy coba menyesuaikan diri sama anak-anak Daddy. Sama kakak gimana, sama Jay gimana termasuk sama kamu gimana. Ada apa?Daddy ga suka liat kamu murung kaya gini.."

"Apapun yang aku bilang jangan kasih tahu mommy, aku takut mommy marah sama Daddy atau berantem lagi."

"Coba Daddy pingin denger dulu kenapa."

"Tante Marsha masih nyimpen foto dia sama Daddy dan om Arbi nemuin foto-foto itu terus mereka berantem. Ran denger setiap pertengkaran mereka sampai pertengkaran itu berakhir dengan om Arbi minta cerai, jelas Ran ga mau orang tuanya pisah Dad... Dia pikir sejak kita pacaran semuanya jadi berpengaruh sama hubungan orang tuanya makannya dia milih putusin aku." Kay dengan sedih menceritakan alasannya.

"Terus?"

"Aku kaget, waktu kita pulang dari Bandung dia mutusin aku gitu aja. Aku sebenernya ngerti dengan alasan dia harus gitu tapi kenapa dia ga pernah ceritain ini dulu ke aku?dia juga jahat mutusin aku setelah dia baik-baikin aku. Aku sakit hati tapi aku juga ga bisa marah sama dia. Aku ga mau hubungan aku sama dia bikin orang tuanya pisah toh ga ada yang tahu juga apa aku sama Ran bakal sama-sama nantinya."

"Terus hubungannya sama mommy?"

"Aku takut kalo mommy tahu nanti mommy juga salah paham sama Daddy atau sama Tante Marsha padahal mungkin aja Tante Marsha ga ada maksud apapun nyimpen foto-foto itu."

"Udah dewasa ya mikirin mommy sekarang.." Kenan mengusap rambut Kay yang basah.

"Aku juga ga mau liat Daddy sama mommy berantem, aku ga mau bikin mommy sedih apalagi sakit. Waktu ngelahirin Kris aja aku ga siap kalo mommy sampe ga ada."

"Rasanya ga enak ya?apa yang kamu alami sekarang tuh pernah Daddy rasain dulu. Tante Marsha juga dulu putusin Daddy gitu aja setelah 8 tahun kita bareng-bareng. Alasannya sama karena orang tuanya, waktu itu Daddy juga ada keselnya tapi coba kalo kita pikirin perasaan orang yang mutusin kita, Tante Marsha juga pasti ga mau tapi karena orang tuanya, dia harus kaya gitu. Daddy ga kebayang jadi dia harus kuat ngomongnya. Samakan kaya Ran?coba kalo Kay ada di posisi Ran, kira-kira kuat ga bilang putus sama Ran padahal Kay ga mau?" Kenan membuat Kay menggelengkan kepalanya.

"Sebelum Daddy putus sama Tante Marsha, ayahnya bilang ngasih kesempatan Daddy buat luluhin juga keluarga besar Tante Marsha dan Daddy ikut tuh satu Minggu nginep ke Semarang karena keluarganya kumpul disana. Jujur Kay disana Daddy ga diperlakukan dengan baik, disuruh-suruhlah, dicuekinlah sampe diomongin di depan mata sendiri tapi Daddy ga papa, buat Tante Marsha Daddy lakuin. Daddy pingin ngasih yang terbaik seminggu itu, pertama karena itu kesempatan buat Daddy, kedua karena Daddy sadar mungkin daddy ga akan bisa lagi ketemu sama Tante Marsha jadi apa salahnya Daddy ngelakuin yang terbaik. Kalo kamu marah sama Ran gara-gara dia baik-baikkin kamu dulu sebelum putus, Daddy rasa kamu salah. Ran pingin ngelakuin yang kaya Daddy lakuin karena dia tahu mungkin 3 hari itu 3 hari paling berati buat dia dan buat kamu." Kenan terdiam sejenak matanya menatap Kay yang masih diam.

"Tapi satu hal yang Daddy rasain dari sikap itu, Daddy jadi ga pernah nyesel dengan apa yang Daddy udah lakuin buat Tante Marsha. Seenggaknya meskipun ga bisa bareng-bareng, Daddy udah ngelakuin semampu Daddy buat keluarganya jadi pas Tante Marsha putusin dan sampe hari ini Daddy ga pernah punya penyesalan apapun mungkin...keluarga mereka yang nyesel." Kenan sambil tersenyum mendengar moment itu.

"Tapi kamu berhak marah kalo Ran ga cerita-cerita soal ini karena siapa tahu sebenernya permasalahannya itu ada solusinya, solusi yang terbaik bukan kamu atau buat Ran jadi meskipun putus udah saling paham dan setuju."

"Aku ga mungkin ngomong lagi sama dia, aku udah marah sama dia tadi.."

"Kenapa ga coba minta maaf?"

"Ran pasti kesel sama aku tadi, aku juga ga mau bikin dia bingung sama perasaannya. Aku tahu dia sayang banget sama keluarganya."

"Emang Kay ga sayang sama keluarganya.."

"Sayanglah..."

"Ini juga pasti berat buat Ran..."

"Tapi dia biasa aja Dad ketemu aku, ga ada apa gitu.."

"Ya karena dia kaya Daddy udah ngelakuin yang terbaik jadi ga ada yang perlu disesali."

"Aku tahu, aku ga mungkin lagi ngejar Ran dad..aku takut..aku takut kalo balik lagi hubungan Tante Marsha sama om Arbi keganggu. Ini tuh udah kedua kalinya aku putus sama Ran gara-gara kita takut orang tua kita berantem."

"Gara-gara Daddy ya?maaf Kay.."

"Bukan, ini bukan salah Daddy. Aku tahu Daddy ga nyaman kalo Tante Marsha ketemu mommy tapi demi aku Daddy mau kaya gitu. Ini emang udah harusnya aja gini, aku ga papa.."

"Udah jangan sedih-sedih, inget pesen Daddy ya, Daddy ga mau hal ini ganggu kamu kuliah. Ini bukan apa-apa Kay, usia kamu juga masih muda sama Ran." Kenan berdiri dihadapan anaknya.

"Kalo kamu mau ngelakuin sesuatu buat Ran supaya kamu ga nyesel lakuin aja. Urusan Tante Marsha sama om Arbi biar Daddy yang urus." Kenan dengan seurius sambil menatap anaknya lalu Kay berdiri.

"Engga dad, aku ga mau ngelakuin apapun. Ini ga akan pernah berhasil. Aku udah ikhlasin kok, aku mandi dulu ya dad.." Kay pergi bergitu saja.

****To Be Continue


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C152
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ