Setelah teman-temannya pulang Dariel bergegas mandi karena akan pergi dengan Ara sementara Ara yang menunggu tampak menonton tv ditemani cemilan popcornnya.
"Temen kamu lucu-lucu." Komentar Ara saat melihat Dariel turun dari tangga lalu bercermin.
"Apalagi tuh Gio, dia ga tahu malu.."
"Farah ga suka liat aku kayanya."
"Bukan ga suka belum terbiasa, kamu anggapannya aneh-aneh. Dia tuh lagi deket sama Sandi."
"Hm..masa sih?"
"Udahlah ga usah berantem soal ini, kamu juga udah kenal orangnya."
"Mereka udah tahu apa sekantor nanti juga tahu?"
"Engga, mereka udah bilang ga akan ngomong-ngomong. Aku kenalin kamu supaya kalo kita jalan-jalan aku bisa ajak kamu kan lebih enak."
"Aku juga pingin kenalin kamu sama temen aku."
"Iya aku mau, udah yuk keburu malem mending kita jalan sekarang, aku udah siap nih."
"Iya udah wangi." Ara merapikan bajunya dan mematikan tv-nya.
"Eh bentar, kamu kesini naik apa?ada mobil?"
"Engga, aku dianter Pak Kahar terus aku udah suruh dia pulang dia mau jemput Jay katanya."
"Tumben dianterin."
"Iya mata aku sakit jadi kalo nyetir takut ga fokus."
"Mana liat?" Dariel melihat kearah Mata Ara.
"Makannya jangan banyak nangis jadi sakit pasti panas tuh.."
"Aku kan nangisin kamu."
"Masih sakit ga?kalo masih mending ga jadi jalannya."
"Jangan...aku pingin jalan-jalan sayang.."
"Ya udah iya ..." Dariel mencari kunci mobilnya lalu segera keluar dan mengunci pintu. Mereka pergi kesebuah mall karena kebetulan ada yang ingin Ara beli untuk mengatasi matanya yang sakit sekaligus mengangkat Dariel yang entah ada angin apa ingin membeli kemeja baru.
"Ini aja?" Dariel melihat belanjaan Ara dan menuju meja kasir.
"Iya itu aja." Ara sambil mencari sesuatu di dalam tasnya.
"Aku yang bayar." Dariel langsung mengeluarkan kartunya.
"Ga papa, aku aja."
"Ra aku yang bayar ya.." Dariel menatap tajam Ara membuat Ara menurut dan dengan cepat sang kasir menghitung jumlah belanjaan Ara.
"Makasih.." Ara merangkul manja lengan Dariel.
"Iya sama-sama. Mau makan?"
"Iya tapi bingung apa.."
"Ya udah liat-liat aja dulu siapa tahu kalo ngelewat cium aromanya jadi mau."
"Cari diatas aja yuk." Ara menarik Dariel ke eskalator terdekat.
"Beli minum dulu yuk bentar, seret nih.." Dariel sambil menyentuh tenggorokannya.
"Ra..." Seseorang menyapa Ara saat dia sedang memesan minuman dengan Dariel.
"Bisa ngomong bentar ga?" Lelaki itu melihat keberadaan Dariel disana.
"Bentar.." Ara menjauh dari Dariel yang masih menunggu pesanannya.
"Ngapain sih?gw tuh udah ga mau berurusan sama Lo.." Ara langsung memaki David.
"Gw ga maksud gitu Ra, dengerin gw dulu dong."
"Hidup gw udah tenang tahu ga digangguin cowok kaya lo.."
"Kita bicara ya.."
"Engga!ga mau."
"Please.." David memegang tangan Ara.
"Ga mau." Ara melepaskannya.
"Kenapa Mas?" Dariel datang dan langsung berdiri disamping Ara.
"Gw mau ngobrol sama Ara."
"Boleh tapi saya temenin."
"Gw mau ngobrol berdua aja."
"Gimana sayang?mau?" Dariel membuat Ara senyum-senyum dengan panggilannya.
"Engga, aku ga mau." Ara langsung memegang tangan Dariel.
"Mungkin lain kali ya Mas, kita duluan." Dariel langsung meninggalkan David bersama Ara disampingnya yang tak henti mengembangkan senyumannya.
"Kenapa sih kamu?" Dariel jadi ikut senyum sendiri.
"Engga, seneng aja dengan cara ngomong kamu."
"Siapa tadi?"
"Temen."
"Masa sih?kamu mulai ga jujur lagi baru beberapa jam loh Ra kita bahas."
"Iya mantan pacar."
"Kapan pacarannya?"
"Waktu aku kuliah yang.."
"Oh..udah lama.."
"Aku punya kenangan buruk sama dia."
"Maaf, aku ga tau."
"Iya gapapa."
"Jangan cemberut gitu dong."
"Iya engga kok. Kenapa kamu ga nanya ceritanya?"
"Karena kenangan buruk itu ga enak untuk diceritain kadang orang yang ngalaminnya malah ga suka buat inget-inget lagi jadi ya udahlah mending move on aja."
"Aku makin sayang kamu." Ara melihat kearah Dariel sebentar namun Dariel diam.
"Kok kamu ga balas sih?"
"Ada pikiran yang masih ganggu dikepala aku, bikin penasaran."
"Apa?"
"Waktu itu sebelum aku pergi kenapa dia nyanyi buat kamu?"
"Aku?bukan buat aku."
"Buat siapa?"
"Buat Tiara, pacarnya makannya aku rekamin juga, buat dikirim itu."
"Oh iya.."
"Udah ya jangan bahas kak Dirga aku ga suka."
"Emang aku suka?aku juga ga mau bahas-bahas dia. Aku cuman ga mau ada yang ngegantung aja."
"Iya sayang, jangan marah gitu dong."
"Aku ga marah."
"Nada bicara kamu kaya orang marah."
"Ya udah-ya udah kita jalan lagi aja supaya gak bikin pusing."
"Ga usah, kita pulang aja."
"Kok gitu sih?kamu ga mau jalan sama aku?"
"Bukan ga mau, aku cuman ga enak aja, kamu pasti masih ada uneg-uneg sama aku."
"Engga sayang, udah mending kita belanja lagi. kamu mau beli apa ?" Dariel langsung merangkul pundak Ara dan menuntunnya berjalan ke arah lain.
"Aku ga mau beli apa-apa lagi."
"Jadi ga semangat gitu, mau aku peluk ya?" Canda Dariel membuat Ara tersenyum kecil.
"Riel apa sih, malu ah.." Ara sambil menepuk bahu Dariel.
"Ngapain mesti malu, pacar sendiri kok."
"Makin cakep aja habis dari Pekanbaru." Puji Ara yang tak segan lagi bersikap mesra kali ini sementara itu dilain tempat Jesica tengah sibuk berbelanja perlengkapan bayinya yang sudah dia tahu jenis kelaminnya apa.
"Mas ini bagus ga?" Jesica mengangkat sebuah baju berukuran mini.
"Bagus."
"Kayanya lucu anak aku pake ini."
"Beli aja semua.."
"Kebanyakan Mas, sayang ga kepake lama soalnya."
"Kata kamu lucu."
"Tapi ga semuanya juga kali Mas."
"Jay katanya mau nyusul sayang?"
"Iya nanti udah selesai dari acara temennya dijemput pak Kahar."
"Apa Mas kasih mobil lagi ya?dia udah mendingan kok." Kenan sambil mengikuti langkah kaki Jesica kemanapun dia pergi.
"Ya udah nanti aku beliin."
"Sama Mas aja.."
"Mas sekali-kali aku dong yang ngeluarin uang, masa Mas terus."
"Uang Mas kan uang kamu juga."
"Ya tapi beda rasanya Mas.."
"Udah jadi tugas Mas nafkahin kamu sama anak-anak."
"Kali ini aja Mas.."
"Ya udah iya, Mas ga mau debat sama kamu."
"Mas belum siapin nama nih buat calon debay."
"Kata siapa?Mas udah tinggal nunggu kamu."
"Ih licik ga ngasih tahu."
"Nanti Mas kasih tahu, belanjanya udah yuk makan dulu sayang Mas lapar nih."
"Aku belum selesai Mas."
"Iya nanti dilanjut, makan dulu bentar."
"Baru juga diajak muter-muter berapa toko udah laper."
"Udah ayo bayar dulu." Kenan menarik tangan istrinya dan segera membayar belanjaan yang tadi diinginkan Jesica. Setelah itu mereka mencari tempat makan disana namun tak disangka Kenan melihat seseorang yang dia kenal. Mereka tengah berjalan santai sambil bergandengan tangan.
"Daddy, mommy..." Ara terkejut saat melihat kedua orang tuanya berada tepat didepannya.
****To be continue