"Apa rasanya ciuman?" Jay kini malah penasaran membuat Kay tertawa.
"Pernah dicium mommy kan?"
"Pernah."
"Seneng ga?"
"Seneng."
"Nah ini lebih dari itu karena pake perasaan."
"Emang mommy ke aku ga pake perasaan?"
"Pake Jay, tapi kan perasaan ibu ke anak bukan kaya ke pacar."
"Aku pernah liat Daddy cium leher mommy apa kalo pacaran harus cium leher juga?" Jay dengan polosnya berkomentar membuat Kay tertawa lagi.
"Ciuman itu banyak jenisnya, udah deh kamu pelajari aja satu jenis dulu. Kayanya yang aman buat kamu cium pipi atau kening aja."
"Emang bibir sama leher ga aman?"
"Bukan gitu, supaya kamu rasain dulu sensasinya tapi cuman boleh itu aja ya Jay ga boleh yang lain."
"Yang lain?yang lain itu apa?"
"Baguslah kamu ga tahu, aku ga akan kasih tahu."
"Kok gitu."
"Pokoknya nanya ke aku kalo ada apa-apa."
"Kayanya kakak sama Kay udah tahu banyak, aku engga."
"Bukan engga, belum Jay ntar juga paham tapi Jay aku pingin kasih tahu, ga semua hal kamu harus omongin ke orang. Aku ga suka tiap kali kamu ngerasa ini itu kamu bilang ke orang lain mending kalo cuman sama keluarga karena kita udah paham kamu itu gimana tapi kalo sama temen-temen kamu mending jangan deh."
"Kenapa?"
"Aku ga mau mereka ngeledek kamu, Aku ga suka kak Ara atau kamu dihina orang."
"Kaya Kay ga suka sama Kak David?" Jay yang ternyata diam-diam mendengarkan pertengakaran Ara dan Kay waktu itu.
"Iya, dia itu cowok jahat Jay. Dia punya niat ga baik sama Kakak tapi kakak ga sadar."
"Kakak juga suka jahat mainin cowok."
"Apa kamu anggap aku juga gitu karena mainin cewek?"
"Aku tahu Kay sekarang udah berubah." Jay memberi komentar yang membuat Kay tenang.
"Pokoknya kita ga boleh biarin kakak deket sama kak David."
"Aku tahu meskipun Kay suka berantem sama kakak sebenernya Kay sayang sama kakak."
"Iyalah, masa aku benci."
"Kalo gitu kapan-kapan Kay harus cium kakak."
"Ih kenapa?"
"Kan cium sayang kakak sama adik."
"Jangan bilang-bilang kita bahas ini ke mommy nanti mommy marah."
"Iya, engga."
"Udah ah aku ngantuk, aku mau balik ke kamar nanti kasih tahu ya kamu dapet hadiah engga dari Tiara."
"Aku bakalan telepon Kay kalo ada apa-apa."
"Nah gitu dong dari kemarin-kemarin kalo ada apa-apa cerita." Kay berdiri dan mengacak-acak rambut adiknya sebelum pergi.
"Ciuman?apa boleh?" Jay kini memikirkan kata-kata itu sendiri.
*****
"Selamat ya kak.." Jay yang saat ini menemani Ara yang baru saja keluar dari ruangan sehabis yudisium.
"Makasih, ngapain sih kesini segala." Ara memeluk adiknya.
"Kata mommy temenin kakak supaya ga gugup. Nih..." Jay tak lupa memberikan bunga pada Ara.
"Kamu emang perhatian ga kaya Kay pacaran mulu."
"Dia ada kelas kak bukan pacaran."
"Selamat ya Ra..." Teman-teman Ara yang datang silih berganti memberi ucapan selamat disertai bunga atau hadiah lainnya.
"Selamat Ra.." Bisma yang tak lain mantan pacar Ara datang juga memberi selamat sambil memeluk Ara sebentar membuat Jay melihatnya tajam.
"Ara...finally nyusul juga." Seorang pria tampak antusias dengan kelulusan Ara.
"Iya makasih vid.." Ara yang kali ini menerima bunga dari David. Kali ini bukan hanya tatapan tajam tapi mata Jay tak bisa berpaling dari sosok David. Inikah sosok yang diceritakan Kay?sosok yang ingin berbuat jahat pada kakaknya.
"Jadikan?"
"Jadi, ketemuan diparkiran ya, aku simpen ini dulu di mobil."
"Oke.." David mengiyakan dan pergi duluan sementara Ara menghampiri Jay yamg sedaritadi berdiri.
"Ayo.." Ara tanpa ragu menggandeng adiknya.
"Kakak ga akan pulang bareng kamu ya, kakak nitip ini aja."
"Kakak mau kemana?"
"Mau makan doang sama temen."
"Udah sore ini mau hujan lagi, makan dirumah aja." Jay membujuk.
"Kakak ga enak udah janji."
"Sama siapa sih?"
"Temen kakak David." Ara yang kini menyimpan barang-barang bawaanya di belakang kursi penumpang.
"Ya udah hati-hati." Jay tampak berat melepas kakaknya. Dia masih berdiri disana dan melihat Ara masuk ke mobil lain.
"Ga enak hati gini." Jay mulai membuka pintu mobilnya.
"Tadi itu adik kamu?" Tanya David begitu Ara masuk.
"Iya itu kembarannya Jay."
"Mirip banget, kok kamu bisa bedain?"
"Bisalah, keliatan kok dari sikapnya. Kalo Kay rada bar-bar nah kalo Jay sebaliknya kalem."
"Iya sih keliatan dia pendiem."
"Dia tuh belum pernah pacaran udah gede gitu."
"Masa sih?"
"Iya, baru kemarin-kemarin aja aku denger dia pacaran sama anaknya temen mommy."
"Sekarang giliran kita yang pacaran." David sambil meraih tangan Ara. Dilain tempat Kay yang baru keluar dari kelasnya langsung pergi menuju kantin kampus.
"Nunggu lama ya?"
"Engga kok.." Jawab Kiran.
"Udah makannya?" Kay melihat bekas mangkok diatas meja.
"Udah, kamu mau makan?"
"Engga, liat kamu aja udah kenyang." Goda Kay.
"Eh kenalin ini temen-temen aku."
"Kay..." Kay kali ini dengan sopan mengulurkan tangannya. Tampak 2 teman wanita Kiran dan 3 orang teman lelakinya.
"Seangkatan sama Ran berarti?" Kay duduk dan mencoba ramah kali ini.
"Iya, cuman kamu yang senior disini."
"Cuman beda dua semester doang." Protes Kay.
"Bukannya hari ini sidangnya kakak kamu?"
"Oh iya, ntar deh aku telepon dulu soalnya aku liat tadi udah pada bubaran." Kay meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Ara tapi tak kunjung ada jawaban dari teleponnya.
"Kak Kay punya kakak juga disini?"
"Panggilnya Kay aja ga papa. Iya aku ada kakak disini."
"Itu loh yang aku ceritain sa, kak Ara itu kakaknya Kay." Kiran menjelaskan lagi.
"Oh kak Ara.." Salah satu teman pria Kiran berkomentar.
"Tahu?"
"Iya tahu, diangkatan kita terkenal gara-gara mantan pacar ketua BEM."
"Iya bener.." Kay yang mengakui kepopuleran Ara di kampus. Suara ponsel Kay berbunyi mungkin ini panggilan dari Ara tapi dilayar ponsel tertulis Jay.
- Halo Jay.
- Kelasnya udah selesai?.
- Udah, baru selesai.
- Aku udah dikampus Kay, tadi nemenin kakak sidang.
- Oh jadi kamu ke kampus?
- Iya disuruh mommy.
- Terus kakak mana?.
- Justru itu aku liat kakak pergi sama Kak David naik mobil.
- Kemana?.
- Katanya mau makan bareng aja.
- Ya udah biarin.
- Tapi aku ga suka, kata Kay kan Kak David Jahat.
- Jay mereka cuman makan.
- Engga tahu deh perasaan aku ga enak kakak sama dia.
- Mungkin cuman perasaan kamu aja.
- Ya udah, aku pulang ya.
- Iya hati-hati.
Kay menutup panggilannya.
"Hari ini aku bawa motor ga papakan?" Tanya Kay pada Kiran.
"Iya ga papa, tapi bawa helm kan?"
"Bawa.." Kay yang belakangan semakin dekat dengan Kiran mulai sering mengantar jemput wanita yang ia juluki calon pacarnya itu.
***To be continue.
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku ya:)